Jakarta-CS, 27/3/17 (BENDERRA/SOLUSSI): Penampilan Dr Mochtar Riady, ‘Chairman’ Lippo Group di hadapan para pengusaha se-Indonesia, hari Senin (27/3/17) yang memaparkan tentang urgensi ekonomi digital di era masyarakat digital, benar-benar memukau audiens serta mendapat atensi serius.
Pada kesempatan itu, Mochtar Riady menyatakan, Indonesia bisa meniru Tiongkok untuk mengembangkan ekonomi digital dan masyarakat digital. Pasalnya, Negara yang sudah 30 tahun menutup diri tersebut kini dinilai berhasil memanfaatkan ekonomi digital untuk memakmurkan rakyatnya.
Ia menambahkan, kemajuan teknologi pembayaran di Tiongkok sudah sangat pesat. Masyarakat yang ingin berbelanja tidak perlu repot-repot menyiapkan uang tunai.
Namun, hal berbeda ditemui di Jepang. Di salah satu negara maju tersebut, sistem pembayaran masih konvensional, yaitu menggunakan uang tunai.
“Saya beberapa bulan lalu pergi ke kota kelas tiga di Tiongkok. Di situ saya lihat setiap orang bayar delivery dengan e-pay. Dua hari lalu saya ada di Tokyo lihat semua orang beli barang kontan,” katanya di hadapan pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Jakarta.
Disebutnya, pembayaran menggunakan teknologi sangat memudahkan masyarakat sekaligus membuat efisiensi.
Ia memperkirakan, jika Jepang tidak mengikuti perubahan ini, Negara itu bisa terjebak dalam kelompok negara berpendapatan menengah. “Jepang mulai tidak sadar dilampaui Tiongkok. Tidak lama lagi kalau tidak sadar, bisa masuk middle income trap,” kata Mochtar.
Taksi ‘online’
Sosok berjuluk ‘Manusia Ide’ ini juga menceritakan bagaimana perkembangan ekonomi digital di Indonesia. Salah satunya ialah perubahan dari taksi konvensional menjadi taksi online.
“Dia bisa atur puluhan ribu sopir dan begitu tertib. Namun, beberapa bulan kedatangan Grab, Uber, hadir menunjuk betapa hebatnya digital economy,” kata Mochtar.
Indonesia sendiri tidak bisa menghindar dari kejaran ekonomi digital. Dengan kehadiran berbagai e-commerce dan e-pay, Mochtar yakin ekonomi Indonesia ke depan bisa tumbuh lebih besar lagi.
“Dengan e-commerce dan e-pay bangsa Indonesia akan alami kemajuan sangat besar. Mari memikirkan ikut serta dalam digitalisasi bangsa Indonesia,” kata Mochtar.
Masyarakat digital
Intinya, Pendiri Lippo Group ini menyatakan, Indonesia bisa mengacu ke Tiongkok dalam mengembangkan ekonomi digital dan masyarakat digital.
Betapa tidak, Negara yang sudah 30 tahun menutup diri tersebut (komunis) dinilai berhasil memanfaatkan ekonomi digital untuk memakmurkan rakyatnya.
Hal berbeda justru dilihatnya di Jepang, yang masih menggunakan cara-cara konvensional.
Dikatakannya lagi, pembayaran menggunakan teknologi sangat memudahkan masyarakat sekaligus membuat efisiensi.
Karena itu, menurutnya, jika Jepang tidak mengikuti perubahan ini, bisa terjebak dalam kelompok negara berpendapatan menengah.
Mengenai perkembangan ekonomi digital di Indonesia, Mochtar Riady menunjuk sejumlah contoh konkret, di antaranya perubahan dari taksi konvensional menjadi taksi online.
Mengapa begitu, menurutnya lagi, Indonesia tidak bisa lolos dari kejaran ekonomi digital. Dengan kehadiran berbagai e-commerce dan e-pay pun ia yakin ekonomi Indonesia ke depan bisa tumbuh lebih besar lagi.
Rakernas Hipmi
Dr Mochtar Riady memang senagaja diundang Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) yang menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Senin, (27/3/17).
Pelaksana Rakernas Hipmi mengatakan, perhelatan itu dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Ketua Umum BPP Hipmi, Bahlil Lahadalia menambahkan, selain Presiden, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Kerja menjadi pembicara dan narasumber seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Perdagangan Engartiasto Lukito, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar.
Rakernas juga secara khusus menghadirkan Tokoh Pengusaha Nasional Mochtar Riady dan anggota Komisi XI DPR RI, Maruarar Sirait.
“Acara berlangsung mulai jam 9.00 WIB. Kami hadirkan juga pengusaha senior Pak Mochtar Riady,” ujar Bahlil Lahadalia di Jakarta.
Beri pencerahan
Dikatakannya, kehadiran Mochtar Riady sangat penting dalam Rakernas Hipmi kali ini. Sebab, Mochtar Riady dinilai merupakan tokoh pengusaha yang telah malang-melintang dalam dunia bisnis dan sukses.
“Pak Mochtar merupakan tokoh pengusaha yang memiliki banyak pengalaman di dunia usaha. Beliau hadir memberikan pencerahan bagi Hipmi,” katanya.
Sementara dari satu-satunya narasumber dari kalangan legislatif adalah Maruarar Sirait.
Disebutnya, Maruarar yang merupakan politisi PDI-Perjuangan itu hadir tidak hanya sekedar anggota DPR RI. Tetapi juga merupakan tokoh pemuda yang terus berjuang memberikan pemahaman akan nilai-nilai Pancasila dan Kebinekaan bagi seluruh anak bangsa.
Gini rasio
Rakernas Hipmi kali ini mengambil “Revolusi Ekonomi yang Berkeadilan dan Berkelanjutan”. Pemilihan tema itu, kata Bahlil, didasarkan pada padangan Hipmi terkait persoalan ekonomi yang perlu mendapat prioritas di masa mendatang.
“Gini rasio kita masih sangat besar yakni 3,9 persen. Belum lagi ditambah persolaan yang mana pengusaha besar kita hanya itu-itu saja. Selama ini pengusaha UMKM cenderung tak terperhatikan padahal UMKM selalu dijadikan menjadi pahlawan saat krisis,” katanya.
Hipmi berharap pemerintah memberi perhatian yang berkeadilan bagi UMKM. Ia mengatakan, pentingnya kesetaraan dalam bergandeng bersama-sama antara pengusaha keturunan dengan pribumi.
Bahlil mengatakan, UMKM di Indonesia terus bertambah namun pelaku UMKM ini tidak mengalami peningkatan signifikan dari segi aset dan kapasitas usaha. Sedangkan usaha-usaha konglomerasi kian menggurita dan mengalami pertumbuhan aset yang spektakuler.
“Ini yang membuat disparitas di dunia usaha itu makin membesar. Ada yang kurang sehat di kebijakan dan struktur industri kita. Ada yang menikmati insentif ada yang kena disinsentif. Ada regulasi yang akomodatif ada yang tidak bagi si kecil,” ujarnya.
Di satu sisi, usaha-usaha besar tersebut terus menggurita dan menciptakan ekosistem dunia usaha yang tidak sehat dan menciptakan harga di pasar yang tidak bersaing bagi konsumen.
“Tantangan perekonomian terbesar Indonesia saat ini adanya disparitas yang tinggi hampir disemua tingkatan. Selain disparitas dalam dunia usaha, disparitas juga secara sosial antara kaya dan miskin. Pemerintah Pak Jokowi-JK sudah menyadari hal ini dan Hipmi siap membantu pemerintah,” demikian Bahlil Lahadalia, sebagaimana diulas ‘Investor Daily’ dan ‘BeritaSatu.com’ yang diolah Tim ‘BENDERRAnews’ serta ‘SOLUSSInews’ untuk ‘Cahayasiang.com’. (Tim)