Manado, 2/4/19 (SOLUSSInews) – Secara resmi, kini Indonesia ketambahan memiliki tiga Kawasan Ekonomi Khusus baru.
Itu terjadi setelah Presiden Joko Widodo alias Jokowi, pada hari Senin (1/4/18) kemarin, meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung di Sulawesi Utara (Sulut), KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) di Kalimantan Timur (Kaltim), dan KEK Morotai di Maluku Utara (Malut).
Ketiga KEK ini diharapkan mampu menyedot investasi hingga Rp109 triliun, demikian Kontan.co.id melansir.
Khusus investasi ini, diharapkan mengalir dari industri pengolahan ikan dan kelapa, farmasi herbal, serta logistik. Ini merupakan fokus tiga KEK ini, terutama KEK Bitung, yang terletak di gerbang Pasifik.
‘Mesin uang’
Sementara itu, sebelum KEK Bitung ini resmi disahkan Presiden Jokowi, DPP Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih 14 Februari 1946 (GPPMP) dan beberapa komunitas khusus, di antaranya Persatuan Masyarakat Maritim Transportasi dan Logistik Indonesia (PMMTLI), secara maraton melakukan serial diskusi bertajuk “Aktualisasi KEK dan IHP Bitung: Mesin Uang RI di Gerbang Pasifik”.
Sesudah menggelar dua diskusi publik di Jakarta, puncaknya berlangsung bersamaan dengan Rakernas GPPMP di Bitung, 13-14 Februari 2019 lalu, dihadiri berbagai unsur, termasuk Pemerintah (Kementerian Koordinator Kemaritiman, Kementerian Perhubungan), asosiasi (Kadin, Apindo), komunitas akademik (Ikatan Keluarga Alumni Universitas Sam Ratulangi-IKA Unsrat), penggiat sosial budaya dan ekonomi regional “Sam Ratulangi Institute”, juga perwakilan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut, Pemerintah Kota (Pemkot) BItung serta Badan Pelaksana KEK Bitung.
“Dari sejumlah benang merah simpulan, intinya KEK Bitung ini akan sangat berperan bagi masa depan perekonomian nasional. Ini karena posisinya yang amat strategis di bibir Pasifik, dengan jarak relatif lebih dekat ke sejumlah pusat pasar global di Asia Pasifik, seperti Hong Kong, Zhenzhen, Shanghai, Macao, Taiwan, Korea, Jepang hingga Amerika Utara,” kata Walikota Bitung, Maxmillian Lomban ketika itu.
Max juga menghadiri peresmian KEK Bitung oleh Presiden Jokowi, mendampingi Gubernur Sulut, Olly Dondokambey dan Menko Perekonomian, Darmin Nasution.
Kesimpulan umumnya, demikian DPP GPPMP, jarak yang relatif lebih dekat ke pusat-pusat pasar dari Bitung, akan memberi keuntungan lebih bagi upaya memasarkan produk-produk Indonesia, karena otomatis biaya logistiknya lebih murah, ketimbang diekspor dari pelabuhan lain di Indonesia.
IHP Bitung
Namun, menurut DPP GPPMP, KEK Bitung tidaklah cukup untuk membuat kawasan ini menjadi ‘mesin uang’ bagi perekonomian RI masa depan.
“Mendesak untuk segera merealisasikan pula Indonesia Hub Port (IHP) Bitung, Sulut, bersama IHP Kuala Tanjung di Sumatera Utara (Sumut). Dua IHP ini sudah diputuskan, tinggal realisasi pengembangannya jangan lama-lama, karena peta pelayaran global memang melewati dua pelabuhan itu,” demikian GPPMP.
IHP Bitung tepat diapit oleh dua Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), sementara IHP Kuala Tanjung juga berada di satu ALKI besar, yakni Selat Malaka.
“IHP Bitung bisa diarahkan sebagai gerbang ekspor impor ke pasar Asia Pasifik, sementara IHP Kuala Tanjung menghadapi pasar Asia, Afrika hingga Eropa,” simpulan lain diskusi itu.
Menunda aktualisasi pengembangan IHP Bitung (juga IHP Kuala Tanjung), menurut Tim Perumus, bakal membuang banyak peluang yang sudah di depan mata, dan Indonesia masih akan tetap ‘dimakan’ trader asing, berpusat di Port of Singapore Administration (PSA) dan Port of Tanjung Pelepas, Johor, Malaysia. Dua Internasional Main Port (IMP) ini selama ini jadi pintu keluar masuk barang dari serta keluar Indonesia, dengan mendapatkan keuntungan lebih dari 10 miliar dolar AS per tahun.
Direncanakan, kesimpulan tim perumus ini akan disampaikan ke pihak berkompeten, melalui Gubernur Sulut Olly Dondokambey, untuk menjadi pertimbangan strategis. Tim perumus, antara lain Laksdya TNI Dr Albert Desi Mamahit, MSc (PMMTLI/GPPMP) sebagai Ketua, Dr Ir W Donald R Pokatong, MSc (GPPMP/Akademisi) selaku Sekretaris, Dr Rudy Sumampouw, MM (GPPMP/Profesional), Jenny Korou, SE, MSi (Unsur Pemprov Sulut/Kadisperindag), Prof Ir Lucky LW Sonfakh, MEc, PhD (Akademisi), Prof Dr Ir Ruddy Tarumingkeng (Akademisi), Unsur Kemenko Kemaritiman, Unsur Kemenhub (S-KT/jr), dan Unsur Dunia Usaha. (S-KT/jr)