Medan, 30/12/18 (SOLUSSInews) – Sekitar tujuh dekade silam, Bung Karno pernah mengutip ayat ini: “Yesus Kristus adalah Gembala yang baik…..!” Ini merupakan salah satu Firman Yesus seperti tertuang dalam Kitab Injil Yohanes pasal 10 ayat 11.
Ya, ketika hadir di sebuah perhelatan rohani yang digelar Dewan Gereja-gereja Indonesia atau DGI (kini Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, PGI), Presiden Sukarno alias Bung Karno mengumandangkan cuplikan ayat Injil tersebut, malah dengan memberi penekanan, “Yesus Kristis adalah Gembala (yang paling) baik….!”
Terkini, Presiden Joko Widodo alias Jokowi sama briliannya dengan Bung Karno yang mengutip ‘ayat-ayat emas” dari Tuhan Yesus.
Itu dilakukan Presiden Jokowi ketika memberikan pesan Natal dan ucapan Selamat Natal 2018 kepada umat Kristiani di perhelatan “Natal Nasional 2018” di Medan.
Ketika itu, Jokowi berharap, agar umat Kristiani di Indonesia bisa menjadi “garam dan terang dunia”.
Selengkapnya, ‘garam’ dan ‘terang’ itu terdapat dalam dua ayat berikut:
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (Injil Matius 5:13).
“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. (Injil Matius 5:14)
Ini dituturkan Jokowi saat menghadiri Perayaan Natal 2018, tepatnya di Gedung Serbaguna Tengku Rizal Nurdin, Jl Williem Iskandar Nomor 9, Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), Sabtu (29/12/18), seperti dilansir ‘Detik.com’, ‘BeritaSatu.com’ dan berbagai media mainstream nasional, bahkan internasional.
Presiden Jokowi mengatakan, Natal merupakan perayaan yang menghadirkan kedamaian sejati.
“Menghadirkan damai di hati kita semua, damai di Indonesia dan damai di bumi kita. Kedamaian harus terus kita rawat, kedamaian harus terus kita jaga, dengan selalu berdoa dan tulus dalam kita bekerja,” kata Jokowi yang tampil berbalut stelan jas dilengkapi ulos,
Syukuri anugerah keberagaman
Presiden Jokowi lanjut mengatakan, dalam perayaan Natal, umat Kristiani harus bersuka-cita atas anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia. Anugerah itu, menurut Jokowi, antara lain ialah keberagaman yang ada di Indonesia.
“Kita dianugerahi dengan keragaman yang luar biasa. Penduduk di negara kita sudah mencapai 260 juta yang hidup di 17 ribu pulau yang kita miliki, 34 provinsi, 514 kabupaten/kota, dan kita tahu bahwa negara kita dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa perbedaan, majemuk, beragam, warna-warni, beda suku, beda agama, beda adat, tradisi, bahasa daerah,” ujarnya.
Bicara soal kemajemukan, Jokowi juga mengaku banyak belajar bahasa daerah, salah satunya bahasa daerah di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki banyak perbedaan dengan wilayah lainnya. Bahasa daerah itu dia pelajari dari menantunya Bobby Nasution yang merupakan putra daerah Sumut.
“Saya belajar dari anak saya, mantu saya, sekarang sudah jadi anak saya, mantu saya yang berasal dari Sumut,” katanya.
Jadi ‘garam’ dan ‘terang’
Presiden Jokowi melanjutkan, keragaman dan perbedaan itu bukanlah sumber perpecahan. Justru, keragaman itu adalah potensi besar kekuatan bangsa Indonesia.
“Tuhan Yang Maha Esa menganugerahi kita semuanya dengan rasa persaudaraan yang tinggi, dengan cinta kasih yang tinggi, persatuan yang tinggi sebagai aset bangsa Indonesia. Aset terbesar bangsa ini adalah persatuan, kerukunan dan persaudaran dan persatuan itu bersumber dari keragaman bangsa kita Indonesia,” jelasnya.
Dia menambahkan, anugerah dari Tuhan itu harus disyukuri dan dirawat. Dalam kesempatan ini, Jokowi juga menyampaikan pantun.
“Di mana ada Sirungguk, di situ ada Sitata. Di mana pun kita duduk, di situ selalu ada Tuhan Yang Maha Esa,” katanya.
“Kepada seluruh umat Kristiani yang saya cintai, saya ajak bapak ibu saudara sekalian untuk selalu menjadi garam dan terang dunia,” tambah Jokowi.
Amsal tentang ‘hikmat’
Jokowi juga mengajak umat Kristiani selalu membuka hati untuk menerima khidmat dan berbahagia.
Seperti juga tertulis dalam Kitab Amsal di Perjanjian Lama, Jokowi mengatakan, orang yang mendapat khidmat keuntungannya melebihi emas dan perak.
“Karena berbahagia lah orang yang mendapat khidmat, keuntungannya melebihi emas dan perak, lebih berharga daripada permata. Dengan memerima khidmat, jalan kita akan penuh rasa kebahagiaan, kesejahteraan. Dengan khidmat kita bersama-sama bekerja membangun negara kita Indoneaia. Dengan khidmat kita saling membantu sesama anak bangsa. Dengan khidmat kita persiapkan anak-anak kita untuk menghadapi masa depan dengan menjadi manusia-manusia yang unggul, berakhlak mulia,” jelasnya.
“Dan dengan khidmat kita terus dan harus memeluk yang miskin, kecil, lemah dan yang membutuhkan. Dengan khidmat kita hadirkan rasa keadilan sosial di seluruh penjuru tanah air. Dengan khidmat kita majukan negara Indonesia,” tambahnya.
Dalam perayaan Natal Nasional yang dipusatkan di Medan ini, beberapa Menteri Kabinet hadir, di antaranya Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly yang juga sebagai Ketua Panitian Perayaan Natal Nasional, Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan serta Gubernur Sumatera Utara Edi Rahmayadi. (S-DC/BS/jr)