Jakarta, 25/10/18 (SOLUSSInews) – Fakta sebenarnya berdasar studi yang sudah memiliki standar baku, bahkan sering jadi acuan lembaga-lembaga statistik formal di mayoritas negara di dunia, menunjukkan, angka kemiskinan di Indonesia turun mencapai titik terendah dari beberapa tahun sebelumnya.
Persentase penduduk miskin Indonesia kini tercatat sebesar 9,82 persen sekaligus merupakan yang paling rendah sejak Maret 2011. Ini pertamakali terjadi angka kemiskinan di bawah satu digit.
Karena itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto enggan mengomentari pernyataan calon presiden nomor urut dua Prabowo Subianto mengenai kondisi mayoritas masyarakat Indonesia yang hidup pas-pasan.
Sebagaimana dilansir berbagai media, Prabowo menyebut 99 persen masyarakat Indonesia hidup secara pas-pasan ketika sedang berdialog dengan pendukungnya di Bali, Jumat (19/10/18) lalu.
Namun, sejumlah analis, akademisi dan praktisi bisnis, di antaranya Dr Ferol Warouw (jebolan Universitas Indonesia/UI yang kini jadi staf pengajar Universitas Negeri Manado/Unima) menilai, pernyataan tersebut agak sulit mengkajinya, karena tidak dikemukakan dasar analisanya.
Sementara ada politisi, pengamat politik dan peneliti politik, misalnya Dhia Prekasa Yudha (juga alumni UI), berpendapat, tidak diketahui cara hitungnya bagaimana hingga keluar angka 99 persen. Ya, terkesan dasar faktanya agak tidak jelas. Atau, bisa jadi itu sekedar retorika. Dan itu biasa dalam sebuah konstetasi Pemilu.
Sedangkan Suhariyanto mengingatkan, agar dalam menanggapi pernyataan siapa pun yang menyertakan data, perlu dicari tahu terlebih dahulu dari mana sumber data tersebut. Sesudah diketahui, lalu dipastikan apakah data tersebut valid atau tidak.
“Ketika orang berbicara, basisnya harus data dulu. Kalau bikin sebuah statement tanpa data, agak susah untuk ditanggapi ya, yang penting datanya dulu,” kata Suhariyanto saat ditemui di Politeknik Statistika STIS, Kamis (25/10/18).
Era keterbukaan dan transparansi
Disebut Suhariyanto, era saat ini sudah masuk pada keterbukaan dan transparansi, termasuk dalam hal data.
Oleh karena itu, jika ada sesuatu yang perlu didiskusikan atau dipastikan kebenarannya, perlu melihat lebih jauh data sebagaimana jadi acuan topik dimaksud.
Suhariyanto mencontohkan, alur kerja di instansi yang dia pimpin sendiri. Petugas BPS dalam tugasnya memotret data di lapangan yang kemudian diberi sorotan lebih pada poin-poin yang dianggap penting.
“Di BPS disebutkan, garis kemiskinan yang paling besar pengaruhnya dari beras. Apa pesan BPS, bahwa beras, stabilisasi harganya harus dijaga. Kalau goyang sedikit, pengaruhnya kepada inflasi dan kemiskinan,” tutur Suhariyanto, sebagaimana dilansir ‘Kompas.com’.
Profil kemiskinan resmi
Pernyataan Prabowo mengenai 99 persen masyarakat Indonesia hidup secara pas-pasan, berbeda dengan data yang dikeluarkan BPS, yakni Profil Kemiskinan Indonesia sebagaimana dirilis Juli 2018 lalu.
Profil Kemiskinan Indonesia itu memotret perkembangan kemiskinan di Indonesia untuk periode September 2017 hingga Maret 2018.
Setiap tahun, BPS mengeluarkan dua kali Profil Kemiskinan Indonesia untuk periode Maret dan September. Dari data terakhir, persentase penduduk miskin tercatat sebesar 9,82 persen sekaligus merupakan yang paling rendah sejak Maret 2011.
Dengan persentase tersebut, jumlah penduduk miskin sebesar 25,95 juta orang.
Suhariyanto menambahkan, meski angka kemiskinan turun mencapai titik terendah dari beberapa tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin memanf masih banyak dan perlu menjadi perhatian pemerintah dalam merumuskan kebijakan ke depannya. (S-KC/jr)