Singapura, 3/6/19 (SOLUSSInews): ‘Perang dagang’ Amerika Serikat versus Republik Rakyat Tiongkok agaknya belum akan berakhir secepatnya, malahan bisa semakin memperburuk situasi (ekonomi) global. Pasalnya, friksi yang terjadi di tataran elite kedua raksasa ekonomi dunia ini terus berlangsung sengit.
Penjabat Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Patrick Shanahan menyatakan, Republik Rskyat Tiongkok (RRT) bertanggung jawab atas berbagai kegiatan destabilisasi di Asia, yang telah meningkatkan ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Dalam pidato di depan para kepala pertahanan regional pada Dialog Shangri-La tahunan di Singapura, Sabtu (1/6/19), Shanahan meminta sekutu-sekutu Asia untuk meningkatkan pengeluaran keamanan, sambil menekankan komitmen AS terhadap wilayah tersebut.
Shanahan memang tidak secara khusus menyebut nama Republik Rakyat Tiongkok (RRT) ketika membuat tuduhan “aktor” yang mengganggu stabilitas kawasan Asia.
“Mungkin ancaman jangka panjang terbesar bagi kepentingan vital negara-negara di kawasan ini berasal dari aktor yang berusaha melemahkan, bukannya menegakkan, tatanan internasional berbasis aturan,” kata Shanahan dalam pidato utama pertamanya sejak mengambil alih sebagai penjabat menteri pertahanan pada Januari.
“Jika tren dalam perilaku ini berlanjut, fitur buatan di dunia global bisa menjadi tolol, kedaulatan bisa menjadi bidang kekuasaan yang kuat,” ujarnya.
Rujukan Shanahan tampaknya ialah pulau buatan yang dibangun oleh Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan yang disengketakan. Ini merupakan alur air strategis yang diklaim hampir seluruhnya oleh Beijing.
Saat menunjuk Tiongkok, Shanahan mengatakan, merupakan kepentingan Beijing untuk memiliki hubungan yang konstruktif dengan AS.
“Perilaku yang mengikis kedaulatan negara lain dan menabur ketidakpercayaan terhadap niat Tiongkok harus berakhir,” ujarnya.
Komentar Shanahan dilontarkan ketika AS dan Tiongkok terkunci dalam perang dagang meningkat dan berselisih mengenai berbagai masalah mulai dari Laut Tiongkok Selatan hingga Taiwan yang demokratis, dimana menurut Tiongkok merupakan bagian dari wilayah keramatnya.
Teroris ekonomi
Sementara dari Beijing sebelumnya dilaporkan, Pejabat senior Tiongkok menyebut Amerika Serikat (AS) sebagai teroris ekonomi yang secara terang-terangan menebar ancaman dan memicu perang dagang dengan berbagai negara.
Pernyataan itu, disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok, Zhang Hanhui, kepada wartawan di Beijing, Kamis (30/5/19), di tengah ketegangan perang dagang antara RRT dan AS.
Dia mengatakan, perang dagang antara AS-Tiongkok yang kembali bergolak setelah gencatan selama enam bulan, akan memiliki “dampak serius” pada pembangunan dan pemulihan ekonomi global.
Meski demikian, lanjut Zhang, Tiongkok tidak akan mundur dalam menghadapi kenaikan tarif impor senilai miliaran dolar yang telah diberlakukan AS terhadap ribuan produk buatan Tiongkok.
“Kami menentang perang dagang, tetapi tidak takut perang dagang. Perselisihan perdagangan semacam ini yang sengaja diprovokasi adalah terorisme ekonomi telanjang, chauvinisme ekonomi, penindasan ekonomi,” kata Zhang.
Komentar Zhang tersebut disampaikan menjelang kunjungan kenegaraan Presiden Tiongkok, Xi Jinping ke Rusia bulan depan. Xi akan menghadiri forum ekonomi utama dan memperkuat hubungan perdagangan dengan Moskwa, salah satu sekutu strategis utama Tiongkok.
Zhang menegaskan, huhungan Tiongkok dan Rusia semakin kuat di tengah berbagai tekanan ekonomi dan perang dagang yang diluncurkan AS. Dengan kekuatan hubungan tersebut, Tiongkok dan Rusia siap menghadapi “tantangan eksternal” yang dapat mengancam hubungan dekat kedua negara.
Disebutnya, Tiongkok dan Rusia sepakat sama-sama menghadapi semua tantangan eksternal terutama perang dagangal dari AS dengan melakukan upaya proteksi terbaik dan terus mengembangkan ekonomi, serta meningkatkan standar hidup kedua negara.
“Kami memiliki kepercayaan diri, tekad, dan kemampuan untuk menjaga kedaulatan, keamanan, penghormatan, dan kepentingan pembangunan negara kami masing-masing,” ujar Zhang Hanhui, seperti dilansir Suara Pembaruan. (S-SP/BS/jr)