Lippo Village, 31/3/18 (SOLUSSInews) – Pihak PT Siloam International Hospitals Tbk menganggarkan dana belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp1 triliun pada tahun ini.
Managing Director of Finance & Accounting Siloam, Budi Raharjo Legowo mengatakan dana tersebut akan digunakan untuk peremajaan alat-alat dan akuisisi serta pembangunan rumah sakit (RS) baru.
PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) di tahun ini, akan menyelesaikan konstruksi dari 11 RS. Dalam dua bulan terakhir, Siloam telah mengadakan dua upacara topping off yakni di Kelapa Dua, Tangerang dengan kapasitas 200 tempat tidur yang melayani pasien BPJS Kesehatan dan Tegal Rejo, Yogyakarta dengan kapasitas 180 tempat tidur.
Rumah sakit umum Syubbanul Wathon di Tegal Rejo merupakan kemitraan pertama Siloam dan Lippo Group dengan PBNU, organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Adapun, pada tahun 2019 Siloam yang merupakan anak usaha PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) ini menargetkan bisa mengelola 50 RS di 34 kota dan 22 provinsi dengan kapasitas 10.000 tempat tidur. Siloam saat ini telah mengelola 32 RS di 23 kota dan 16 provinsi dengan kapasitas 6.400 tempat tidur.
Untuk mengejar target tersebut, seperti dikatakan Presiden Direktur Siloam Ketut Budi Wijaya, perseroan akan terus melakukan pembangunan dan juga akuisisi RS.
Anggaran langkah anorganik
Perseroan pun sudah menyiapkan anggaran khusus untuk langkah anorganik tersebut. Namun, pihaknya masih enggan membicarakan berapa besar dana yang akan disiapkan tersebut.
“Dana capital expenditure (Capex) Rp1 triliun berasal dari sisa right issue Rp 650 miliar dan EBITDA,” katanya usai RUPST di Hotel Aryaduta, Tangerang, Kamis (29/3/18) lalu.
Sementara itu terkait hasil RUPST, perseroan dikatakan Ketut tidak merombak jajaran komisaris dan direksi. Pemegang saham juga menyetujui tidak adanya alokasi laba bersih untuk dividen.
“Kami masih dalam pertumbuhan yang pesat, jadi daripada membagikan dividen yang jumlahnya tidak signifikan, lebih baik kita reinvest untuk pembangunan rumah sakit baru,” demikian Ketut Budi Wijaya.
Dengan 31 RS operasional pada 2017, Siloam mencatat pendapatan operasional kotor (GOR) Rp5,8 triliun, naik 13,2 persen dari 2016.
Sementara laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (Ebitda) naik 8,8 persen dari 2016 menjadi Rp733 miliar.
Sedangkan ;aba bersih sejumlah Rp93,6 miliar, naik 8,9 persen dari 2016.
Siloam melayani 2.207.062 pasien rawat jalan dan 185.768 penerimaan rawat inap, naik masing-masing 16,7 persen dan 7,7 persen dari 2016. Selanjutnya, unit gawat darurat menangani 262.708 kasus, naik 8,9 persen dari 2016. Demikian ‘Suara Pembaruan’ seperti dilansir ‘BeritaSatu.com’. (S-SP/BS/jr)