Palu, 26/10/18 (SOLUSSInews) – Dahsyatnya bencana gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi di Palu, Donggala, Sigi, dan sekitarnya di Provinsi Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu mengakibatkan banyak bangunan di beberapa tempat mengalami kerusakan parah, bahkan tidak bisa digunakan lagi.
Salah satunya Hotel Roa-Roa yang terletak di Kota Palu. Bangunannya memang sudah hancur tak berbentuk lagi. Hotel 80 kamar itu persis berdiri di samping sebuah bangunan gereja, sebagaimana gambar di atas.
Pemilik Hotel Roa-Roa pernah mengungkapkan, 76 kamar hotel sedang terisi tamu, di antaranya sejumlah atlet paralayang. Beberapa atlet tersebut berasal dari Sulawesi Utara (Sulut), Jawa Timur, DKI Jakarta, bahkan delegasi luar negeri. Mereka datang untuk mengikuti invistasi paralayang dalam rangka Festival Teluk Tomini.
Dalam proses evakuasi, masih ditemukan beberapa korban hidup, tiga hari pasca-bencana. Namun sejumlah atlet paralayang, termasuk yang jadi andalan nasional di Asian Games 2018 lalu dari Sulut, di antaranya Petra Mandagi, bersama seniornya Frangky Kowaas (berpengalaman internasional), ditemukan tak bernyawa lagi.
Tindaklanjuti perintah Wapres
Kini, hotel bintang 3 tersebut tinggal kenangan, apalagi setelah prajurit TNI dari Batalyon Zeni Tempur 8/Sakti Mandra Guna (Yonzipur 8/SMG) Makassar yang tergabung dalam Komando Satuan Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) merobohkan sisa-sisa bangunan hotel pada Kamis (25/10/18).
Di sela-sela pengerjaan merobohkan Hotel Roa-Roa, Danyon Zipur 8/SMG Makassar, Mayor Czi Catur mengatakan, demi keamanan dan keselamatan, sisa bangunan hotel tersebut dirobohkan dengan menggunakan alat berat.
“Hal itu juga untuk menindaklanjuti instruksi Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat meninjau kondisi wilayah Palu beberapa waktu lalu, yang memerintahkan agar dirobohkan,” katanya seperti dilansir ‘BeritaSatu.com’.
Catur mengatakan pula, dalam merobohkan sisa bangunan Hotel Roa Roa pihaknya sedikit mengalami kesulitan, karena banyak rangka kontruksi besi yang masih ada dan tertumpuk. “Sebanyak 15 prajurit yang terlatih dan ahli di bidang konstruksi bekerja dengan maksimal dan diharapkan setelah 26 Oktober, reruntuhan bangunan ini bisa bersih semua,” ujarnya.
Bangunan gereja kokoh berdiri
Sementara itu dilaporkan beberapa rekan jurnalis, bangunan gereja di sisi Hotel Roa-Roa masih kokoh berdiri hingga saat ini.
Sedangkan Ps Agung yang juga merupakan Gembala Gereja IFGF Palu, ini, tiga hari pasca-bencana Sulteng, mengatakan, pihaknya sebenarnya terus berdaya upaya melakukan segalanya untuk menyelamatkan tetamu dari reruntuhan hotel tersebut. Sebab, ketika itu sang pendeta masih bisa mendengar adanya suara rintihan dari korban dari reruntuhan hotel.
“Upaya itu pun didukung bala bantuan dari banyak kalangan, terutama Pemerintah Pusat melalui berbagai instansinya. Terima kasih untuk semua, semoga upaya kita ini diberkati Tuhan,” ujar PS Agung yang juga merupakan pemilik hotel tersebut, sebagaimana dicuplik dari beberapa media sosial (Medsos) dan informasi rekan-rekan jurnalis ketika itu.
Dalam gambar di atas, gedung Gereja IFGF Palu yang ada dalam lingkaran biru masih dalam keadaam utuh, dimana letaknya persis di samping bangunan Hotel Roa-Roa (RR). (Foto dikutip dari media sosial)
Beberapa anggota masyarakat Palu mengaku bersyukur, karena bangunan tempat peribadatan mereka masih utuh. “Puji Tuhan, gereja tersebut tidak terkena dampak bencana, dan kini masih kokoh berdiri di samping bangunan hotel yang sudah mulai diratakan,” ujar Elkana Lengkong, seorang jurnalis di Palu.
Bekerjasama dengan ESDM
Sementara itu, untuk mempercepat pembersihan Hotel Roa Roa tersebut, demikian Mayor Czi Catur, pihaknya menggunakan alat berat dan bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM).
Ini bangunan hotel sebelum bencana. (Foto dari “Situs Roa Roa Hotel Palu” yang dimuat Kompas.com)
Proses pengerjaannya dibantu pula oleh PT Bayan dan PT WIKA yang memiliki alat berat.
“Empat alat berat kami maksimalkan untuk meratakan Hotel Roa Roa, yaitu 1 unit ekskavator, 1 unit breeker, dan 2 unit dump truk. Sementara, operator alat ini adalah prajurit TNI dari Batalyon Zeni Tempur 8/Sakti Mandra Guna (Yonzipur 8/SMG) Makassar,” katanya lagi.