Jakarta, 28/11/18 (SOLUSSInews) – Bukan cuma di Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara hingga Manado (Sulawesi Utara), aksi protes para petani, juga mahasiswa semakin marak terjadi di berbagai daerah, dari Ternata (Maluku Utara) sampai Jakarta (ada aksi bakar ban bekas di kompleks Kantor Kementerian Perdagangan RI).
Ya, sudah sejak tiga bulan lalu, harga kopra di sejumlah sentra produksi terus menurun.
Aksi protes pun bermunculan dari petani dan mahasiswa. Tuntutan dalam aksi tersebut agar pemerintah dan para pihak tekait lainnya bisa mencegah semakin anjloknya harga produk kelapa tersebut.
Di Minahasa Selatan (Minsel) dan Minahasa Tenggara (Mitra), Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), ribuan petani yang terabung dalam Asosiasi Petani Kelapa, dipimpin Robby Sangkoh bahkan mendatangi serta ‘menduduki’ sebuah pabrik minyak kelapa di Kota Amurang, ibukota Kabupaten Minsel.
Sementara itu, sejak pekan lalu, para petani dan mahasiswa di Ternate, Provinsi Maluku Utara (Malut) melakukan aksi demonstrasi. Para petani yang tergabung dalam Pergerakan Petani Kopra (PPK) Tarakani di seluruh wilayah Galela, Kabupaten Halmahera Utara (Halut), Provinsi Malut, sempat memboikot jalan trans Tobelo-Galela sebagai protes atas anjloknya harga kopra.
“Anak-anak kami yang kuliah di luar daerah pun terpaksa kembali karena kurangnya biaya pendidikan, makanya terpaksa melakukan aksi ini karena pemerintah hanya berpangku tangan melihat kesengsaraan rakyatnya,” kata Koordintor Petani, Evan, seperti ditulis Antara, pekan lalu.
Pertanyakan komitmen Pemprov
Dalam aksi tersebut, akses satu-satunya penghubung antara Tobelo – Galela, tepatnya di desa Mamuya, Kecamatan Galela dipalang dengan ratusan batang kelapa, buah kelapa, serta batang pisang untuk menghadang para pengendara yang melintas. Protes dipicu oleh turunnya harga kopra hingga Rp2.000-Rp3.000 per kilogram (kg) dari rata-rata antara Rp7.000 – Rp10.000 per kg.
Aksi petani ini kemudian dilanjutkan dengan protes dari para mahasiswa di Ternate hingga Senin (26/11/18) lalu. Rombongan mahasiswa bersama sejumlah pengurus Kelompok Cipayumg itu pun menemui Sekprov Malut, Muabdin A Radjab dan Kadis Pangan Malut, Saiful Turuy.
Baca : Unjuk Rasa Kenaikan Harga Kopra di Ternate Ricuh
Tidak hanya protes, ratusan mahasiswa tersebut pun menduduki kediaman Gubernur Malut Abdul Gani Kasuba guna mempertanyakan komitmen pemerintah provinsi (Pemprov) dalam membantu meningkatkan kesejahteraan petani dengan menaikkan harga komoditi kopra.
DPRD mengaku tidak bisa intervensi
Dari Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Sulteng), Selasa (27/11/18), Dinas Perindustrian dan Perdaganggan setempat melaporkan harga kopra yang anjlok sejak beberapa bulan terakhir dan merosot hingga Rp3.600 per kg. Akibatnya, petani kopra untuk sementara waktu beralih ke komoditas lain.
Sebagaimana dilaporkan ANTARA dan dilansir ‘BeritaSatu.com’, protes juga dilakukan sejumlah elemen mahasiswa yang ditujukan pemerintah daerah dan DPRD di Sulawesi Utara (Sulut).
Sayangnya jajaran DPRD setempat pun mengakui sulit melakukan intervensi terkait degan harga yang merosot tajam tersebut.
Hal itu karena kopra bukan komoditas strategis yang dilindungi pemerintah, sehingga mekanismenya pasar bebas, tergantung pesediaan dan permintaan.
Tidak hanya di sentra produksi kelapa, aksi protes juga digelar kelompok yang menamakan diri Petani Mal-Malut di Jakarta.
Aksi tersebut dilakukan pada Senin (26/11/18) dengan membakar ban di depan kantor Kementerian Perdagangan (Kemdag). (S-BS/jr)