Jakarta, 31/8/17 (SOLUSSInews) – Dua praktisi bisnis dan pemerhati properti di Jakarta, Teddy Sanjaya serta Dadiet Waspodo, sama-sama menilai, tipe hunian ‘smart interior’ minimalis berbasis hunian vertikal solusi pemerataan kebutuhan hunian rakyat
“Saya melihat, saat ini semakin jadi tren dan berkembang, malahan hal ini kian jadi kesukaan orang kota, yakni, konsep hunian smart interior minimalis,” kata Teddy Sanjaya, dalam bincang-bincang santai dengan Tim ‘SOLUSSInews’ dan ‘BENDERRAnews’ di Jakarta bagian Selatan, belum lama berselang.
Ia menilai, dengan kondisi lahan atau luas tanah serba terbatas, masyarakat perkotaan cenderung menjadikan konsep smart interior sebagai alternatif bahkan solusi untuk memiliki rumah layak.
Dalam konsep hunian tersebut, menurutnya, bisa saja dalam satu ruang sudah tersedia sejumlah fungsi bagi keluarga. “Bisa sampai tiga atau bahkan empat funsi,” katanya lagi.
Karena itulah, Dadiet Waspodo secara terpisah mengatakan, tidaklah mengherankan, jika semakin banyak saja pengembang menawarkan bagaimana menyatukan ruang makan, ruang tidur, ruang keluarga, dan ruang bersantai dengan konsep minimalis.
“Dan konsep hunian ini berbasis pemukiman vertikal seperti rumah susun, apartemen dan sejenisnya,” ujarnya.
Sebab, menurutnya, konsep hunian minimalis memang sangat dibutuhkan terutama bagi para pemilik tipe vertikal studio yang sangat terbatas luasnya.
“Salah satu yang bisa dilakukan, misalnya, fungsi dari kasur bisa digunakan pula secara maksimal menjadi lemari, sofa, hingga meja makan,” tuturnya.
Kebutuhan kaum urban
Harian ‘Suara Pembaruan’ pernah mengulas perkembangan akan properti yang menjamur bagi kaum urban megapolitan Jabodetabek.
Ditemukan, selain harganya yang murah dan lokasi strategis, perkembangan properti dengan konsep smart interior minimalis begitu diburu kaum urban tersebut. Dan karenanya, tumbuh subur.
Apa artinya itu? Konsep hunian smart interior kemudian menjadi kebutuhan menarik. Apalagi dalam satu ‘tower’ apartemen setidaknya tipe studio menjadi primadona bagi kaum muda eksekutif yang belum menikah.
Agaknya, tren ini akan terus berlangsung dalam dasawarsa ke depan, karena dua faktor: Pertama, faktor lahan terbatas, dan kedua, kekhawatiran mengelola tanah sebagai ‘arsip’ air’ atau penyanggah eko sistem.
Solusi pemukiman vertikal
Sementara itu, Dr Ferol Warouw, pakar ekonomi dan teknik lingkungan jebolan Universitas Indonesia menilai, konsep pemukiman vertikal merupakan salah satu solusi terbaik guna mengatasi sangat tingginya kelangkaan hunian layak dan terjangkau bagi rakyat.
“Ini (hunian vertikal, Red) harus digencarkan, karena backlog rumah di Indonesia sekarang mencapai 11,7 juta unit. Selain relatif bisa ramah lingkungan, juga tidak terlalu merusak ekosistem, serta dapat menghasilkan kualitas hunian lebih baik serta harganya terjangkau rakyat,” katanya kepada Tim ‘BENDERRAnews’ dan ‘SOLUSSInews’ di Jakarta, Rabu (30/8/17) malam.
Ferol menunjuk dua faktor utama yang menjadikan konsep hunian vertikal sebagai salah satu solusi terbaik dalam rangka pemenuhan hak hunian layak terjangkau bagi rakyat Indonesia, dimana kini masih butuh 11,7 juta unit.
Pertama, menurutnya, ini mengatasi masalah semakin sempitnya lahan untuk dibongkar-bangkir bagi kepentingan lain, kecuali harus dilestarikan sebagai kawasan penyanggah lingkungan.
“Coba kalau sistem rumah deret, atau yang berkonstruksi berhalaman, dikali aja berapa juta hektar harus disiapkan untuk 11,7 juta unit sebagai kebutuhan minimal hunian yang harus dipenuhi,” bebernya.
Kedua, lanjutnya, kalau pun ada lahan yang bisa diolah untuk pemukiman model konvensional seperti di atas, kountur tanahnya berbukit-bukit, atau curam, bahkan sebagian merupakan kawasan penyangah atau untuk cadangan air. “Yang bila dikelola, bakal memicu bencana,” tuturnya.
Fasilitas hunian terkontrol
Sesungguhnya, konsep di atas sudah jadi hal lumrah di sejumlah negara. Misalnya saja mengambil contoh beberapa kota di banyak negara padat penduduk, seperti India, Brazil, juga Tiongkok, bahkan Jepang, Ferol Warouw memaparkan, pemukiman di sana sudah sejak tiga hingga lima dekade lalu memilih konsep hunian vertikal, dari tipe rumah susun sederhana, ‘flat’, apartemen hingga yang mewah (kondominium).
“Kita di Indonesia sesungguhnya tidak ketinggalan. Hanya saja, para pengembang sering masih bingung berhadapan dengan patron birokrasi yang belum melihat atau berorientasi mencari solusi bagi adanya kompleks hunian layak terjangkau,” katanya lagi.
“Padahal, inilah (rumah vertikal, Red) yang sangat efisien dibangun dan terkontrol dari berbagai aspek. Apakah itu penggunaan sumberdaya, lahan, juga penyediaan berbagai fasilitas pemukiman, dari air bersih, energi, juga kebutuhan kaum milenial seperti IT, ‘shopping’, rumah sakit, sekolah dan seterusnya, yang ada dalam satu blok,” ujarnya sembari menunjuk sejumlah konsep Kota Modern di Indonesia.
Konsep ‘mixed used’
Sesunguhnya, apa yang disorot Ferol Warouw ini kini bisa kita nikmati di kawasan BSD oleh ‘Sinar Mas Land’, atau PIK 1 dan 2 (Agung Podomoro), Sumarecon di Kelapa Gading maupun Serpong, Lippo Group di Karawaci (Lippo Karawaci) juga Lippo Cikarang, lalu kini ada Kota Meikarta.
Ini semua merupakan bentuk-bentuk hunian terintegrasi dengan berbasis adanya ‘tower-tower’ pemukiman vertikal.
Selain itu, ada tambahan manfaat lain seperti pernah dinyatakan oleh sejumlah pengembang tersohor dan senior seperti Tjiputra serta Mochtar Riady. Yakni di kawasan terintegrasi yang berbentuk ‘integrated superblok’, atau juga oleh Lippo Group disebut ‘mixed used’, mobilitas demografi berlangsung secara dinamis dalam satu kawasan saja.
Artinya, jauh dari akan terjadinya kemacetan dan lalulintas yang amburadul, pelayanan kesehatan sulit dijangkau (karena ada dalam blok itu, Red), juga sistem keamanan dan kenyamanan relatif lebih baik, termasuk dalam upaya mengatasi banjir, masalah sampah dan seterusnya bisa diantisipasi lebih terkoordinasi.
Masalah ‘backlog’ rumah
Sebetulnya, dari pemikiran di atas, apa yang kini tengah dilakukan pihak pengembang Kota Meikarta, merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kurangnya hunian bagi masyarakat di Indonesia.
Pasalnya itu tadi, backlog rumah di Indonesia ini mencapai 11,7 juta unit.
“Iya, Meikarta mencoba hadir untuk mendukung pemerintah dalam menyediakan hunian untuk rakyat. Kami juga meluncurkan Meikarta di tengah kondisi pasar properti yang sedang lesu. Dengan demikian, Meikarta menjadi sebuah gebrakan besar di industri properti,” ujar ‘Vice President and Head of Corporate Communication’ PT Lippo Karawaci Tbk, Danang Kemayan Jati.
Mengenai kesuksesan pemasaran Meikarta, Danang menjelaskan perusahaan memakai strategi yang jitu untuk memasarkan hunian di kawasan tersebut.
“Kami menjual properti tidak setengah-setengah. Kami mencatatkan penjualan hampir 120.000 unit dalam empat bulan pemasaran atau sejak Mei 2017,” katanya.
Permintaan rumah tinggi
Selanjutnya, Danang Kemayan Jati juga menyebutkan, Meikarta merupakan inovasi baru di dunia properti.
Kota modern yang berada di jantung ekonomi Indonesia di koridor Jakarta-Bandung ini juga menjadi solusi bagi masyarakat untuk memiliki hunian dengan harga terjangkau.
“Ini solusi di tengah tingginya permintaan rumah murah. Banyak masyarakat yang sudah bekerja dan memiliki penghasilan, namun belum bisa membeli rumah. Meikarta akan menjadi solusinya, karena kami memasarkan hunian terjangkau dengan harga mulai dari Rp127 juta per unit,” kata Danang.
Penuhi semua strata
Satu hal lagi, Meikarta akan menjadi sebuah kawasan residensial yang bisa dihuni semua strata masyarakat dengan berbagai lapisan sosial dan ekonomi.
Meikarta akan dilengkapi berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang didukung oleh akses infrastruktur yang lengkap dan baik.
“Central park atau taman di tengah Meikarta juga merupakan inovasi terbaru bagi sebuah lingkungan tempat tinggal. Kami akan terus mengembangkan Meikarta menjadi suatu kota baru yang nyaman,” ujarnya.
Sebelumnya, Chief Marketing Officer (CMO) Lippo Homes, Jopy Rusli mengatakan kota modern Meikarta juga berada di pusat kawasan industri yang besar.
Simbol kota modern
Meikarta berhasil membangun ‘imej’ sebagai ikon properti nasional dan simbol kota baru modern dengan dukungan infrastruktur terlengkap. Sehingga menjadikan Meikarta langsung diburu ratusan ribu peminat sejak di-‘soft launching’ awal Mei 2017.
Antusiasme konsumen yang kini tiap hari antre mendapatkan unit-unit hunian menarik lagi terjangkau, jelas tak terlepas pula dari kepiawaian Tim Marketing Meikarta dalam membuat aneka gebrakan yang inovatif.
Sosok pebisnis sekaliber Hary Tanoesoedibjo pun termasuk di antara para pesohor negeri yang mengagumi dan memuji konsep Meikarta ini.
Tak pelak lagi, siasat dan cara marketing Meikarta kemudian mendapat pengakuan dan pujian dari salah satu koran ‘mainstream’ nasional, Koran Sindo, salah satu media milik grup Hary Tanoe.
Ya, tersebutlah PT Mahkota Sentosa Utama yang membangun Meikarta–kota mandiri baru dengan total investasi Rp278 triliun–meraih penghargaan dalam ajang “Apresiasi Inovasi untuk Negeri” oleh Koran Sindo.
Pasalnya, hanya dalam empat bulan pemasaran atau sejak Mei 2017, kota yang dirancang lebih indah dari Jakarta itu berhasil mencatatkan penjualan hampir 120.000 unit apartemen.
Diinformasikan, proyek terbesar Lippo Group yang berlokasi di Cikarang, Kabupaten Bekasi, tersebut mendapat penghargaan untuk kategori “Inovasi Pemasaran”.
Ribuan perusahaan multinasional
Saat ini, kawasan itu memiliki sekitar 4.000 perusahaan multinasional dengan jumlah ekspatriat berkisar 12.000-15.000 orang yang hampir semuanya bekerja di kawasan industri Cikarang.
“Kota Baru Meikarta ini merupakan wujud dari keinginan membuat kawasan hunian yang nyaman dan aman bagi penghuninya, dengan fasilitas lengkap,” kata Jopy Rusli.
Proyek kota baru Meikarta senilai Rp278 tiliun itu dibangun di atas lahan seluas 500 hektare (ha) di kawasan Lippo Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Visi Meikarta ialah menjadi kota paling besar dan paling indah di Indonesia untuk kehidupan dan pekerjaan yang lebih baik, bahkan lebih baik daripada Jakarta.
Akhir 2018 siap
Disebutkan, dalam tahap pertama, di Meikarta akan dibangun 250.000 unit apartemen dengan total luas bangunan sekitar 22.000.000 meter persegi (m2) yang akan langsung menampung sekitar satu juta orang. Pekerjaan fisik sudah dimulai sejak Januari 2016 dan sebanyak 50 gedung sudah mulai siap dihuni pada Desember 2018.
“Meikarta nantinya diberi fasilitas lengkap seperti di Kota New York, Amerika Serikat. Kelak, di area Meikarta ada central business district (CBD) Orange County. Proyek ini berada di tengah antara lain kawasan Lippo Cikarang, Jababeka, dan MM2100. Kota modern Meikarta tersebut merupakan proyek dengan investasi yang terbesar sepanjang 67 tahun kiprah Lippo Group di Indonesia,” papar Joppy Rusli. (Jeffrey Rawis, dari berbagai sumber — foto ilustrasi istimewa)