Cikarang, 1/2/18 (SOLUSSInews) – Enam puluh persen pusat ekonomi nasional berada di wilayah Jabodetabek dan Bandung, sementara 70 persennya ada di kawasan Bekasi dan Cikarang. “Karena itulah, potensi terserapnya pasokan hunian baru dan terbangunnya kawasan bisnis baru akan menjadi kekuatan Meikarta,” kata Presiden Meikarta, Ketut Budi Wijaya.
Hal itu, lanjut Ketut, juga didorong oleh masih lesunya bisnis properti di Indonesia. Dari total pasokan apartemen baru sebanyak 15.277 unit, yang terserap baru 85,6 persen. Padahal, jumlah pasokan itu jauh lebih rendah seperti yang diproyeksikan oleh Colliers International Indonesia pada awal tahun sekitar 21.167 unit.
Akibatnya, menurut Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto kepada Kompas.com pada medio Oktober 2017 lalu, banyak investor menahan uangnya. Sementara itu, pembeli atau end user kesulitan untuk membeli karena terbentur tingginya uang muka atau down payment (DP) dan cicilan per bulan.
Dia menjelaskan, ada dua pasar yang aktif yakni kelas menengah ke bawah yang sensitif terhadap DP dan cicilan per bulan serta suku bunga Bank Indonesia.
Kedua, kelas menengah atas yang merupakan investor. Mereka akan berpikir ulang untuk membeli apartemen baru terlebih bila pasar sewa juga belum pulih seperti saat ini.
“Harga sewa sekarang kan pakai Rupiah, sehingga kalau mereka sudah punya apartemen, sedangkan rental market belum bangkit, untuk apa beli lagi?” katanya.
Pasar kelas menengah dan menengah atas ini sangat rentan dengan situasi politik dan ekonomi karena ekspektasi mereka adalah apartemen yang dibeli dapat mengembalikan uang investasi. “Jadi, kalau tidak menghasilkan, buat apa beli,” ujarnya.
Colliers memprediksi, banyak proyek yang mundur penyelesaiannya karena penjualan seret. Hingga akhir 2018, ekspektasi pasokan mencapai 34.043 unit.
C
Koridor Jakarta-Bandung
Melihat kondisi itulah, kembali kepada Ketut, Meikarta diproyeksikan bisa mengisi pasokan yang dibutuhkan.
Proyek kota baru Meikarta dibangun di atas lahan seluas 500 hektar (ha) dengan investasi senilai Rp 278 tiliun. Lokasi kota baru ini berada di jantung ekonomi Indonesia, yakni di koridor Jakarta-Bandung.
Pada tahap pertama, Lippo bakal membangun 250.000 unit apartemen dengan total luas bangunan 22.000.000 meter persegi (m2), yang akan langsung menampung lebih dari satu juta komunitas perkotaan.
“Pekerjaan fisik sudah dimulai sejak Januari 2016 dan sebanyak 50 gedung siap dihuni mulai Desember 2018,” ujar Ketut.
Akhir Oktober lalu, Lippo Group resmi menutup atap (topping off) dua tower hunian vertikal di Central Business District (CBD) di kota mandiri Meikarta.
Dua apartemen yang masing-masing terdiri atas 32 lantai itu memiliki total 900 unit apartemen. Ada pun nilai apartemen itu mencapai sekira Rp1 triliun. (S-KC/jr)