Jakarta, 30/4/20 (SOLUSSInews.com) – Hingga saat ini, pihak Maskapai Garuda Indonesia tetap mengoperasikan rute penerbangan internasional ke sejumlah negara, seperti ke Belanda, Jepang, Korea Selatan, dan Australia. Kebijakan tersebut diambil perusahaan pelat merah itu karena tak ada pelarangan untuk mengoperasikan penerbangan internasional selama mudik Lebaran 2020.
Adapun pengendalian transportasi selama masa mudik Idul Fitri 2020 diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 Hijriah dalam rangka Pencegahan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
“Kita terus terbang ke seluruh rute yang selama ini kita sudah komitmen, seperti ke Amsterdam, Jepang, Korea, maupun Australia, sampai hari ini kita masih terbang,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, dalam rapat kerja secara telekonferensi dengan Komisi VI DPR, Rabu (29/4/20).
Namun, dia menekankan, pengoperasian rute internasional ini dipantau secara seksama setiap saat guna menakar kadar kelayakannya. “Kita upayakan khususnya untuk internasional kita terbang setiap minggu sekali,” ujar Irfan Setiaputra.
Turun signifikan
Disebut Irfan, sejak wabah Covid-19 terjadi, permintaan atas angkutan udara, khususnya pada sektor penumpang, terus mengalami penurunan yang signifikan hingga saat ini. “Karena bisnis kita itu berbasis mobilisasi dan ketika mobilisasi itu menjadi kegiatan yang tidak disukai, tentu saja aktivitas kita akan berdampak secara langsung dan signifikan,” papar Irfan.
Dia juga menyebutkan, untuk rute internasional, penerbangan dari dan ke Tiongkok menjadi yang pertama terdampak. Yakni karena adanya kebijakan penutupan penerbangan sementara dari dan ke Tiongkok.
“Kuartal pertama sangat dipengaruhi dampaknya oleh penutupan penerbangan ke Tiongkok. Pada waktu itu kita ada sekitar 13 penerbangan dalam seminggu ke Tiongkok. Kita tutup secara drastis,” jelasnya.
Kemudian, karena adanya penutupan kunjungan umrah ke Arah Saudi, Garuda kembali terkena dampaknya. Bahkan, kata Irfan, Garuda harus berangkat dari Indonesia dengan keadaan pesawat kosong untuk menjemput masyarakat Indonesia yang menyelesaikan ibadah umrahnya.
“Garuda tercatat 10 kali terbang dengan berangkat kosong tapi pulang penuh. Ini karena banyak pelanggan Garuda yang masih masih umrah berada di Arab Saudi saat itu,” ujar Irfan Setiaputra. (S-BS/jr)