Lippo Village, 20/7/18 (SOLUSSInews) – Universitas Pekita Harapan terus memacu kapasitasnya sebagai salah satu peguruan tinggi andalan dan kebnggaan bangsa.
Terkait itu, Prodi Teknologi Pangan Universitas Pelita Harapan (UPH) saat ini tengah giat menyiapkan diri untuk menyongsong industri 4.0 yang mulai bergulir di Indonesia.
Nah, salah satu upaya yang dilakukan melalui penyelenggaraan lokakarya guna melakukan perbaikan dan pengembangan kurikulum operasional Program Studi (prodi) Teknologi Pangan pada Kamis (19/7/18), di MYC MPR UPH Lippo Village, Tangerang, Banten.
Lokarkarya ini mengangkat tema ‘Terwujudnya Kurikulum Operasional Prodi Teknologi Pangan yang Handal dalam Menghadapi Peluang dan Tantangann di Era Industri 4.0’. Panita mengundang berbagai pihak dari akademisi dan asosiasi dan indsutri.
Dilaporkan, hadir dalam lokakarya ini dosen dan staf Teknologi Pangan UPH, perwakilan asosiasi PATPI (Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia), perwakilan industri (PT Ultra Prima Abadi, Indofood, Nutrifood, Sinar Sosro, Wilmar Group, dan Campbell Arnott’s), perwakilan Prodi Teknologi Pangan Perguruan Tingi lainnya, dan perwakilan Himpunan Mahasiswa Prodi Teknologi Pangan UPH.
Rektor dukung langkah Teknologi Pangan
Dalam pidato pembukaan, Rektor UPH Dr (Hon) Jonathan L Parapak MEng Sc mendukung langkah Teknologi Pangan UPH untuk menyusun kurikulum yang andal guna menyiapkan lulusan-lulusan yang semakin unggul dan mampu menghadapi perubahan.
“Menarik tema yang dibahas, Industri 4.0. Hal ini sesuai dengan apa yang sempat dibicarakan oleh Direktorat Jenderal (Dirjen) Pendidikan Perguruan Tinggi dalam satu pertemuan yang saya hadiri. Dimana menuju Industri 4.0 artinya berbicara 4c yaitu critical thinking, creativity, communications, dan collaboration,” katanya.
Ia melanjutkan, collaboration ini, yang kita kembangkan pada pertemuan hari ini. “Tidak hanya itu dengan Industri 4.0 yang menuntut banyak perubahan, maka kurikulum UPH juga harus menjadi kurikulum antisipatoris artinya bisa melihat kebutuhan kedepan, sehingga prodi Teknologi Pangan UPH bisa menjadi unggul” ungkap Rektor.
Guna membahas kurikulum operasional ini, Teknologi Pangan UPH menghadirkan para narasumber yang kompeten di bidangnya. Hadir Prof Dr Ir Giyatmi Irianto MSi Ketua 1 Bidang Organisasi PATPI, Adi Winata Chief Executive Research and Development PT Ultra Prima Abadi, dan W Donald R Pokatong PhD Ketua Prodi Teknologi Pangan UPH yang memaparkan kurikulum yang ada di UPH.
“Untuk UPH sendiri, kurikulum kita mengacu pada standar nasional dari PATPI dan internasional yaitu IFT (The Institute of Food Technologist). Mengacu kedua standar ini prodi Pangan UPH yakin mampu untuk mewujudkan prodi yang handal di era Industri 4.0. Namun tentu kami masih butuh saran untuk pengembangan agar dapat secara kontinyu menjawab tantangan dan peluang di era industri ini,” jelas Donald.
Kurikulum UPH sesuai standar nasional
Sementara itu, perwakilan PATPI Prof Giyatmi. Di tengah paparannya, Prof Giyatmi, menyatakan, kurikulum UPH memang sudah sesuai dengan standar nasional yang ada dan sudah memenuhi syarat, namun untuk menjawab tantangan Industri 4.0 memang dibutuhkan banyak persiapan dan juga masukan dari beragam pihak.
“Revolusi Industri 4.0 ini artinya era disrupsi teknologi, sehingga Indonesia sangat memerlukan peningkatan kualitas ketrampilan tenaga kerja yang berbasis teknologi digital. Untuk membekali lulusan yang kompetitif maka dibutuhkan 3 literasi baru. Literasi data, kemampuan membaca, analisis, dan menggunakan big data di dunia digital. Literasi Teknologi, memahami cara kerja mesin dan aplikasi teknologi,” ujarnya.
Ia memaparkan pula, literasi manusia, humanities, komunikasi, dan desain, yang dibutuhkan manusia agar memiliki ketrampilan dalam leadership dan teamwork.
“Dalam perguruan tinggi literasi manusia bisa diakomodasi melalui studi tematik, general education, ekstrakulikuler, dan adanya magang. Untuk literasi data dan teknologi dapat diterapkan dalam mata kuliah pilihan. Harapannya dengan literasi baru ini, lulusan UPH akan memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, dan lateral. Tidak hanya itu perlu diterapkan juga solusi blended learning dimana perguruan tinggi menggabungkan pembelajaran tatap muka dan online,” jelas Prof Giyatmi.
Sementara itu, untuk melihat kebutuhan kurikulum operasional secara komprehensif, Adi Winata dari PT Ultra Prima Abadi juga membagikan pengalamannya dari sisi industri.
“Industri 4.0 memunculkan fenomena adanya peran manusia yang digantikan oleh mesin atau robot seperti yang telah diterapkan di pabrik Orang Tua Group. Namun tetap sumber daya manusia yang high-skilled dibutuhkan dalam mengelola mesin tersebut,” katanya.
Ia menambahkan, kemampuan manusia ini, tidak hanya sebatas knowledge dan skills, attitude yang baik menjadi kemampuan sangat diperlukan dari seorang individu menghadapi kemajuan era industri 4.0 ini.
“Lulusan harus menggunakan kemudahan teknologi dengan baik dan bertanggung jawab, dari sisi penelitian juga harus semakin dalam, jangan hanya mengambil informasi di internet tanpa sumber yang terpercaya. Attitude ini yang harus disadari dalam penyusunan kurikulum universitas,” jelas Adi seperti dilansir ‘TangerangSatu.com’.
Sedangkan Dr Ir W Donald R Pokatong, MSc Ketua Prodi Teknologi Pangan UPH menjelaskan, melalui Lokakarya ini, Teknologi Pangan UPH berharap mendapat masukan yang berguna dalam memperbaiki juga pengembangan kurikulum, sehingga lulusan Teknologi Pangan UPH siap bersaing di industri 4.0 ini. (S-TS/jr)