Jakarta, 16/6/17 (SOLUSSInews): Presiden Direktur Multipolar Technology, Wahyudi Chandra, menyatakan, di 2017 ini, pihaknya menargetkan pertumbuhan usaha 10 persen, didukung antara lain kenaikan penjualan piranti lunak, sejalan dengan prediksi mulai membaiknya perekonomian sepanjang tahun
“Pertumbuhan usaha pada tahun ini akan tercermin dari laba bersih dan pendapatan yang masing-masing diproyeksikan tumbuh 10 persen,” kata Wahyudi Chandra, dalam keterangannya, belum lama berselang.
Disebutnya, pertumbuhan bisnis sepanjang tahun 2017 masih mengikuti tren penurunan yang terjadi pada tahun 2016.
“Meskipun tahun 2016 kondisi ekonomi membaik, namun kenyataannya para pelanggan lebih mengedepankan prinsip kehati-hatian dengan melakukan efisiensi belanja IT. Hal itu diperkirakan masih berlanjut pada tahun 2017,” ujarnya.
Kinerja positif
Meski begitu, ia optimistis, Multipolar Technology tetap menunjukkan kinerja positif pada 2017 dengan terus mendorong penjualan solusi dan layanan yang sudah difokuskan sejak tahun 2015.
Ia menambahkan, sektor keuangan masih menjadi salah satu bisnis inti Multipolar Technology yang merupakan kontributor utama terhadap total pendapatan.
Selanjutnya sektor telekomunikasi, jasa ritel dan distribusi, manufaktur, Migas.
Sepanjang tahun 2016, Multipolar Technology mencatat pendapatan sebesar Rp1,927 triliun, turun 9,9 persen dibandingkan periode 2015 sebesar Rp2,14 triliun.
Sementara laba bersih mencapai Rp130,17 miliar naik 33,9 persen dari tahun 2015 sebesar Rp97,21 miliar.
Anak perusahaan
Direktur Keuangan Multipolar Technology, Hanny Untar mengatakan, selama 2017 perseroan akan menggenjot pertumbuhan anak usaha. Pada tahun 2017 tambahnya, perusahaan akan mengalokasikan belanja modal (‘capital expenditure’/Capex) sekitar sebesar Rp123 miliar untuk mendukung ekspansi anak usaha.
“Dari total investasi 2017 itu, sebesar 88% dialokasikan untuk anak usaha Visionet Data Internasional (VDI), sebesar Rp17 miliar untuk Graha Teknologi Nusantara (GTN), sisanya untuk bisnis Multipolar Technology,” ujarnya.
Hanny menegaskan, pada 2017 kontribusi VDI terhadap total pendapatan induk usaha diharapkan mencapai 22-25 % dari tahun sebelumnya berkisar 20 persen, sedangkan kontribusi GTN ditingkatkan dari saat ini yang masih lima persen.
Sebagaimana dilansir ‘Detik.com’, sumber pendanaan Capex, berasal dari modal sendiri (‘equity’) sebesar 25 persen selebihnya 75 persen dari pinjaman perbankan (Bank Permata, Bank Mayapada, dan bank asing).
Pada RUPS tersebut, perseroan memutuskan pembagian dividen tunai kepada pemegang saham sebesar Rp59,06 miliar atau 40 persen dari total laba yang diatribusikan kepada entitas induk perusahaan di tahun 2016 sebesar Rp130,165 miliar.
“RUPS menyepakati pembagian dividen tunai atas 1.875.000.000 saham sebesar Rp 31,50 per saham,” demikian Hanny Untar. (S-DC/jr)