“Mereka mengaku akan memanfaatkan momentum Pemilu. Dia membaca dinamika di masyarakat. Apabila ada people power di Jakarta, mereka akan hajar di jalan. Bisa bom bunuh diri atau aksi teroris lain yang menyebabkan fatalitas dan banyak korban meninggal,” kata Karo Penmas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri Selasa (7/5/19).
“(Jika itu sampai terjadi) akhirnya menimbulkan kecurigaan. Maka akan terjadi bentrok (antar kelompok) yang lebih keras lagi. Itu yang diinginkan mereka. Jadi mereka menunggu massa chaos.”
Pengakuan Solihin cs itu tidak bisa dianggap remeh, karena selama ini mereka memang anti demokrasi dan faktanya sudah menyiapkan bom rakitan jenis TATP. “Selain itu, bulan Ramadan dianggap sebagai bulan mulia untuk mati syahid menurut keyakinan mereka,” kata Dedi.
”Justru di bulan puasa inilah beberapa pakar terorisme menyebutkan bahwa ini merupakan saat amaliyah (serangan) yang cukup efektif. Densus betul-betul bekerja sangat keras dalam rangka memitigasi setiap aksi yang direncanakan. Masyarakat agat tetap tenang. Namun jika menemukan hal yang mencurigakan jangan mengambil langkah hukum sendiri dan laporkan ke polisi terdekat,” tambahnya, seperti dilansir BeritaSatu.com.
Namun, menurut Dedi, polisi meyakini jika penangkapan Solihin cs akan membuat kekuatan mereka berkurang. Apalagi dia punya kemampuan merekrut dan merakit bom bersama dengan tersangka lain yang juga sudah ditangkap.
Ada instrumen menggagalkan
Sementara itu, Pemerintah tak segan menggagalkan seruan people power yang menuju ke arah makar atau menggulingkan pemerintahan. Masyarakat diminta menyelesaikan permasalahan bangsa sesuai ranah konstitusi.
“Kalau ada upaya menggulingkan pemerintah, pemerintah punya instrumen untuk gagalkan itu,” tegas Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Jakarta, Selasa (7/5/19).
Disebut Moeldoko, pemerintah memiliki tugas menjaga persatuan. Dan semua persoalan yang terjadi bisa diselesaikan dengan cara yang konstitusional.
Lihat video:
Sumber: BeritaSatu TV
Tolak makar
Sementara itu dari Medan dilaporkan, ratusan massa Gerakan Masyarakat Sumatera Utara Anti Makar melakukan aksi di depan Hotel JW Mariot Jalan Putri Hijau Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut), Selasa (7/5/19) kemarin.
Mereka mengklaim akan mengawal proses rekapitulasi penghitungan suara tingkat provinsi yang sedang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di hotel tersebut.
Massa memberikan dukungan kepada KPU yang dinilai sudah bekerja secara maksimal selama penyelenggaraan Pemilu 2019.
Dalam orasinya, massa menduga ada upaya deligitimasi terhadap KPU.
Mereka menilai, selama ini KPU mendapat tekanan terhadap KPU. Bahkan ada yang menganggap KPU tidak bekerja
“Kita memberikan dukungan moral. Karena ada pihak – pihak yang melakukan desakan terhadap KPU supaya dianggap tidak bekerja. Kami lihat KPU bekerja dengan jujur dan berintegritas,” ujar Koordinator aksi, Junhaidal Samosir.
Ia menambahkan, pihaknya menolak upaya wacana People Power oleh segelintir elit di Jakarta. Upaya People Power itu dilakukan untuk menolak hasil pemilihan dari KPU.
“Ada kelompok elite di Jakarta yang mewacanakan akan melakukan people power kalau kalah dari Pilpres. Kami dari Sumut Siap melawan. Jangan mencoba mengadu domba,” katanya lagi.
Junhaidal memastikan, pihaknya akan mengawal proses rekapitulasi suara tingkat provinsi yang sedang berlangsung. Bahkan massa juga diklaim akan menginap di seputaran JW Marriot.
Sementara itu, massa terus berdatangan sepanjang unjuk rasa. Massa lebih banyak yang menumpang angkutan umum dari berbagai penjuru Kota Medan. Selama aksi berlangsung, arus lalu lintas di kawasan itu mengalami kemacetan. Polisi lalulintas pun berupaya mengurai kemacetan tersebut. Demikian diberitakan Suara Pembaruan. (S-BS/SP/jr)