Jakarta, 31/5/20 (SOLUSSInews.com) – Strategi transformasi bisnis di PT Lippo Karawaci Tbk terus menunjukkan kemajuan positif.
Dilaporkan, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) membukukan pendapatan yang telah disesuaikan sebesar Rp12,25 triliun pada 2019, meningkat 16 persen dibandingkan 2018 yang sebesar Rp10,62 triliun.
Hal itu pasca penyesuaian penjualan tanah yang tidak berulang sebesar Rp65 miliar pada 2019 dan Rp838 miliar pada 2018.
Sementara, jika sesuai dengan laporan keuangan 2019, pendapatan perseroan mencapai Rp12,32 triliun, meningkat sebesar 7,6 persen dibandingkan Rp11,45 triliun yang tercatat pada 2018.
Pendapatan didorong oleh pertumbuhan ‘recurring revenue’ yang kuat, terutama dari segmen ‘healthcare’, yakni PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).
Namun, pertumbuhan tersebut diimbangi oleh penurunan pada bisnis properti dari tahun ke tahun, terutama terkait dengan laba yang terjadi sesekali pada periode kuartal II-2018 dan kuartal III-2018.
Sementara itu, hal positif lainnya pada tahun 2019 ialah pencapaian pra-penjualan yang senilai Rp1,85 triliun, meningkat 15,5 perseb dibandingkan 2018 yang sebesar Rp1,6 triliun.
Terus menunjukkan kemajuan
CEO Lippo Karawaci, John Riady mengatakan, pada kuartal IV-2019, Lippo Karawaci terus menunjukkan kemajuan dalam rencana transformasi bisnis.
Pra-penjualan pada kuartal IV-2019 merupakan pra-penjualan kuartal tertinggi untuk tahun tersebut.
“Realisasi penawaran umum terbatas secara signifikan juga telah meningkatkan posisi kas dan setara kas kami untuk mengatasi krisis yang diciptakan oleh Covid-19, serta membangun fondasi untuk bangkit kembali pasca Covid-19,” kata John dalam keterangan resmi, Jumat (29/5/20).
Perseroan menyatakan kembali target pra-penjualan pada 2020 sebesar Rp2,5 triliun. Adapun pada kuartal I-2020, realisasinya telah mencapai 28 persen dari target atau sebesar Rp703 miliar.
Kinerja Siloam Hospitals
Sementara itu, anak usaha perseroan, Siloam Hospitals mencatat pertumbuhan pendapatan yang kuat pada 2019 sebesar 17,7 persen menjadi Rp7,02 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp5,96 triliun.
Pencapaian ini berkontribusi terhadap 75,1 perse dari total pendapatan ‘recurring’ pada 2019 dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 71,3 persen.
Pada kuartal IV-2019, Siloam membuka rumah sakit baru, yakni Siloam Paal Dua di Manado, sehingga menambah total rumah sakit menjadi 37 rumah sakit.
Adapun pendapatan dari segmen bisnis Lippo Karawaci ‘real estate management’ dan ‘services’ meningkat 13,2 persen menjadi Rp9,2 triliun, yang merupakan 74,8 persen dari total pendapatan tahun 2019 dibandingkan tahun 2018 yang sebesar 71,1 persen.
Lebih lanjut, pendapatan ‘real estate development’ pada 2019 turun 3,8 persen menjadi Rp2,98 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,09 triliun.
Bisnis ini memberikan kontribusi sebesar 24,1 perse dari total pendapatan tahun 2019 dibandingkan 2018 yang sebesar 27 persen.
Penjualan tanah Meikarta
Penjualan sesekali pada 2018 dan 2019 merupakan penjualan tanah Meikarta ke MSU di Lippo Cikarang, yang merupakan pendapatan tidak berulang masing-masing sebesar Rp838 miliar dan Rp65 miliar.
Jika perhitungan menyesuaikan penjualan sesekali tersebut, pendapatan ‘real estate development’ meningkat sebesar 29 persen pada 2019.
Sedangkan EBITDA Lippo Karawaci pada kuartal IV-2019 meningkat sebesar 7,9 persen menjadi Rp397 miliar dibandingkan kuartal III-2019 yang sebesar Rp368 miliar.
Seperti dilaporkan, EBITDA 2019 menurun sebesar 43,4 persen menjadi Rp1,3 triliun dari tahun sebelumnya yang senilai Rp2,3 triliun.
Hal tersebut terutama disebabkan oleh biaya sesekali dan biaya konstruksi yang lebih tinggi untuk memulai kembali beberapa proyek konstruksi terintegrasi di bisnis ‘real estate development’ pada 2018.
Selain itu, ada penyesuaian biaya non-tunai sesekali di Siloam pada 2019, yang menyebabkan margin EBITDA tahun 2019 turun menjadi 11 persen dari tahun 2018 yang sebesar 20 persen.
Di Siloam, yang mendasari pertumbuhan EBITDA sebesar 26 persen ialah perbaikan kinerja dari berbagai segmen, dimana kerugian EBITDA di rumah sakit baru turun menjadi Rp23 miliar pada kuartal IV-2019 dari Rp26 miliar pada kuartal III-2019 atau membaik sebesar 11,5 persen.
Pada 2019, Siloam melaporkan pertumbuhan EBITDA yang kuat sebesar 26,2 persen, disebabkan oleh pendapatan lebih tinggi dan kontrol biaya lebih baik di berbagai segmen bisnis.
Sebagai hasil dari beberapa penyesuaian biaya sesekali, EBITDA yang dilaporkan oleh Siloam terkena dampak sebesar Rp123,3 miliar.
Secara keseluruhan, Lippo Karawaci melaporkan rugi bersih tahun 2019 sebesar Rp1,98 triliun dibandingkan 2018 yang mencatat laba bersih sebesar Rp720 miliar.
Perkuat posisi kas
Lippo Karawaci telah memperkuat posisi kasnya dengan saldo kas dan setara kas sebesar Rp4,69 triliun pada 2019 dibandingkan per akhir 2018 yang sebesar Rp1,82 triliun.
Tahun lalu, perseroan melaporkan total utang sebesar Rp12,25 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp14,87 triliun atau berkurang sebesar Rp2,62 triliun.
Sebagai hasilnya, rasio utang bersih terhadap ekuitas perseroan meningkat secara signifikan menjadi 0,22 kali pada 2019 dibandingkan 2018 yang sebesar 0,53 kali.
Perusahaan berencana untuk memanfaatkan peluang untuk mendiversifikasi utang dari dolar Amerika Serikat (AS) dengan lebih banyak utang dalam mata uang rupiah. Saat ini, utang berdenominasi dolar AS perseroan sebesar 92 persen dari total utang. (S-ID/jr)