Washington, 27/11/18 (SOLUSSInews) – Kelesuan sektor manukfaktur tak hanya menjadi fenomena di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, tetapi juga menimpa para negara raksasa, utamanya Amerika Serikat.
Di tengah semaraknya ‘perang dagang’ yang dikibarkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan adanya pernyataan-pernyataan darinya tentang semakin menguatnya ekonomi AS, ternyata situasinya berbeda dialami raksasa industri otomotif milik negara ‘paman sam’ tersebut.
Dilaporkan, rasasa industri otomotif Amerika Serikat (AS), yakni General Motors (GM), telah mengumumkan, Senin (26/11) waktu setempat, akan memangkas jumlah pekerjanya hingga 15 persen untuk menghemat US$ 6 miliar serta beradaptasi dengan “kondisi pasar yang berubah”.
Disebutkan, restrukturisasi besar-besaran itu juga mencakup penutupan tujuh pabrik di berbagai negara sebagai respons perusahaan atas perubahan minat pembeli, dan fokus pada produk pickup dan sport utility vehicle (SUV) yang populer serta model mobil listrik.
Foto di atas yang ditayang ‘BeritaSatu.com’, merupakan pabrik General Motors memproduksi mobil Chevrolet, Buick dan Opel di Bupyeong, Korea Selatan.
Kritik serikat pekerja
Penutupan pabrik itu segera memicu kritik dari serikat pekerja yang menuduh perusahaan sedang mengalihkan produksi ke luar negeri dan mengorbankan para pekerja Amerika.
Langkah GM ini juga akan menjadi pukulan telak bagi Presiden Donald Trump, yang menerapkan kebijakan dagang keras dan konfrontasional terhadap Perjanjian Pasar Bebas Amerika Utara (NAFTA), khususnya untuk melindungi industri otomotif AS dan lapangan kerja di sektor ini.
Yang terjadi justru, GM akan menutup tiga pabriknya di Amerika Utara: pabrik Oshawa di Ontario, Kanada; pabrik Hamtramck di Detroit, Michigan; dan pabrik Lordstown di Warren, Ohio.
Sebagai tambahan, GM juga akan menutup dua pabrilk propulsi yang memproduksi aki dan transmisi di Baltimore, Maryland dan Warren, Michigan. Lalu ada lagi dua pabrik di luar Amerika Utara yang akan ditutup, tetapi belum diumumkan tempatnya.
Amerika Utara mencakup AS, Kanada, dan Meksiko.
Sebelumnya, GM juga sudah mengumumkan penutupan pabriknya di Gunsan, Korea Selatan.
Truk pengiriman barang di pabrik General Motors Korea. (Foto: Heru Andriyanto/BeritaSatu.com)
“Tindakan yang kami ambil hari ini melanjutkan transformasi menuju perusahaan yang sangat gesit, berdaya tahan, dan menguntungkan, sembari memberikan kami fleksibilitas untuk berinvestasi di masa depan,” kata CEO GM Mary Barra dalam pernyataannya.
“Kami memahami perlunya untuk tetap berada di depan di tengah kondisi pasar dan keinginan pembeli yang berubah, untuk menyiapkan perusahaan kami bagi kesuksesan jangka panjang.”
Merampingkan tim eksekutif
GM saat ini memiliki 180.000 pegawai di seluruh dunia. PHK yang direncanakan juga mencakup pengurangan staf tingkat eksekutif sebanyak 25 persen “untuk merampingkan tim pembuat keputusan”.
Lima pabriknya di Amerika Utara memiliki sekitar 7.000 pegawai, termasuk 3.000 pekerja di Ontario.
Sebelum pengumuman itu, perdagangan saham GM dihentikan. Begitu dimulai lagi 20 menit kemudian, harga saham GM melonjak dan terus naik hingga 6% menjadi US$ 37,99 sekitar pukul 17.00 GMT (22.00 WIB).
Serikat pekerja Amerika, UAW, mengecam keputusan GM ini dan bertekad untuk melawan.
“UAW dan para anggota kami akan melawan keputusan oleh GM ini lewat semua mekanisme hukum, kontrak, dan perundingan kolektif yang terbuka bagi anggota,” bunyi pernyataan UAW.
“Keputusan tidak berperasaan oleh GM untuk mengurangi atau menghentikan operasi di pabrik-pabrik Amerika, sementara produksi dimulai atau ditingkatkan di pabrik-pabrik Meksiko dan Tiongkok untuk dijual kepada konsumen Amerika, benar-benar merusak lapangan kerja Amerika,” kata Terry Dittes, wakil presiden UAW.
Dituduh akali pekerja
Presiden UAW Gary Jones menuduh GM telah “mengakali para pekerja Amerika dengan memindahkan produksi ke negara-negara yang bisa menerima upah kurang dari separuh yang dihasilkan saudara-saudara kita di Amerika”.
Para pekerja di pabrik Ontario melakukan aksi mogok hari itu menentang penutupan pabrik. Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan dia telah bicara dengan Barra hari sebelumnya untuk menyampaikan “kekecewaan mendalam atas penutupan itu”.
“Para pekerja GM telah menjadi bagian dari hati dan jiwa Oshawa selama beberapa generasi — dan kami akan melakukan semua yang kami bisa untuk membantu para keluarga yang terdampak oleh berita ini agar bisa bangkit lagi,” kata Trudeau di Twitter. Demikian AFP. (S-AFP/BS/jr)