Jakarta, 21/3/20 (SOLUSSInews.com) – Saat ini Pemerintah sudah menyiapkan 12 juta masker bedah dan 81 ribu masker N95 untuk penanganan virus corona (Covid-19). Stok masker dipastikan ada mulai besok.
“Kita pastikan sejak besok, kita di Kemenkes menyiapkan masker bedah sebanyak 12 juta lebih dan masker N95 lebih dari 81 ribu,” kata Jubir Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto dalam pernyataannya di Grha BNPB, Jakarta, Sabtu (21/3/20).
Pendistribusian akan didorong lewat Dinas Kesehatan (Dinkes) provinsi masing-masing. Masker itu nantinya digunakan di tempat pelayanan kesehatan seperti RS dan Puskesmas.
“Distribusi sistem mendorong Dinkes provinsi dan user, RS, klinik mengajukan lewat Dinkes Provinsi,” ujar Yuri.
Pemerintah juga menyiapkan tempat isolasi tambahan bagi penderita Covid-19. Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta salah satunya.
“Pemerintah siapkan tambahan tempat tidur bagi penderita COVID-19 yang memang terindikasi butuh karantina RS,” kata Yuri.
‘Rapid test’ diberlakukan
Kini, pemerintah juga mulai memberlakukan rapid test massal virus Corona (Covid-19) di Indonesia. Jakarta Selatan sebagai wilayah yang teridentifikasi paling rawan menjadi prioritas pelaksanaan rapid test tersebut.
“Jadi memang ada prioritas. Dan kita memprioritaskan wilayah yang menurut hasil pemetaan menunjukkan indikasi yang paling rawan. Di Jakarta Selatan,” kata Presiden Jokowi dalam konferensi pers seperti disiarkan akun YouTube Setneg, Jumat (20/3/20).
Jokowi mengatakan, rapid test corona sudah dimulai Jumat (20/3/20) sore kemarin. Tes itu dilakukan petugas dengan mendatangi rumah-rumah.
“Mengenai rapid test, memang sudah dilakukan sore hari ini (kemarin)di wilayah yang dulu sudah diketahui ada kontak tracking dari pasien-pasien yang positif sehingga dari situ didatangi dari rumah ke rumah untuk dites,” ujarnya.
Jokowi mengatakan, rapid test dilakukan sebagai pemeriksaan awal untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak.
“Hari ini pemerintah telah mulai untuk melakukan rapid test sebagai upaya untuk memperoleh indikasi awal apakah seseorang positif terinfeksi Covid19 ataukah tidak,” kata Jokowi.
Prosedur ‘screening’ massal dengan ‘rapid test’ corona:
Terkait pemeriksaan massal ini, pemerintah mengaku sudah menerima 2.000 alat tes cepat pemeriksaan virus corona. Alat pemeriksaan cepat akan datang lagi esok hari (Sabtu, 21/3/20) ini dengan jumlah 2.000 kit. Kemudian ditambahkan 100 ribu lebih untuk tahapan berikutnya.
“Pada hari ini kita sudah menerima 2.000 kit untuk pemeriksaan cepat,” kata juru bicara pemerintah terkait penanganan wabah corona, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers di BNPB, Jaktim, Jumat (20/3/20).
Yurianto mengatakan, pasokan logistik untuk pelayanan pasien corona di rumah sakit sudah disiapkan. Total ada 10 ribu ADP yang sudah diterima pemerintah.
“Kemudian masker juga lebih 150 ribu, sarung tangan, dan sebagainya. Artinya, posisi logistik untuk layanan di rumah sakit cukup. Sudah barang tentu para pelaksana di rumah sakit silakan kemudian mengakses lewat Dinkes provinsi, karena distribusi di Dinkes,” jelasnya.
Yuri mengatakan, ada sekitar 700 ribu orang yang berisiko tertular Corona. Karena itu, satu juta kit sedang disiapkan pemerintah.
“Pemerintah sudah merencanakan pemeriksaan secara massal, dikonotasikan di pemeriksaan massal adalah orang yang memiliki kontak dengan kasus positif, data perhitungan yang kita miliki orang yang berisiko adalah di angka 600 ribu sampai 700 ribu. Oleh karena itu, pemerintah akan siapkan sekitar satu juta kit untuk pemeriksaan secara massal di dalam kaitan mengidentifikasi kasus positif di masyarakat,” ujar Yuri.
Lalu apa bedanya pemeriksaan dengan pemeriksaan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR)? Yuri memberikan penjelasan.
“Metode yang digunakan untuk pemeriksaan secara massal adalah berbeda dengan metode yang selama ini kita gunakan untuk menegakkan diagnosa. Kita pahami bersama bahwa pemeriksaan diagnosa adalah pemeriksaan molekuler yang kita dapatkan dari usapan dinding hidung belakang dan dinding mulut belakang, kemudian kita kenal dengan PCR itu gunanya adalah untuk menentukan seseorang positif atau tidak,” kata Yuri.
Sementara itu, pemeriksaan massal dilakukan dengan pengambilan sampel darah. Yakni dengan menggunakan test kit. Hasil pemeriksaan itu, kata Yuri, akan diketahui dalam waktu kurang dari dua menit.
“Untuk pemeriksaan massal kita akan menggunakan pemeriksaan melalui darah. Darah diambil sedikit dan kemudian dilakukan pemeriksaan dengan alat, dengan kit, sehingga kemudian dalam waktu kurang dari 2 menit maka akan bisa kita selesaikan hasilnya,” ujarnya.
Yuri menegaskan, sensitivitas kedua tes ini berbeda. Pemeriksaan massal dilakukan untuk menemukan kasus-kasus yang berpotensi COVID-19 yang kemudian hasilnya akan diperiksa lanjutan dengan PCR.
“Oleh karena itu, hasil dari screening tentunya apabila positif akan kita tindak lanjuti dengan pemeriksaan PCR untuk memastikan positif yang sesungguhnya. Karena bisa saja positif ini terjadi pada orang yang sudah sembuh dari penyakit ini pasti akan menunjukkan hasil yang positif,” jelas Yuri.
“Karena dasarnya adalah zat yang kita sebut dengan imunoglobulin yang ada di dalam tubuh. Ini adalah zat yang dimunculkan oleh tubuh secara alami sebagai respons adanya virus di dalam tubuhnya,” lanjutnya.
Yuri mengatakan, bisa saja hasil dari pemeriksaan berbeda jika sudah diperiksa dengan PCR. Karena itulah, pemeriksaan massal masih perlu dilanjutkan dengan PCR yang memakan waktu satu hingga enam hari.
“Oleh karena itu sudah barang tentu pada kasus yang sudah sembuh pasti akan positif. Tetapi bisa saja pada kasus yang terinfeksi hasilnya negatif, tetapi ini disebabkan karena respons imunologinya belum terbentuk. Dan ini membutuhkan waktu sekitar 1-6 hari. Tetapi ini adalah penapisan yang terbaik dilakukan secara massal sehingga kita secara cepat bisa menemukan potensi positif atau yang sudah pasti positif di tengah masyarakat,” ungkap Achmad Yurianto, seperti diberitakan Detik.com. (S-DC/jr)