Lippo Village, 16/4/18 (Lippo Village) – Reputasi tak sekedar berhubungan dengan nama baik, tetapi juga karakter dan beberapa dimensi yang berkaitan erat.
Demikian Troy Pantouw, SPsi, MA, IAPR, pakar, sekaligus praktisi, juga seorang pemerhati, dan konsultan komunikasi serta media yang telah malang melintang di dunia PR, branding maupun komunikasi sejak lama.
Troy yang berbekal pengalaman yang diemban selama telah kurang lebih 20 tahun, dan telah menjadi seorang piawai di bidangnya, ini memang sengaja didatangkan Universitas Pelita Harapan (UPH) untuk berbagi intelektual serta pengalaman hebatnya.
UPH memang terus memacu mahasiswanya agar berwawasan luas serta holistik, antara lain dengan mendatangkan berbagai pakar, praktisi serta kalangan profesional di bidangnya untuk hadirkan diskusi-diskusi serta kajian berbobot.
Salah satunya terkini, Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH), menghadirkan Troy yang diundang tampil pada seminar bertopik “Keeping up with the Reputation”, dan mengupas bagaimana menjaga dan meningkatkan reputasi, pada tanggal 12 April 2018 di Kampus UPH, Lippo Village, Karawaci, Tangerang, Banten.
It takes 20 years to build a reputation and five minutes to ruin it, yang merupakan salah satu quotes terkenal dari Warren Buffet, ikut mendasari diadakannya seminar ‘Keeping up with the Reputation’ tersebut.
Identifikasi pemangku kepentingan
Intinya, seminar ini menyoroti, sebuah reputasi bukan hanya sekedar menjaga nama baik institusi. Melainkan reputasi berurusan juga dengan karakter.
“Bicara mengenai karakter, berarti sebuah perusahaan mempunyai visi dan misi yang tepat untuk stakeholders. Bicara mengenai stakeholders berarti bicara secara lebih luas, mencakup customers, serta pemangku kepentingan yang ada urusannya dengan perusahaan tersebut,” jelas Troy.
Dalam kesempatan ini Troy juga menyampaikan pentingnya mengenai pemetaan stakeholders.
Dikatakan, memetakan berarti bisa mengidentifikasi siapa pemangku kepentingan yang ada urusan dengan kita. Bagaimana bisa menjaga hubungan dengan baik dengan berbagai pemangku kepentingan, yang berarti masuk dalam konteks bagaimana bisa berkomunikasi dengan baik.
Lebih lanjut Troy menjelaskan siapa saja yang disebut sebagai stakeholders. Di sini, terdapat dua pihak, yakni internal stakeholders; yang didalamnya yaitu employees, manager, dan owner. Sedangkan untuk eksternal stakeholders, yakni suppliers, society, government, creditors, shareholders, dan customers.
“Baik itu komunikasi internal yang kita bangun, komunikasi eksternal juga perlu dibangun dengan baik, mencakup semua institusi. Itu semua adalah rangkaian untuk menciptakan reputasi yang baik tersebut. Bicara mengenai reputasi juga bicara soal bagaimana memahami dan mengatasi apabila terjadi krisis. Awal mula terjadi karena ada penyebab, salah satunya adalah terdapat isu yang tidak dapat di manage dengan baik,” tambah Troy.
Conference call
Dilaporkan, ada yang menarik dalam seminar ini, yakni, para mahasiswa diberi sebuah studi kasus mengenai adanya tumpahan minyak milik Pertamina di teluk Balikpapan.
Di saat sesi terakhir setelah berdiskusi secara berkelompok, mahasiswa diberi kesempatan untuk berbicara langsung serta mendapat klarifikasi melalui conference call dari Vice President Corporate Communication Pertamina serta bagaimana penangan managemennya.
Seminar ini dirasa sangat penting bagi Troy sebab menurutnya perusahaan tidak akan sustain apabila tidak memiliki reputasi yang baik. Tidak akan bisa mengelola struktur organisasi internal maupun pihak terkait di dalam kalau tidak bisa meningkatkan reputasi yang baik di depan mata mereka.
Namun yang lebih penting, bagi Troy reputasi bukan masalah organisasi dimana kita berada, melainkan harus dimulai dari individu yang ada di dalamnya.
“Percuma kalau membicarakan organisasi, kalau subject secara individu tidak benar dan tidak baik. Ada kaitan bagaimana sebagai individu dan makhluk sosial yang berke-Tuhanan bisa menjaga diri kita, supaya diri kita ini baik dan benar,” ujarnya.
Artinya, lanjutnya, perilaku kita, jangan sampai terjebak dengan paradigma yang terjadi, kelihatan baik tapi di dalam bobrok. Jangan sekedar manipulasi, segala sesuatu hanya dibuat seakan-akan baik dan bagus, tapi sebetulnya di dalam rusak dan hancur.
“Sebagai praktisi di bidang media dan komunikasi, serta pengajar saya mengemban tugas menyampaikan kepada mahasiswa. Reputasi it’s not about how we performs well namun bagaimana di dalam diri sendiri dulu juga harus benar,” tandas Troy.
Respons mahasiswa
Seminar ini dihadiri oleh kurang lebih 120 mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi dari angkatan 2015, 2016 serta 2017.
Antuasisme para peserta sangat terasa, terbukti dari respons mahasiswa melalui testimoni mereka, misalnya dari Jennifer, Ilmu Komunikasi 2015, (konsentrasi studi PR.
Disebutnya, seminar ini sangat membantu terutama untuk memberikan gambaran dan pengaplikasian dari beberapa case PR untuk beberapa teori yang disampaikan di kelas. “Jadi kalau sudah lulus nanti kita juga dapat bayangan bidang apa yang akan dijalani,” tuturnya.
Sementara Benedictus, Ilmu Komunikasi 2016 (konsentrasi studi jurnalistik), dengan lantang menyatakan, seminarnya bagus.
“Saya belajar banyak mengenai reputasi dan mempertahankannya, walaupun bukan hal yang mudah, tapi pak Troy juga membawakan dengan baik, jadi bisa memotivasi. Contohnya yang tadi sempat disinggung, dalam membuat keputusan terutama yang berhubungan dengan reputasi, kita tidak bisa membuat semua orang senang. Gunakanlah intuisi ambil keputusan yang terbaik, namun dengan perhitungan yang terbaik juga. At the end hasilnya bagus”, demikian Benedictus, seperti dirilis Staf PR UPH, dan diterima redaksi, Senin (16/4/18) ini. (S-r/TM/jr)