Jakarta, 18/10/17 (SOLUSSInews) – Dell Technologies baru-baru ini menerbitkan yang menyatakan, tahun 2030 semua perusahaan akan menjadi organisasi teknologi. Karena itu semua perusahaan saat ini harus sudah mulai memikirkan cara membuat infrastruktur dan tenaga kerja mereka dapat tetap relevan di masa depan.
Penelitian yang dipimpin oleh Institute for the Future (IFTF) bersama 20 pakar teknologi, akademisi dan bisnis dari seluruh dunia ini mengungkapkan bagaimana teknologi-teknologi baru, seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), robotik, virtual reality, augmented reality, dan cloud computing akan mentransformasi hidup dan cara manusia bekerja dalam satu dekade ke depan.
Laporan yang berjudul ‘Era Baru Kolaborasi Antara Manusia dan Mesin’ (The Next Era of Human-Machine Partnerships) juga memberi wawasan tentang bagaimana konsumen dan perusahaan dapat mempersiapkan diri menghadapi masyarakat yang terus-menerus berubah.
“Selama ini kita mengenal dua perspektif ekstrem tentang mesin dan masa depan: isu-isu yang muncul karena kekhawatiran akan pengangguran yang tercipta akibat teknologi atau pandangan yang terlalu optimis yang menyatakan teknologi akan menyembuhkan semua penyakit sosial dan lingkungan kita,” kata Rachel Maguire, Research Director, Institute for the Future dalam keterangan tertulisnya, Rabu (18/10/17) sebagaimana dilansir ‘Investor Daily’ dan ‘BeritaSatu.com’.
Laporan tersebut memprediksi teknologi-teknologi baru, yang didukung kemajuan luar biasa di bidang software, big data dan daya pemrosesan data, akan merancang ulang kehidupan.
Masyarakat akan memasuki suatu fase baru dalam hubungan mereka dengan mesin, yang akan memiliki karakteristik yaitu, efisiensi dan peluang yang lebih besar dari sebelumnya, membantu manusia mengatasi keterbatasannya.
Selain itu, manusia sebagai konduktor digital dimana teknologi akan berperan sebagai perpanjangan tangan manusia, membantu mengarahkan dan mengelola aktivitas sehari-hari dengan lebih baik
Pekerjaan akan ‘mengejar’ manusia, dimana dengan menggunakan teknologi pencocokan (matchmaking) berbasis data yang canggih, perusahaan dapat menemukan dan mempekerjakan karyawan-karyawan berbakat dari seluruh dunia
“Manusia mempelajari hal-hal baru “saat itu juga” (in the moment) karena laju perubahan akan sangat cepat sehingga industri-industri baru akan tercipta dan keterampilan-keterampilan baru pun akan dibutuhkan untuk bertahan hidup,” tambahnya.
Keunggulan kompetitif
Dell Technologies mensponsori penelitian ini untuk membantu perusahaan menavigasi dunia yang tidak pasti ini dan mempersiapkan masa depan. Saat ini, disrupsi digital terus-menerus merancang ulang berbagai industri.
Untuk pertama kalinya di era modern, para pemimpin di seluruh dunia tidak dapat memprediksi masa depan industri mereka.
“Perusahaan-perusahaan di seluruh wilayah Asia Pasifik dan Jepang tidak bisa tidak mulai berpikir dari sekarang tentang cara mereka berkolaborasi dengan dan menggunakan mesin di masa depan. Kolaborasi antara manusia dan mesin ini akan menjadi kunci untuk mendorong keunggulan kompetitif dalam beberapa tahun ke depan,” ujar David Webster, President, APJ Enterprise, Dell EMC.
Menurut Indeks Transformasi Digital Dell, 61% pemimpin bisnis di wilayah Asia Pasifik dan Jepang telah mengalami disrupsi signifikan dalam industri mereka akibat teknologi-teknologi digital. Bahkan, lebih dari separuh perusahaan meyakini dalam tiga hingga lima tahun ke depan perusahaan mereka mungkin akan berhenti beroperasi.
“Sebaiknya kita memusatkan perhatian pada bentuk hubungan baru antara teknologi dan manusia yang akan tercipta,serta bagaimana kita bisa mempersiapkan diri dengan tepat. Jika kita terus berupaya memberdayakan kolaborasi antara manusia dan mesin agar dapat berhasil, tentu dampaknya akan memperkaya kita semua,” katanya.
Hal-hal lain yang disoroti dalam laporan ini meliputi pada 2030, ketergantungan manusia terhadap teknologi akan berkembang menjadi kerja sama nyata dengan manusia, menghasilkan keterampilan seperti kreativitas, semangat dan pola pikir kewirausahaan.
Hal ini akan sejalan dengan kemampuan mesin untuk menghasilkan kecepatan, otomatisasi, efisiensi serta produktivitas yang dihasilkan akan memungkinkan peluang-peluang industri dan peran baru.
“Melalui teknologi-teknologi baru yang memungkinkan kolaborasi ini, perusahaan perlu memastikan mereka memiliki infrastruktur TI modern penting yang dibutuhkan untuk mempercepat masa depan digital mereka,” katanya.
Pada 2030, para asisten artificial intelligence (AI) terintegrasi dan sesuai kebutuhan akan dapat melakukan berbagai hal melebihi apa yang dapat dilakukan para asisten masa kini. Mereka akan mengurus manusia dengan cara prediktif dan otomatis.
Selain itu, teknologi tidak berarti menggantikan para pekerja, tapi proses menemukan pekerjaan akan berubah. Pekerjaan tidak lagi akan terbatas pada tempat, namun lebih merupakan serangkaian tugas.
Teknologi pembelajaran mesin (machine learning) akan membuat keterampilan dan kompetensi setiap individu menjadi mudah dicari, dan perusahaan akan mengejar bakat-bakat terbaik untuk mengerjakan tugas-tugas khusus.
Diperkirakan 85 persen pekerjaan di tahun 2030 belum tercipta. Laju perubahan akan terjadi begitu cepat sehingga manusia akan belajar saat itu juga (in the moment) menggunakan teknologi-teknologi baru seperti augmented reality (AR) dan virtual reality (VR). Kemampuan untuk memperoleh pengetahuan baru akan lebih berharga daripada pengetahuan itu sendiri.
“Manusia telah bekerja berdampingan dengan mesin selama berpuluh-puluh tahun. Di wilayah Asia Pasifik dan Jepang, kami telah melihat cepatnya adopsi teknologi-teknologi baru, seperti VR, Cloud dan AI, yang memungkinkan evolusi hubungan dan dinamika antara manusia dan mesin,” tutur Amit Midha, President, APJ Commercial, Dell EMC.
Menurut dia, melalui kolaborasi ini akan menjadi kerjasama yang saling menguntungkan, dimana mesin menghadirkan kecepatan, otomatisasi dan efisiensi yang lebih baik, serta manusia memberikan kemampuan penilaian, kreativitas dan pemecahan masalah. (S-ID/BS/jr)