Jakarta, 27/5/19 (SOLUSSInews) – Saat ini, semakin banyak orang ingin memiliki tubuh ideal dengan melakukan diet. Padahal, diet -dan juga pilihan pola makan- memiliki dampak lebih besar daripada yang dibayangkan. Termasuk memicu munculnya penyakit kronis.
Sebuah studi terbaru mengungkap, diperkirakan ada 81.110 kasus kanker baru di antara remaja usia 20 tahun ke atas di Amerika Serikat pada 2015 yang dipicu akibat pola makan buruk. Hasil studi tersebut dipublikasikan di JNCI Cancer Spectrum pada Rabu (22/5/19), demikian diberitakan CNN.
“Angka ini sama dengan 5,2 persen dari semua kanker invasi kasus kanker yang baru didiagnosa di kalangan dewasa pada 2015.” Begitu kata ahli gizi dan epidemolog kanker di Tufts University, Dr Fang Fang Zhang, yang juga penulis dalam studi tersebut.
Porsi ini, kata dia, sama dengan beban kanker karena alkohol.
Pola makan
Para peneliti mengevaluasi tujuh faktor pola makan yang memicu kondisi tersebut.
Kurangnya asupan biji-bijian utuh menjadi penyumbang kasus kanker terbesar di Amerika Serikat. Diikuti rendahnya konsumsi susu, konsumsi daging olahan yang tinggi, rendahnya konsumsi sayur dan buah, asupan daging merah yang tinggi, hingga konsumsi minuman bergula tinggi.
Studi tersebut menyertakan data dari asupan pola makan orang dewasa di AS antara 2013-2016 dari Survei Kesehatan dan Nutrisi Nasional.
Sementara itu, data kasus kanker di 2015 berasal dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS. Di sana para peneliti menggunakan model penelitian perbandingan risiko yang melibatkan angka estimasi kasus kanker yang terkait dengan pola makan buruk.
Mereka kemudian mengevaluasi berapa besar diet berimbas terhadap kasus kanker di AS. Estimasi-estimasi tersebut dibuat menggunakan keterkaitan diet dan kanker di beberapa studi lain.
Zhang mengatakan, studi-studi sebelumnya menyuguhkan bukti yang kuat, konsumsi daging olahan meningkatkan risiko kanker usus besar, dan konsumsi biji-bijian utuh yang rendah bisa menurunkan risikonya.
“Namun, penelitian kami menghitung jumlah dan proporsi kasus kanker baru yang dikaitkan dengan pola makan buruk di level nasional,” kata Zhang.
Diet
Para peneliti menemukan, kasus kanker yang paling terkait dengan diet ialah kanker usus besar dan anus, yang jumlahnya mencapai 38,3 persen.
Temuan tersebut dilihat dari pola makannya, konsumsi biji-bijian utuh dan susu yang rendah serta konsunsi daging olahan berkontribusi terhadap beban kanker lebih tinggi.
Sementara kelompok yang paling terdampak ialah pria usia 45-64 tahun serta etnis-etnis minoritas di AS, seperti orang kulit hitam dan hispanik.
Namun, studi ini memiliki sejumlah batasan. Termasuk data yang belum menjelaskan hubungan kanker dan risiko kanker seiring bertambahnya usia.
Dibutuhkan pula riset lebih lanjut untuk menemukan hubungan yang sama berkaitan dengan tahun dan periode di AS.
Jadi pada intinya, pola makan merupakan salah satu faktor yang bisa diubah untuk mencegah kanker. “Studi ini menggarisbawahi kebutuhan untuk menurunkan risiko kanker dan perbedaannya dengan memperbaiki asupan kelompok makanan tertentu,” kata Zhang, seperti dilansir Kompas.com.
Berdesarkan studi yang dipublikasikan di JAMA Internal Medicine, konsumsi makanan organik secara rutin juga bisa berdampak pada penurunan risiko keseluruhan dari pertumbuhan kanker. Terutama untuk jenis kanker limfoma non-hodgkin dan kanker payudara setelah menopause.
Makanan olahan
Sementara itu, ada risiko kematian dini sebesar 14 persen lebih tinggi dengan peningkatan 10 persen tergantung jumlah makanan olahan yang dikonsumsi.
Padahal, makanan olahan kini menjadi sasaran bagi banyak orang di dunia karena kepraktisannya.
“Banyak orang di dunia membutuhkan solusi instan karena mereka selalu dikejar waktu,” kata Associate Profesor Departemen Ilmu Gizi di Rutgers University, Nurgul Fitzgerald, di awal tahun 2019.
Banyak orang yang mengutamakan rasa ketika mencari makanan. Namun, harga dan kepraktisan juga menjadi aspek penting lainnya, sehingga makanan olahan mungkin menjadi solusi bagi mereka. (S-KC/jr)