Jakarta, 27/9/2017 (SOLUSSInews) – Pemenuhan kebutuhan transportasi sehari-hari warga Kota Cikarang semakin sempurna menyusul resminya pengoperasian KRL relasi Jakarta Kota-Cikarang,sejak awal September 2017.
Bagaimana tidak, warga Cikarang yang selama ini hanya dilayani kereta api lokal, KA Walahar Ekspres dan KA Jatiluhur, kini makin memiliki alternatif karena akan resminya pengoperasian KRL.
KA Jatiluhur sendiri melayani relasi Tanjung Priok-Cikampek pergi pulang. Sementara, KA Walahar menjadi perpanjangan rute dari Cikampek-Purwakarta pergi pulang.
Namun, jika KRL sudah beroperasi, maka KA Jatiluhur dan KS Walahar, nantinya hanya sampai Stasiun Cikarang. “Semoga, penumpang beralih menggunakan KRL,” ujar Kepala Hubungan Masyarakat KCJ Eva Chairunnisa di Jakarta, baru-baru ini.
PT KAI Commuter Line Jabodetabek (KCJ) telah melakukan uji coba pengoperasian KRL Relasi Jakarta Kota-Cikarang pergi pulang, sejak akhir Juli 2017. Sejumlah stasiun lama yang dilalui KRL Relasi, juga dibenahi agar layak menjadi tempat pemberhentian dan memberikan kenyamanan bagi pengguna KRL.
Stasiun itu antara lain Stasiun Tambun, Cibitung, dan Cikarang. PT KCJ juga membangun stasiun kereta api terbaru yaitu Stasiun Bekasi Timur.
Infrastruktur stasiun ditingkatkan dan dibuat senyaman mungkin dengan prasarana dua lantai untuk pembelian tiket. Khusus Stasiun Cikarang, ada desain megah yang diwujudkan selain prasarana dua lantai itu yakni lift.
Kelak, kata Eva, rute kereta Jakarta Kota-Cikarang membutuhkan waktu tempuh 1 jam 15 menit. Kedua stasiun terhubung rel sepanjang 43,9 kilometer dengan 21 stasiun antara. “Jarak tempuh bakal lebih cepat jika proyek rel ganda selesai,” katanya.
Eva mengungkapkan, harga tiket KRL Relasi Jakarta Kota-Cikarang sesuai dengan regulasi sebesar Rp 5.000. Itu merupakan tarif subsidi dari tarif normal Rp 11.000.
KCJ sejauh ini masih belum menentukan jadwal operasi kereta harian. “Untuk sementara, diperkirakan bakal ada lima trip pergi pulang,” kata dia.
Prediksi 130 tahun lalu
Patut dibayangkan, berlabuhnya KRL di Stasiun Cikarang membuat Kota Cikarang semakinpenting bagi kehidupan masyarakat. Hal ini yang menjadi salah satu unggulan pembangunan kota baru Meikarta oleh Lippo Group.
Megaproyek untuk Jakarta baru senilai Rp278 triliun itu adalah harapan baru bagi Cikarang dan bahkan sekitarnya.
Merefleksi 130 silam atau pada 1887, pemerintahan kolonial Hindia Belanda sudah memprediksi kawasan pantai bagian utara Jawa atau lebih dikenal dengan istilah Pantura, bakal menjadi lokasi strategis.
Kenyataan sekarang, prediksi itu terbukti benar. Merunut sejarah perkembangan Pantura, dimulai dari penerbitan kebijakan atas investasi asing menyusul kebijakan politik liberal pada masa itu.
Investor asing diperkenankan masuk untuk berinvestasi. Ujungnya, kawasan Pantura itu menjadi lini strategis lalu lintas manusia dan logistik.
Awalnya, setelah Batavia, Pantura Jawa bagian Barat dianggap sebagai perpanjangan penanaman modal asing tersebut. Titik utamanya ialah Lemah Abang, kini menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat (Jabar).
Di sana ada tiga simpangan utama. Ketiganya ialah pertemuan arus lalu lintas jalan negara dan provinsi dari Batavia, Pantura, dan pantai selatan Jawa. Pelintasan itu menyertakan pula kawasan Cibarusah (kini menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Bekasi), Bogor, dan Cianjur.
Posisi inilah yang membuat Pemerintah Hindia Belanda melalui Beos, atau sohor dikenal kala itu sebagai Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij atau Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur, membangun rel kereta api mulai dari Manggarai ke Kedunggedeh.
Nah, Stasiun Lemah Abang menjadi salah satu bukti sejarahnya. Salah satu wilayah yang ikut terkena proyek pembangunan itu ialah Stasiun Cikarang.
Saat ini, Cikarang kian meningkat kelasnya sebagai titik paling timur dari arah Jakarta untuk perjalanan kereta rel listrik (KRL). Berada di ketinggian 19 meter di permukaan laut (+19), Stasiun Cikarang menjadi stasiun utama penumpang di Kabupaten Bekasi. Stasiun ini berada di timur Sungai Cikarang dan terletak di belakang pasar tradisional Cikarang. (S-Feber S/jr – foto ilustrasi istimewa)