Jakarta, 14/11/17 (SOLUSSInews) – Situasi sama dihadapi gerai-gerai pasar modern dunia, dari Eropa, Amerika hingga Asia (terutama di India dan Malaysia), bahkan hingga Indonesia. Tak sedikit hypermarket melakukan pengurangan gerai, atau bahkan menutup sama sekali operasinya.
Salah satu penyebabnya, selain melonjaknya omzet belanja ritel via online, juga memang ada kecenderungan konsumen untuk tidak terlalu royal lagi membelanjakan pendapatannya yang pas-pasan alias tak naik.
Itu di kalangan menengah ke bawah. Yakni, irit membelanjakan uangnya.
Sedangkan di level menengah atas, para konsumen masih wait and see, menunggu momentum dan rasa konfidens untuk membelanjakan atau menginvestasikan dananya. Misalnya aksi PR yang lebih friendly ihwal perpajakan, juga pembenahan tuntas perizinan usaha, sebagaimana didiskusikan dalam ‘Economic Chalangger” Metro TV, Selasa (14/11/17) .
Tiga faktor utama itulah yang membuat kita tak juga bisa menutup mata, seperti sorotan beberapa pengamat dan studi institusi tertentu, terjadi penurunan daya beli masyarakat.
Itu semua telah membuat para perusahaan ritel terseok-seok.
Respons MPPA
Pihak perusahaan ritel terkemuka di Indonesia, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) pengelola Hypermart, Foodmart Primo dan Foodmart Fresh, pun tak menampik adanya penurunan penjualan, karena menurunnya gairah konsumen.
Direktur Komunikasi sekaligus Corporate Secretary MPPA. Danny Kojongian mengakui, anjloknya kinerja keuangan memang sedikit dipengaruhi melemahnya tingkat konsumsi masyarakat.
“Memang tidak bisa menutup mata bahwa pasar sedang sulit sejak tahun lalu. Teman-teman peritel lainnya juga merasa begitu, termasuk MPPA, apalagi daya beli turun baru mau pulih. Tapi ini bukan sebgai penyebab utama, meski memang ada dinamika slow,” tuturnya seperti dilansir ‘DetikFinance’, Kamis (24/8/17) lalu.
Untuk memperbaiki kinerja keuangannya, MPPA tengah melakukan berbagai upaya efisiensi.
Salah satu upaya yang paling ekstrem dengan melakukan pemotongan gaji yang dilakukan secara sukarela oleh tingkat direksi hingga jajaran vice president.
“Kami sukarela melakukannya, kami bersedia sebagian gaji kami dipotong untuk memberikan kontribusi kepada perusahaan. Mungkin 10-20%, berbeda-beda besarannya,” aku Danny.
Selain itu, pihaknya juga menghapus kegiatan perjalanan dinas-dinas ke luar kota dalam rangka kunjungan gerai. Proses kontrol gerai di luar kota dilakukan melalui sambungan telepon maupun video confrence.
Sedang di level gerai, perseroan melakukan penyesuaian stok barang dagangan. Selain itu biaya operasional di setiap gerai diefisiensikan.
“Misalnya kita jaga stok jangan sampai kekurangan atau kelebihan barang. Selain itu operasional juga, listrik dan air kami efisiensikan, tapi bukan berarti lampu jadi remang-remang atau AC tidak nyala,” tukas Danny Kojongian. (S-MTV/DF/jr)