Jakarta, 18/9/17 (SOLUSSInews) – Dalam peta properti nasional, Kota Cikarang yang terletak di timur Ibu Kota, Jakarta, kini punya julukan baru: “Koridor Timur Jakarta”.
Namun, kawasan ini sesungguhnya telah menjadi salah satu pusat industri nasional yang nilai ekspornya mampu bersaing dengan Batam.
Sejumlah kawasan industri besar, termasuk PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), Jababeka dan yang lainnya eksis di sini sejak lebih dua dekade lalu. (LPCK diketahui sejak 1984, dan mendapat izin mengelola kawasan industri plus kawasan komersial dan pemukiman di tahun 1987, Red).
Kini dapat dikatakan kawasan industri di Cikarang merupakan sentral ekonomi potensial. Mengingat ada sekitar 3.000 pabrik yang berasal dari 30 negara berlokasi di kawasan tersebut.
Asal tahu saja, data menunjukkan, kawasan tersebut mampu menyumbang sebesar 34,46 persen penanaman modal asing (PMA) nasional, serta 22-45 persen volume ekspor nasional pada tahun 2008 dengan omzet mencapai 35 miliar dollar AS dan 70 persen di antaranya untuk pasar ekspor.
Kawasan hunian pekerja
Ujung-ujungnya, demikian ‘KompasProperti’ (9/8/17), Cikarang menjadi kawasan potensial hunian bagi para pekerja. Sekaligus kawasan yang bernilai ekonomis.
Untuk mewujudkan lebih cepat hal itu, saat ini, pemerintah membangun enam insfrastruktur penting. (Lihat: http://properti.kompas.com/read/2017/09/09/140100121/simak-enam-infrastruktur-penting-di-cikarang).
Berturut-turut, Pertama, Patimban Deep Seaport yang nantinya akan membantu aktivitas ekspor dan impor di daerah tersebut. Lantaran merupakan pelabuhan dalam, kapal besar dapat langsung merapat dan tak lagi perlu melalui Pelabuhan Tanjung Priok.
Kedua, International Airport Kertajati. Keberadaan Kertajati ini tentu akan memudahkan lantaran pilihan Bandara di kawasan tersebut menjadi lebih banyak.
Yang ketiga, kereta api cepat Jakarta-Bekasi-Cikarang-Bandung. Moda transportasi ini akan membuat lama perjalanan Jakarta-Bandung hanya 39 menit.
Lalu, keempat dan kelima ialah Light Rail Transport (LRT) Cawang-Bekasi Timur-Cikarang serta Automated People Mover (monorel).
Selanjutnya, infrastruktur keenam ialah ‘Jakarta Cikampek Elevated Highway’ (jalan tol bertingkat Cikampek).
Cikarang kian mengkilap
Keenam infrastruktur tersebut diperkirakan akan selesai dibangun dua hingga tiga tahun mendatang.
Yang menarik, keenam infrastruktur itu menjadi pendukung bagi kota baru Meikarta yang tengah dibangun LPCK.
Monorel akan dibangun di tengah Meikarta. Moda transportasi itu menjadi penyambung kawasan itu dengan daerah-daerah industri di Cikarang.
Lalu, kawasannya juga dikunjungi KRL, dilewati kereta cepat, dekat dengan Bandara Kertajati serta Pelabuhan Patimban. Mereka yang berbisnis internasional tak perlu ruwet dan stres ketinggalan kargo kapal laut, atau ditingalkan pesawat terbang akibat ‘crowded’ lalu lintas.
Meikarta harapan baru
Karenanya, Megaproyek Meikarta menjadi harapan baru bagi Cikarang dan bahkan sekitarnya.
“Kota modern ini berada persis di posisi strategis yang dikepung enam infrastruktur modern, sehingga kawasan hunian ini benar-benar berkelas dunia,” kata Dadiet Waspodo, pelaku bisnis properti dari Tangerang Selatan, ketika berbincang dengan Tim ‘SOLUSSInews’ dan ‘BENDERRAnews’, Senin (18/9/17.
Itu bagi kalangan pebisnis. “Tetapi bagi kaum pekerja dan termasuk kelompok menengah ke bawah yang mengadu nasib di kawasan industri Cikarang, termasuk Kawasan Industri Lippo Cikarang, Kawasan Industri Jababeka dan seterusnya, Kota Meikarta pun menawarkan hunian murah atau terjangkau dengan angsuran ringan, 20 kali. Siapa yang gak mau beli unit di sini,” tanyanya.
Artinya, demikian Dadiet, para pekerja itu dimudahkan dari sisi jarak ke tempat kerja. Dia tak perlu tinggal lagi di luar kawasan, atau di Jakarta dengan jarak tempuh sekitar dua hingga tiga jam, jika lalu lintas macet.
“Di sini, praktis tak ada ‘traffic jam’, karena mereka tinggal di dalam sekitar kawasan industri dan dikeliling kawasan komersial modern, juga dilengkapi kawasan pusat pendidikan, kesehatan, wisata alam seperti Kebun Raya Bogor atau ‘Central Park New York’ di tengah kota,” demikian Dadiet Waspodo. (S-Jeffrey Rawis, dari berbagai sumber — foto ilustrasi istimewa)