Jakarta, 20/4/18 (SOLUSSInews) – Dari tahun ke tahun, penggunaan ponsel pintar atau smartphone dari tahun ke tahun terus meningkat. Kondisi tersebut pada akhirnya membuat belanja iklan produk seluler kian meroket.
Dari laporan Nielsen Advertising Intelligence (Ad Intel), dari total belanja iklan sebesar Rp146 triliun di 2017 lalu, sebanyak Rp3,2 triliun berasal dari belanja iklan produk seluler.
Nielsen Ad Intel mencatat, televisi masih menjadi media pilihan utama untuk beriklan.
Disebutkan, Samsung berada di urutan pertama belanja iklan tertinggi untuk kategori telepon seluler sepanjang 2017 dengan total belanja iklan lebih dari Rp1 triliun, dengan porsi iklan 95 persen di televisi.
Vivo menyusul dengan total belanja iklan mencapai Rp824 miliar dengan penempatan iklan 99 persen di televisi.
Sementara pengiklan terbesar ketiga ialah Oppo dengan total belanja iklan sebesar Rp461 miliar, dimana porsi 96 persen di televisi.
Lalu di urutan keempat Advan yang aktif beriklan di televisi (98 persen) dengan total belanja iklan Rp202 miliar. Kemudian Lenovo dengan total belanja iklan Rp154 miliar, 80 persen iklan televisi.
Miliki strategi berbeda
Tiga merek handphone pengiklan terbesar memiliki strategi masing-masing dalam penempatan iklan televisi.
Porsi iklan Samsung didominasi oleh iklan pada Commercial Break (96 persen), sementara Vivo dan Oppo lebih banyak memanfaatkan In-Program Ads, dengan porsi masing-masing secara berurutan sebesar 66 persen serta 85 persen.
“Di tengah persaingan yang semakin gencar saat ini, para pemilik merek tidak hanya beriklan di jeda komersial (commercial break), tapi mereka juga sudah banyak mengkomunikasikan produknya di dalam tayangan program (in-program ads). Dengan beriklan di dalam tayangan program, mereka berharap dapat menjangkau lebih banyak penonton karena pada umumnya penonton TV mengganti channel tv pada saat jeda iklan,” kata Executive Director Media, Nielsen Indonesia, Hellen Katherina melalui keterangan resmi, Kamis (19/4/18) kemarin.
Informasi belanja iklan ini diambil dari data Ad Intel yang memonitor aktivitas periklanan Indonesia. Di tahun 2017, memonitoring iklan mencakup 15 stasiun TV nasional, 99 surat kabar, dan 120 majalah dan tabloid. Angka belanja iklan didasarkan pada gross rate card, tanpa menghitung diskon, bonus, promo, harga paket, dan lain-lain. Demikian ‘BeritaSatu.com’ melansir. (S-BS/jr)