Jakarta, 27/9/2017 (SOLUSSInews) – Jika dikembalikan sebelum era tahun 80-an dan tinggal di Cikarang, kemungkinan besar akan muncul pemikiran bahwa daerah tersebut akan selamanya menjadi kawasan miskin dan jauh tertinggal dari kota-kota lain di Indonesia.
Bagaiman tidak, tanah di kawasan ini tandus, bahkan nyaris tak pernah diguyur hujan. Ini pula yang memicu masyarakat di sana, sebelum era 1980 meninggalkan Cikarang. Masyarakat lebih memilih mengadu nasib di kota lain, diantaranya Jakarta, daripada harus tetap tinggal di Cikarang, namun tanpa tahu nasibnya ke depan.
Pemerintah Kabupaten Bekasi menetapkan Cikarang sebagai kawasan industri sekitar tahun 1980. Sejak saat itu pula, perlahan-lahan Cikarang berubah menjadi kota yang hidup. Kini, Cikarang disebut sebagai wajah dari perekonomian nasional.
Apalagi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan Cikarang sebagai kawasan industri ekspor dan impor.
Cikarang menjadi bagian dari Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Ada Cikarang Pusat, Cikarang Barat, Cikarang Utara, Cikarang Timur, dan Cikarang Selatan. Cikarang disebut-sebut sebagai pusat kegiatan ekonomi Kabupaten Bekasi, bahkan bisa disebut nasional.
Tak heran pula jika pelaku usaha melirik kawasan ini untuk mengembangkan bisnisnya. Diantaranya pelaku usaha di sektor properti, berlomba-lomba mengunvestasikan uangnya.
Kenapa demikian? Sebab, Cikarang memiliki potensi menjadi kota hunian dan kawasan industri yang akan terus berkembang. Bahkan, kalangan pelaku properti mentahbiskan Cikarang sebagai tempat terbitnya matahari atau sunrise.
Ternyata memang benar. Tak hanya pelaku usaha properti, investor di bidang lain juga gencar berinvestasi di kawasan tersebut. Geliat ekonomi Cikarang mengalami pertumbuhan signifikan.
Cikarang memiliki tujuh kawasan industri raksasa, yakni Jababeka, Bekasi Fajar, Delta Silicon, Kota Delta Mas, MM2100, EJIP, serta BIIE (Hyundai). Tidak jauh dari kabupaten tersebut, Kabupaten Karawang juga menampung enam kawasan industri, antara lain Suryacipta KIIC, Kujang Industrial Estate, KI Mitrakrawang, dan Kota Bukit Indah.
Meikarta, asa baru
Basis ekonomi Cikarang semakin menguat karena memiliki 4.000 perusahaan multinasional dari 35 negara. Dari jumlah itu, total pekerja asing yang bekerja di situ ada sekitar 20.000 orang. Tak heran, Cikarang bisa berkontribusi rerata hingga 30 persen ekspor nasional.
Laman www.bps.go.id mencatatkan bahwa nilai ekspor Indonesia Mei 2017 mencapai 14,29 miliar dolar AS atau meningkat 7,62 persen jika dibandingkan ekspor April 2017. Apabila dibandingkan Mei 2016, angka ini meningkat 24,08 persen.
Lantas, ekspor nonmigas Mei 2017 mencapai 13,02 miliar dollar AS atau naik 6,37 persen dibanding April 2017, sedangkan jika dibanding dengan ekspor Mei 2016, naik 23,34 persen.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada Januari 2017 hingga Mei 2017 mencapai 68,26 miliar dollar AS atau meningkat 19,93 persen dibanding periode yang sama tahun 2016. Sedangkan ekspor nonmigas mencapai 61,98 miliar dollar AS atau meningkat 20,10 persen.
Selanjutnya, peningkatan terbesar ekspor nonmigas Mei 2017 terhadap April 2017 terjadi pada mesin-mesin pesawat mekanik sebesar 178,2 juta dollar AS (43,81 persen). Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bahan bakar mineral sebesar 115,9 juta dollar AS (6,47 persen).
Berikutnya, menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari 2017 hingga Mei 2017 naik 16,22 persen dibanding periode yang sama tahun 2016, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 28,54 persen, serta ekspor hasil tambang dan lainnya naik 45,46 persen.
Ekspor nonmigas Mei 2017 terbesar ialah ke Amerika Serikat, yaitu 1,53 miliar dollar AS, disusul ke China 1,51 miliar dollar AS dan India 1,28 miliar dollar AS, dengan kontribusi ketiganya mencapai 33,14 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar 1,39 miliar dollar AS.
Berdasarkan provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari 2017 hingga Mei 2017 berasal dari Jawa Barat dengan nilai 11,68 miliar dollar AS (17,11 persen), diikuti Jawa Timur 7,52 miliar dollar AS (11,02 persen), dan Kalimantan Timur 7,13 miliar dollar AS (10,45 persen).
Menilik angka-angka di atas, potensi peningkatan ekonomi di Cikarang bisa diibaratkan membuat matahari kian benderang sinarnya. Salah satu yang bakal menjadi bagian dari peningkatan itu ialah pengembangan kota baru Meikarta.
Poyek dari Lippo Group senilai Rp278 triliun merupakan harapan baru bagi Cikarang dan bahkan sekitarnya. Kota mandiri yang digadang-gadang menjadi Jakarta baru. (S-Feber S/ jr – foto ilustrasi istimewa)