Jakarta, 10/6/20 (SOLUSSInews.com) – Di tengah masih tingginya kurva penyebaran virus corona (Covid-19), Pemerintah telah memutuskan untuk memulai kehidupan normal baru (new normal) .
Pro dan kontra pun mengemuka, apakah sebaiknya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilanjutkan atau diakhiri.
“Mayoritas publik menyetujui diberlakukan new normal dalam upaya menangani pandemi Covid-19,” kata Direktur Eksekutif Voxpopuli Research Center, Dika Moehamad dalam keterangan pers di Jakarta, pada Selasa (9/6/20) kemarin.
Survei dilakukan tanggal 26 Mei hingga 1 Juni 2020 melalui telepon kepada 1.200 responden yang diambil secara acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Dia menjelaskan temuan survei menunjukkan sebanyak 78,1 persen responden menginginkan pemberlakuan new normal. Hanya sebagian kecil atau 16,5 persen yang tidak setuju. Sisanya 5,4 persen tidak tahu atau tidak menjawab.
Dikotomi antara persoalan kesehatan atau ekonomi yang diutamakan, menurutnya, harus dipecahkan oleh para pembuat kebijakan. Sesudah hampir tiga bulan terdampak Covid 19, publik menginginkan aktivitas ekonomi segera dibuka kembali.
“Ada 25,3 persen masyarakat memang masih mengkhawatirkan tertular Covid-19. Tetapi lebih banyak yang merasa khawatir tidak dapat bekerja dan menerima penghasilan atau takut kelaparan (67,4 persen). Sisanya tidak tahu atau tidak menjawab (7,3 persen),” jelas Dika.
“Secara mutlak masyarakat bersedia memakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan untuk mencegah penularan Covid 19 (84,3 persen). Hanya sebagian kecil yang tidak bersedia (13,6 persen). Sisanya menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab (2,1 persen),” demikian Dika Moehamad. (S-BS/jr)