Ambon-CS, 20/2/17 (BENDERRA/SOLUSSI): Ada sejumlah fakta yang di luar dugaan. Misalnya, terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS dan berbagai pilihan masyarakat merupakan refleksi dari kondisi dunia sedang underperform atau berada di bawah kondisi yang diharapkan. Lalu, tingginya angka pengangguran, besarnya penduduk miskin, melebarnya kesenjangan ekonomi, dan rendahnya laju pertumbuhan ekonomi, merupakan kondisi underperform yang perlu diatasi semua pihak.
“Kondisi dunia yang underperform adalah masalah nyata di depan mata kita, dan pers memiliki peran yang besar,” ungkap pemilik BeritaSatu Media Holdings, James T Riady, dalam acara ramah tamah masyarakat pers di Ambon, Rabu (8/2/17) malam lalu.
Acara gala dinner dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional (HPN) itu dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, para pemilik media massa, Ketua Dewan Pers Yoseph Adi Prasetyo, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Margiono, para pemimpin redaksi, insan pers seluruh Indonesia, termasuk Theo Sambuaga dan Henry Riady dari ‘Berita Satu Media Holding’.
Kondisi underperform, kata James, terjadi di seluruh dunia. Ekonomi AS, Eropa, dan Jepang belum menunjukkan kinerja meyakinkan. Laju pertumbuhan ekonomi di Eropa masih rendah, sehingga angka pengangguran melonjak. Angka pengangguran kalangan muda di Uni Eropa di atas 25 persen. Laju pertumbuhan ekonom AS belum cukup untuk menurunkan angka pengangguran.
Seiring dengan itu, Jepang masih berkutat dengan pertumbuhan rendah dan deflasi. Angka pengangguran di Negeri Sakura menunjukkan peningkatan. Sementara laju pertumbuhan ekonomi Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir terus menurun.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang kurang dari dua persen selama 10 tahun terakhir, angka pengangguran di Uni Eropa (UE) terus meningkat. Pada akhir 2016, pengangguran terbuka di 27 negara anggota UE berkisar 4 persen hingga 23 persen. Pada tahun 2016, pengangguran terbuka di Prancis 9,5 persen, Portugal 9,8 persen, Spanyol 19,2 persen, dan Yunani 23,1 persen.
Jerman dengan ekonomi yang lebih kuat di antara negara-negara anggota UE pun sudah didera pengangguran 4,1 persen. Inggris yang sudah keluar dari UE terbebani oleh 4,8 persen pengangguran terbuka.
“Yang paling berbahaya adalah pengangguran kaum muda. Di Uni Eropa, pengangguran kaum muda sudah di atas 25 persen,” ujar James.
Pengangguran angkatan muda di Prancis, negara yang banyak menerima imigran, sudah mencapai 25 persen, Spanyol 43 persen, dan Yunani 46 persen.
Pembangunan selama delapan tahun era Presiden Barack Obama pun belum mampu memulihkan ekonomi AS. Pada tahun 2016, pengangguran di AS masih sebesar 4,8 persen, dan pengangguran terbuka kaum muda di negeri Paman Sam itu sudah menembus 10 persen. Pengangguran kaum muda menyebabkan frustrasi, kehilangan harapan, dan perilaku menyimpang.
“Pada saat bersamaan, generasi muda Eropa dan AS dilanda krisis nilai,” ungkap CEO Lippo Group tersebut, yang banyak memberikan perhatian terhadap pendidikan dan kesehatan.
Nilai tanggung jawab dan penghargaan terhadap manusia mulai luntur. Pandangan terhadap eksistensi manusia pun menunjukkan perubahan. Kebebasan yang nyaris tanpa batas dan perkawinan sesama jenis merupakan kemerosotan nilai-nilai yang nyata. Jika situasi ini dibiarkan, dunia akan kehilangan peradaban.
Krisis nilai
Indonesia juga mengalami situasi underperform, seperti terlihat pada laju pertumbuhan ekonomi hanya lima persen, pengangguran terbuka yang masih enam persen, angka kemiskinan 11 persen, kesenjangan sosial ekonomi cukup lebar, ketimpangan antarwilayah, dan pengangguran kaum muda yang mencapai sekitar 17 persen.
Indonesia juga mengalami krisis nilai. Selain lunturnya nilai tanggung jawab, masyarakat Indonesia kini dilanda intoleransi. Nilai kebersamaan, toleransi, dan penghargaan terhadap sesama juga sudah mulai menurun.
Dalam situasi yang underperform, masyarakat cenderung percaya pada janji perubahan. Itu sebabnya, di AS muncul pemimpin baru seperti Donald Trump yang sejak diumumkan sebagai pemenang pilpres tak putus dirundung kecaman. Keluarnya Inggris dari UE juga akibat kondisi yang underperform.
“Di Indonesia akan muncul pemimpin baru yang di luar dugaan jika situasi underperform tidak segera menemukan titik balik,” ujarnya.
Peran pers
Untuk itu, menurut James, pers memiliki peran besar dalam mengubah dunia, mendorong agar terjadi arus balik. Pers ditantang untuk menjalankan fungsinya dengan benar. Yakni, memberikan informasi yang akurat dan objektif, berita dan opini yang mendidik, serta membawa bangsa ini ke level peradaban lebih baik sesuai nilai-nilai Pancasila dan agama.
“Perbaikan bangsa ini dan dunia harus dimulai dari iman,” kata James.
Setiap manusia mesti menyadari, dirinya merupakan ciptaan TUHAN, penyelenggara hidup ini ialah Allah Semesta Alam. Dan setiap manusia dituntut untuk menunjukkan tanggung jawab terhadap dirinya, keluarga, pekerjaan, dan masyarakat.
James mengimbau pers untuk ikut membantu pemerintah dalam mewujudkan kemajuan di bidang ekonomi dan perbaikan di segala bidang. Situasi underperform harus diatasi agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, yakni perubahan yang di luar harapan rakyat.
Pada kesempatan tersebut, pemilik Viva Group, Anindya Bakrie, mengatakan, dalam menghadapi dunia yang masih underperform, masyarakat Indonesia perlu memperhatikan tiga hal. Pertama, tetap optimistis namun penuh kehati-hatian. Kedua, dalam tata ekonomi dunia yang semakin protektif, Indonesia harus agresif, tetapi tetap taktis dan tidak merasa hebat. Ketiga, setiap pihak wajib menunjukkan tanggung jawab, tetapi juga proaktif menangkap peluang.
“Kita tidak cukup hanya responsible, tetapi juga harus responsif,” demikian Anindya Bakrie, sebagaimana dilansir ‘BeritaSatu.com’ dan diolah Tim ‘BENDERRAnews’ serta ‘SOLUSSInews’ untuk ‘Cahayasiang.com’. (Tim)