Jakarta, 27/11/18 (SOLUSSInews) – Meikarta memang terbukti miliki seabrek kelebihan dengan kompleks hunian biasa. Ada banyak kelebihan, juga fasilitas ditawarkan yang fokus ‘memanjakan’ penghuni, untuk bisa menikmati gaya hidup aman, nyaman, prospektif lagi punya kelas tersendiri.
Hal-hal seperti ini juga yang membuat dua tokoh dari latar, profesi dan posisi berbeda sangat terkagum-kagum. Yang satu, seorang Legislator di DPR RI. Lalu satunya lagi pakar transportasi di sebuah perguruan tinggi top.
Anggota Komisi V DPR RI, Muhidin M Said, menilai, Meikarta sebagai sebuah kawasan kota baru memberikan sisi positif dilihat dari kacamata transportasi.
Iya meyakinkan, selain menawarkan hunian terjangkau, Meikarta juga terintegrasi dengan beberapa moda transportasi massal.
“Meikarta ini mampu memadukan rencana tata kota milik pemerintah pusat yang kemudian disesuaikan dengan pembangunan transportasi massal seperti light rapid transit (LRT), kereta komuter, hingga kereta cepat. Dan saya kira tak banyak developer besar yang berani seperti itu. Menjual hunian dengan harga sangat terjangkau,” ujarnya, Selasa (27/11/18), sebagaimana dilansir ‘BeritaSatu.com’.
Impian hunian pribadi
Sementara itu, pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Djoko Setijowarno mengatakan, Meikarta mengurangi kepadatan transportasi dari dan menuju Jakarta.
“Ada akses-akses transportasi yang akan dibangun seperti LRT, kereta cepat hingga double-double track Kereta Api Jakarta-Cikarang, sehingga bisa memudahkan masyarakat,” ujarnya.
Pembangunan proyek-proyek tersebut, jelas Djoko, sejalan dengan impian masyarakat kelas menengah Jakarta untuk memiliki hunian pribadi dekat dengan akses transportasi.
“Impian itu ya dekat dengan stasiun kereta, stasiun LRT yang akan selesai dibangun, bahkan dekat dengan akses kereta cepat jika itu nanti terwujud,” ungkapnya.
Kluster tak rencanakan aksesibilitas
Tak banyak kawasan hunian yang mampu menyediakan pilihan akses transportasi bagi penghuninya. Djoko bahkan lebih merekomendasikan masyarakat kelas menengah Jakarta untuk memilih Meikarta sebagai pilihan dibandingkan dengan hunian yang bersifat kluster pada kota-kota penyangga Jakarta seperti Depok, Bogor, maupun Bekasi.
“Hunian kluster itu bukan hanya tidak merencanakan soal fasilitas umum dan fasilitas sosial penghuninya. Yang lebih parah lagi, hunian seperti ini tidak merencanakan aksesibilitas transportasi masyarakatnya,” kata Djoko.
Hunian kluster merupakan hunian berupa rumah tapak maupun hunian tingkat yang hanya terdiri atas sepuluh unit atau lebih. Saat ini, hunian-hunian seperti ini masih banyak dibangun di kota-kota penyangga seperti Depok, Bogor, Tangerang, maupun Bekasi.
“Aturan dan penegakan hukum hunian kluster di kota-kota penyangga Jakarta belum terlalu tegas. Padahal, hunian seperti ini tinggal menunggu masalah yang bernama kemacetan,” ujar Djoko Setijowarno. (S-BS/jr)