Jakarta, 23/3/19 (S0LUSSInews) – Kini kita memang hadir di era digital. Dan faktanya, era ini telah mengubah sebagian besar tata cara hidup masyarakat luas. Mulai dari kebiasaan, hingga sistem pembayaran.
Masyarakat saat ini sudah tak asing lagi dengan platform pembayaran digital, seperti OVO dari PT Visionet Internasional.
OVO merupakan aplikasi pembayaran digital yang memberikan pelanggannya kemudahan dalam bertransaksi (OVO Cash). Juga memberikan kesempatan yang lebih besar untuk mengumpulkan poin di banyak tempat (OVO Points).
Saat ini, OVO telah digunakan 110 juta orang di Indonesia.
Tersebar di 300 kota di Indonesia, saat ini OVO tak hanya selami toko online saja. Mereka telah membuat langkah baru untuk memasuki toko offline dengan meningkatkan jumlah pedagang yang menerima metode pembayaran.
“Pengecer lokal, pedagang, toko serba ada sangat penting bagi kesuksesan kami, dan itu penting untuk masa depan Indonesia dan inklusi keuangan. Indonesia masih merupakan pasar offline, dan pengecer terorganisir modern telah membantu kami. Kami memiliki lebih dari 300.000 outlet pengecer bergabung dengan kami tahun ini,” ujar Jason Thompson, Chief Executive Officer (CEO) OVO, seperti dilansir Warta Ekonomi dari Entrepreneur (21/3/19).
Bangun kemitraan
Semenjak efektif kurang lebih dua tahun silam, OVO telah menjalin kerja sama dengan berbagai mitra. Salah satunya platform ojek online yang kini telah menyandang status sebagai decacorn, yakni Grab.
OVO telah bermitra dengan Grab sejak Desember 2017. Tahun berikutnya, layanan pembayaran tanpa uang tunai yang didukung Lippo ini juga mengumumkan kemitraan dengan Tokopedia, platform e-commerce terbesar di Indonesia.
Pihak OVO mengatakan kesepakatan itu akan membantu memperkuat posisinya sebagai platform pembayaran mobile terbesar di Tanah Air.
“Kami melihat kemitraan ini sebagai validasi dari strategi kami untuk memungkinkan pembayaran untuk semua perusahaan Indonesia, baik online maupun offline. Uang tunai adalah kebiasaan yang sangat sulit untuk dihilangkan dan konsumen hanya akan beralih ke non-uang tunai jika lebih mudah dan lebih aman daripada uang tunai,” kata Harianto Gunawan, Direktur Pembayaran Perusahaan di OVO.
Perusahaan itu mengatakan OVO sekarang tersedia di 90 persen pusat perbelanjaan di seluruh negeri, menawarkan opsi pembayaran tanpa uang tunai kepada pelanggan di hypermarket, department store, kedai kopi, bioskop, operator parkir, rumah sakit, gerai makanan dan minuman.
Capai miliaran transaksi
Merujuk data dari Entrerpreneur, OVO mengumumkan, mereka telah menyaksikan satu miliar transaksi pada tahun 2018, atau meningkat 75 kali sejak November 2017.
Basis penggunanya juga mengalami pertumbuhan sebesar 400 persen selama periode yang sama.
“OVO telah mencapai Sabang hingga Merauke, dan 77 persen pengguna kami berasal dari wilayah Jabodetabek,” kata Gunawan.
Dalam kesepakatan terbarunya, OVO dilaporkan telah mengakuisisi perusahaan pinjaman lokal peer-to-peer Taralite.
Akuisisi itu dijadikan sebuah langkah yang akan membuka jalan bagi OVO untuk memasuki bisnis pinjaman yang dipandang sebagai penghasil keuntungan potensial bagi perusahaan. (S-WE/jr)