Jakarta, 6/11/18 (SOLUSSInews) –
Sikap kecewa dan menyesal ditunjukkan pihak PT Lippo Karawaci Tbk terhadap keputusan Fitch Ratings yang menurunkan peringkat kredit perseroan berkode LPKR dari B ke CCC+.
Pasalnya, LPKR berkeyakinan, keputusan tersebut tidak berdasar.
“Keputusan ini tidak berdasarkan pada kondisi likuiditas, neraca, kualitas kredit atau model bisnis LPKR. LPKR tetap merupakan pengembang properti terkemuka dan paling dinamis di Indonesia,” tulis perusahaan dalam siaran persnya Senin (5/11/18) kemarin yang diterima redaksi.
LPKR sudah mengetahui adanya kekhawatiran Fitch mengenai likuiditas yang telah disampaikan pada bulan Mei tahun ini.
Dana tunai lebih Rp6 T
LPKR telah sukses melaksanakan rencana divestasi asetnya dengan menyelesaikan penjualan First Reit Manager serta penjualan sebagian unit First Reit senilai Rp2,2 triliun.
Bila digabungkan dengan penjualan Lippo Mall Puri ke Lippo Mall REIT, dan penjualan sisa unit di First Reit, serta saham investasi di Rumah Sakit di Myanmar, Perseroan akan mengumpulkan dana tunai bersih lebih dari Rp 6 triliun.
“Proyek-proyek divestasi aset ini sedang dalam tahap penyelesaian akhir, dan meskipun risiko dalam pelaksanaannya tetap ada, kami berkeyakinan karena tingginya kualitas aset-aset kami akan memberikan tingkat kepastian penyelesaian yang tinggi di tengah-tengah volatilitas pasar pada saat ini,” tulis manajemen LPKR.
Profil neraca yang kuat
LPKR juga berkeyakinan, akan berada dalam posisi tepat untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
“Bahkan dapat memanfaatkan peluang-peluang yang menarik yang sesuai dengan volatilitas pasar,” kata investor relations Lippo, William Wijaya Utama.
LPKR memiliki posisi neraca kuat dan profil jatuh tempo utang yang panjang. Obligasi USD 75 juta yang akan jatuh tempo di Juni 2020, diikuti dengan obligasi USD 410 juta pada tahun 2022, dan sisanya obligasi USD 425 juta pada tahun 2026.
Seluruh utang sekitar Rp14 triliun dibandingkan dengan nilai aset Perseroan sebesar Rp53 triliun, yang memiliki potensi 20-30 persen lebih tinggi jika dinilai kembali dengan mencerminkan harga pasar pada saat ini.
Paling dinamis dan terkemuka di Indonesia
Hal lain yang lebih penting daripada kekuatan likuiditas dan neraca ialah, LPKR tetap akan menjadi salah satu pengembang properti paling dinamis dan terkemuka di Indonesia.
LPKR telah mengembangkan perusahaan-perusahaan besar dengan pangsa pasar terdepan di beberapa sektor sebagai berikut:
o Rumah sakit / jasa layanan kesehatan melalui PT Siloam International (SILO), di mana LPKR memiliki 51 persen. Perusahaan ini merupakan perusahaan layanan kesehatan terkemuka dan paling cepat berkembang, dengan neraca yang kokoh.
o Mal Gaya Hidup: LPKR secara langsung dan tidak langsung memiliki/mengelola portofolio mal ritel & gaya hidup terbesar di Indonesia, termasuk Lippo Mall Puri, yang saat ini merupakan mal terbesar di Indonesia.
o Pengembangan Kota Mandiri: LPKR juga merupakan pengembang kota mandiri terkemuka dan selalu terdepan dalam inovasi.
o Hotel melalui Hotel Aryaduta. Aryaduta merupakan salah satu dari hanya dua atau tiga merek lokal domestik yang terkenal serta mempunyai peluang pertumbuhan besar. Ini mengingat pesatnya pertumbuhan pariwisata domestik dan internasional di Indonesia.
o Manajemen Aset/REIT. LPKR merupakan pelopor REIT Indonesia dan telah membangun portofolio yang cukup besar di kedua REIT. Dan ini berfungsi sebagai pondasi strategi asset recycling perseroan.
Siap memasuki terobosan berikutnya
Hal-hal yang disebutkan di atas mencerminkan keunikan rekam jejak LPKR dalam membangun bisnis dan kemampuannya untuk membuat konsep, berinovasi, melaksanakan, dan memonetisasi peluang bisnis.
Hal ini merupakan ciri khas LPKR dan akan terus berlanjut.
Kesempatan terobosan berikutnya terletak di proyek Meikarta. Dan melalui pengetahuan yang diperoleh, LPKR akan menjadi pengembang perumahan terbesar di Indonesia selama satu dekade emas, di mana kita akan melihat kepemilikan rumah di Indonesia akan meroket dari perkembangan satu digit saat ini menjadi sekitar 35 persen.
Hal ini akan mentransformasi skala dan dinamisme LPKR sebagai perusahaan yang menghasilkan penjualan sekitar USD 0,5-1 miliar. Yakni, menjadi perusahaan yang menghasilkan sekitar USD 3-7 miliar per tahun.
Kunci untuk hal ini ialah desain LPKR yang tiada tara. Juga struktur biaya yang memungkinkan perseroan untuk menjual pada titik harga dan memungkinkan untuk skala maupun volume besar. Dan melalui ini, terlihat penciptaan nilai masif dari ekosistem komersial dan fasilitas pendukung lainnya.
Kepemilikan rumah di Indonesia akan melalui periode seperti apa yang pernah dilalui oleh Tiongkok selama 15 tahun terakhir. Yakni, dengan dukungan pemerintah melalui proyek-proyek seperti “Proyek Sejuta Rumah” (One Million Homes Initiative).
“Kami melihat ini sebagai peluang terbesar di sektor properti Indonesia,” kata William.
Catatan tambahan investigasi dugaan penyuapan
“Walaupun kami menyayangkan adanya kasus sehubungan dengan dugaan penyuapan pemerintah kota Bekasi, kami akan terus mendukung proses penegakan hukum. Dan kami senang mengetahui bahwa pada hari Kamis, 1 November 2018, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata menyatakan bahwa Grup Lippo tidak terlibat dalam kasus ini,” kata Willam.
Ditegaskannya lagi, kelompok bisnis ini tidak memiliki andil dalam kasus ini, dengan menambahkan, yang malah beralih ke tantangan lebih sulit dalam hal memperoleh izin-izin.
Sehubungan dengan alasan ini, KPK akan fokus pada peningkatan aspek birokrasi di daerah, khususnya di Kabupaten Bekasi.
Alexander menambahkan, paradigma itu jauh berbeda sekarang.
“Presiden sendiri telah memerintahkan agar proses perolehan izin bisa lebih mudah, dan tidak lebih rumit,” katanya, mengacu pada ambisi Presiden Indonesia Joko Widodo alias Jokowi untuk bergabung dengan peringkat 40 negara teratas di dunia dalam pemeringkatan tahunan Bank Dunia untuk Ease of Doing Business pada tahun 2019. (S-BS/jr)