Bogor, 10/10/17 (SOLUSSInews) – Dr Mochtar Riady, Pendiri Lippo Group yang dilabeli ‘si manusia ide’, memberi tips tentang pengembangan perbankan.
Dikatakan, dalam industri perbankan terdapat dua jenis bankir, yakni bankir yang sukses dan bankir yang baik. Dia menyarankan untuk menjadi bankir yang baik, bukan yang sukses.
Mochtar Riady menjelaskan, bankir sukses ialah bankir yang memberikan pinjaman kepada nasabah dengan jaminan yang cukup dan memberikan bunga tinggi. Namun, dana yang diberikan tidak dilihat kualitasnya untuk kegiatan apa.
Dia menekankan, perlu menjadi bankir yang berprinsip. Seorang bankir yang baik seharusnya memberikan kebaikan kembali kepada bangsa, kepada orang-orang, dan menciptakan kesempatan kerja.
Bankir baik, menurutnya, ialah bankir yang selalu memikirkan untuk meringankan beban nasabah, serta membantu nasabah agar bisnisnya menjadi besar. Dengan demikian, setiap tahun bisa menambah lapangan pekerjaan bagi orang lain dan membuat nasabah untung lebih besar yang juga dapat memperkaya kas negara dari pajak yang dibayar.
“Bankir sukses itu memberikan uang kepada nasabah, tapi tidak mau tahu uang itu akan digunakan untuk apa, yang penting ada jaminan dan berani bayar tinggi. Itu bankir sukses tapi tidak bermoral. Saya mengatakan kepada karyawan harus menjadi bankir yang baik, jangan jadi bankir yang sukses,” jelas Mochtar Riady di “BCA Learning Institute”, Sentul, Bogor, Selasa (10/10/17).
Sesudah berhasil mengubah rapor merah beberapa bank menjadi hitam, Mochtar Riady memiliki tujuan lain untuk menciptakan rumah kliring yang mungkin sesuai dengan bank sentral Inggris atau Indonesia.
“Dahulu, poundsterling adalah mata uang cadangan dunia, dan tentu saja membuat Bank of England menjadi rumah kliring untuk perdagangan dunia. Itulah saat saya memiliki sebuah ambisi untuk menciptakan sebuah clearing house di negara tersebut untuk diperdagangkan di luar Bank Indonesia,” kata Mochtar Riady.
Berjaya besarkan BCA
Dia juga menceritakan, untuk menjadi orang yang sukses ibarat mengejar kuda dengan menunggangi kuda. Tahun 1975, Mochtar bergabung di PT Bank Central Asia Tbk (BCA) setelah berhasil membangun Bank Kemakmuran, Bank Buana, dan Bank Panin.
“BCA menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, karena Indonesia bisa membangun bank bertaraf internasional. Awalnya, niat saya membuat bank itu disebut khayalan oleh ayah saya. Menurut saya, bank itu adalah jual beli kepercayaan, dan untuk mengejar kuda saya harus menunggangi kuda supaya bisa berlari bersama,” papar dia.
Ketika bergabung di BCA, Mochtar Riady mencari cara untuk merangkul nasabah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan membuat produk Tabungan Hari Depan BCA (Tahapan). Idenya sebenarnya cukup sederhana, yakni bagaimana agar BCA dapat menarik dana masyarakat dalam skala besar, yang awalnya uang tersebut disimpan di bawah bantal kemudiaan dialihkan ke rekening bank.
Tahapan BCA ini juga digunakan sebagai alat pemasaran yang efektif untuk mendapatkan dan mempertahankan nasabah, selain sebagai instrumen untuk mendapatkan keuntungan yang cukup besar.
Kemudian, Mochtar Riady membentuk tim kurir untuk pengiriman dana ke daerah-daerah demi mempersingkat waktu, dari yang berlaku saat itu selama 40 hari menjadi hanya satu hari. Usahanya berhasil. BCA kemudian tumbuh menjadi bank besar dan berbagai produk dipasarkan.
“Saya mulai memikirkan bagaimana transfer uang ini bisa sampai besok harinya, maka saya pakai ratusan kurir untuk membawa surat perintah membayar kepada nasabah. Transfer uang ini di bank-bank pemerintah waktunya 40 hari, ini menjadi peluang saya, bagaimana caranya bisa sampai sehari,” jelasnya.
Disebut Mochtar Riady, dengan waktu satu hari, pihaknya bisa membantu nasabah supaya uang tersebut tidak mengendap, selain itu juga nasabah tidak diberikan beban biaya untuk pengiriman uang dengan kurir tersebut. Hal tersebut membuat nasabah BCA manjadi banyak.
Tahapan BCA yang kini meraih sukses besar, menjadi salah satu produk yang dipopulerkan. Sebab, produk inilah yang membuat BCA dikenal sebagai bank dengan komposisi dana murah terbaik.
“Produk itu terinspirasi dari orang-orang yang berjudi. Saya buat satu tabungan tanpa judi, tapi nasabah bisa mendapat undian yang menguntungkan. Waktu itu, Perbanas mengadakan rapat umum dan mereka meniru saya menciptakan Tahapan yang berkembang di BCA. Di luar dugaan, sekarang Tahapan sudah mencapai Rp 280 triliun sejak 20 sekian tahun saya buat,” ungkapnya.
Di sisi lain, Mochtar Riady menjelaskan, saat ini masih terjadi ketimpangan sosial. Menurut dia, salah satu faktor penting dalam menekan kemiskinan adalah perbaikan sistem guna menekan kesenjangan perdagangan.
Mochtar Riady memberikan contoh masyarakat desa yang membeli barang lebih mahal, karena harus melalui penengah. Sementara itu, ketika menjual, harga komoditas yang dihasilkan masyarakat desa menjadi lebih murah, karena harus melalui penengah sampai ke kota. (S-S/jr — foto ilustrasi istimewa)