Jakarta, 28/4/18 (SOLUSSInews) – Prestasi bisnis positif berhasil dicapai PT Link Net Tbk yang mampu meraih pendapatan melampaui target 2017, yakni meraup angka Rp3,4 triliun.
Selanjutnya, PT Link Net Tbk (LINK) menganggarkan belanja modal (capital expenditure/Capex) sekitar Rp1 hingga Rp 1,2 triliun pada 2018 atau lebih tinggi dari penyerapan 2017 sebesar Rp921 miliar untuk memperkuat jaringan.
Presiden Direktur, dan Chief Executive Officer (CEO) Link Net, Marlo Budiman, menyatakan, perseroan berniat menggunakan capex untuk menambah kapasitas dari jaringan fiber optik telekomunikasi Java Intercity Fiber Backbone hasil akuisisi dari PT Kestrosden Triasmitra pada semester II-2017.
“Kami sudah menuntaskan pembayaran akuisisi menggunakan sebagian capex tahun lalu. Namun untuk pengembangan bisnis, kami yakin, perlu ada penambahan kapasitas untuk Java Intercity Fiber Backbone,” ujar Marlo di Jakarta, Kamis (12/4/18) lalu seperti dilansir ‘Investor Daily’ dan ‘BeritaSatu.com’.
Dia menegaskan, hasil akuisisi jaringan fiber optik tersebut dapat mengurangi beban operasional perseroan.
Jangkau 43 kota
Sejauh ini, Java Intercity Fiber Backbone telah menjangkau 43 kota di Indonesia. Sehingga secara bertahap layanan First Media akan mulai memperluas cakupan jaringan di daerah fiber optik itu berada.
“Selama ini Link Net melalui layanan First Media, baru berada di tujuh kota. Jadi kami akan mengkaji, dan secara bertahap menambah coverage di area baru yang mungkin sejalan dengan wilayah Java Intercity Fiber Backbone,” papar dia.
Pasca melakukan pertumbuhan anorganik melalui akusisi Java Intercity Fiber Backbone, pada 2018 Link Net mengincar mengakuisisi atau membangun kabel listrik bawah laut (submarine cable) di wilayah Jawa-Bali. Pasalnya, menurut Marlo, hal tersebut dapat membantu perseroan menaikkan bisnis.
“Layanan kami belum menyentuh pengusahan di segmen usaha kecil, dan menengah (UKM), maupun residential di Bali. Sebaliknya, perseroan baru menggarap segmen enterprise di sisi perhotelan,” ungkap dia.
Incar Bali
Dia mengatakan, Bali dapat menjadi salah satu wilayah yang diincar untuk pengembangan segmen enterprise.
Sampai akhir 2017, kontribusi segmen ini baru berkisar 16 persen terhadap pendapatan. Sementara kontribusi segmen residential mendominasi pendapatan Link Net hingga 84 persen.
“Untuk mendukung mengembangkan bisnis di segmen enterprise, kami sudah memisahkan direktorat segmen tersebut dari residential. Sedangkan, sebelumnya itu masih satu direktorat,” jelasnya.
Tambah home passed
Terkait capex tahun ini, Marlo mengungkapkan, mayoritas dana akan dialokasikan untuk mewujudkan penambahan 180.000 home passed baru. Sedangkan pada 2017 Link Net membukukan penambahan 174.000 home passed.
“Jika dibandingkan realisasi sebelumnya mungkin terlihat lebih rendah, tapi pencapaian tahun lalu itu lebih tinggi dari target awal sebanyak 150.000 home passed. Karena itu, tahun ini kami coba minimal 180.000 atau lebih besar 30.000 dari target awal tahun 2017,” paparnya.
Direktur Link Net, Timotius Max Sulaiman menyatakan, tahun lalu perseroan berhasil membukukan rekor total home passed 2 juta. Namun ke depan perseroan masih giat menaikkan total home passed.
“Saat ini, kami masih mengkaji, sehingga selama kuartal I belum ada pembukaan wilayah baru,” tuturnya.
Untuk mendanai Capex tahun ini, Timotius menyatakan, perseroan fokus mengandalkan kas internal.
Menilik laporan keuangan Link Net, pada akhir 2017 total kas dan setara kas perseroan hanya sebesar Rp765,95 miliar. Namun, total aset lancar emiten ini mencapai Rp1,23 triliun.
Restu shareholder
Dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), Link Net mendapat restu dari shareholder atas keputusan dividen payout ratio 50 persen atau ekuivalen Rp503,6 miliar.
Adapun sebelumya perseroan telah membayar dividen tunai interim Rp 150 miliar, atau setara Rp50,75 per saham. Sehingga dalam RUPST 12 April, ditetapkan penambahan sisa pembayaran dividen tunai sebesar Rp353,6 miliar.
Jadi, Link Net menyetor total dividen atas laba bersih tahun 2017 kepada pemegang saham sebesar Rp503,6 miliar. Nilai tersebut, setara dengan dividen per share Rp119,64 per saham.
Berdasarkan laporan keuangan, tahun lalu perseroan membukukan laba bersih Rp1,007 triliun. Pencapaian itu lebih dibandingkan realisasi Rp818,56 miliar pada 2016. Salah satu penopang kenaikan laba bersih merupakan efek peningkatan total pendapatan 15,25 persen dari Rp2,95 triliun menjadi Rp 3,4 triliun.
Pada 2018, Timotius mengungkapkan, perseroan menyasar kenaikan pendapatan kisaran 13-14 persen. “Tahun lalu kami bersyukur dapat membukukan kenaika kinerja yang baik. Karena itu, kami berharap dapat menjaga momentum kenaikan bisnis pada 2018,” tegasnya.
Sebelumnya dilaporkan, PT Link Net Tbk (LINK) mencatatkan kinerja tertinggi dengan meraup pendapatan Rp3,4 triliun sepanjang tahun buku 2017, naik 15,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. (S-ID/BS/jr)