Jakarta, 3/8/17 (SOLUSSInews) – Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance, Enny Sri Hartati, mengatakan, perencanaan pengembangan kota industri harus mampu mendorong pertumbuhan daya saing tinggi terutama untuk perkembangan daerah apalagi di era persaingan global.
Karenanya, ia mengingatkan, konsep kota industri harus terintegrasi dan holistik dengan kawasan penunjangnya, seperti hunian, komersil, infrastruktur, konektivitas dan fasilitas umum, serta memperhatikan potensi sosio-ekonomi di setiap daerah di mana kota industri akan dikembangkan.
Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, kepada wartawan, Rabu (2/8/17) kemarin.
“Tenant-tenant yang ada di kota industri juga harus meningkatkan daya saing daerah tersebut contohnya seperti di Malaysia yang mulai membentuk kota-kota baru dengan jenis industri dan infrastruktur pendukung yang memang sesuai potensi dan kebutuhan daerah setempat,” ujarnya, seperti dilansir ‘Suara Pembaruan’.
Dijelaskan, banyak negara telah mengembangkan kota industri dengan pendekatan solutif seperti ini. Termasuk menggandeng akademisi dan universitas untuk memberikan pelatihan atau untuk bekerja sama mengembangkan pusat inovasi dan riset.
Menstimulasi kota lain
Disebutnya lagi, ke depan, pembangunan kota industri juga diharapkan mampu menstimulus kota-kota lain untuk berkembang dan bersaing secara global. Oleh karena itu, tambah Enny, pemerintah perlu mendorong pusat-pusat daerah yang kompetitif dengan memaksimalkan potensi yang sesuai, contohnya berbasis teknologi, otomotif, perkebunan, pertanian atau perikanan.
Pemerintah, lanjutnya, harus mendukung melalui pembangunan infrastruktur yang dapat mengakomodir industri dan manufacturing yang membutuhkan mobilitas tinggi seperti pelabuhan, akses jalan, dan bandara.
Itu akan lebih efisien dan mampu menekan biaya logistik.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pembangunan kawasan industri perlu didukung tersedianya infrastruktur yang terintegrasi seperti jalan, pelabuhan, dan jalur kereta api.
“Kami meyakini, terbangunnya kawasan industri yang terintegrasi bisa mendorong tercapainya pemerataan perekonomian,” ujarnya.
Gencar jajaki investor
Sebelumnya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) tengah gencar menjajaki investor-investor yang memiliki komitmen dan visi yang searah dengan pemerintah.
Adapun investor baru yang dijajaki ialah CFLD Indonesia, yakni perusahaan investasi global berbasis di Singapura yang berpengalaman mengembangkan kota industri dengan track record 52 proyek kota industri di seluruh dunia, termasuk Mesir, Vietnam, Kamboja, dan Amerika Serikat.
Sementara untuk mitra Indonesia yang sudah lama terjalin, di antaranya Japan International Corporation Agency (JICA) dari Jepang yang tengah membangun MRT Jakarta dan tahun ini berencana merambah investasi ke bidang properti.
Begitu juga perusahaan-perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang infrastruktur maupun properti seperti Sinarmas Land, PT Lippo Karawaci Tbk, PT Alam Sutera Realty, Ciputra Group, PT Summarecon Agung Tbk, hingga PT Jaya Real Property Tbk. harus turut mendukung pemerintah dalam pengembangan kota industri yang berdaya saing global. (S-SP/BS/jr)