Wellington, 10/8/20 (SOLUSSInews.com) – Negara Selandia Baru menandai 100 hari tanpa penularan kasus virus corona (Covid-19) domestik pada Minggu (9/8/20). Meski demikian, warga diperingatkan tidak berpuas karena sejumlah negara seperti Vietnam dan Australia pernah mengendalikan virus, namun saat ini berkutat memerangi kebangkitan infeksi.
Perjuangan sukses Selandia Baru melawan Covid-19 telah menjadikan negara kepulauan Pasifik berpenduduk lima juta itu salah satu tempat teraman di dunia saat ini.
Warga Selandia Baru telah kembali ke kehidupan normal. Namun pihak berwenang khawatir, warganya sekarang menolak tes Covid-19, tidak menggunakan aplikasi pelacakan kontak pemerintah, dan mengabaikan protokol kesehatan lainnya.
“Mencapai 100 hari tanpa penularan komunitas adalah pencapaian signifikan, namun seperti yang kita semua tahu, kita tidak boleh berpuas diri,” kata Direktur Jenderal Kesehatan Selandia Baru, Dr Ashley Bloomfield.
“Kami melihat di luar negeri betapa cepatnya virus muncul kembali dan menyebar di tempat-tempat yang sebelumnya terkendali, dan kami perlu bersiap untuk membasmi setiap kasus di masa depan di Selandia Baru,” katanya.
Selandia Baru memiliki 23 kasus aktif di fasilitas isolasi terkelola, dengan total kasus Covid-19 sebanyak 1.219.
Kasus di Vietnam dan Australia
Vietnam, yang menikmati tiga bulan tanpa penularan Covid-19 domestik, sekarang berupaya mengendalikan wabah di Danang.
Sementara kota tetangga terbesar kedua di Australia, Melbourne, telah dikunci (lockdown) selama enam minggu karena lonjakan kasus. Gelombang kedua kasus di Melbourne sebagian besar disebabkan ketidakpatuhan karantina.
“Untuk negara-negara seperti Australia dan Selandia Baru, sumber wabah tersebut kemungkinan besar dari fasilitas isolasi dan karantina karena banyak orang di sana dan banyak shift staf yang terlibat merawat mereka,” kata Profesor Kesehatan Masyarakat Universitas Otago, Michael Baker.
Selandia Baru minggu lalu meningkatkan pengujian di fasilitas dan klinik karantina, dan mulai mengerjakan teknologi untuk melacak orang menggunakan teknologi Bluetooth.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern memulai kampanye pemilihan ulangnya pada Sabtu dengan menyebutnya sebagai ‘pemilihan Covid’. Tapi kebangkitan kasus bisa memicu reaksi dan memberikan oposisi kesempatan untuk kembali ke kontes pemilihan. Demikian Reuters. (S-Rtr/BS/jr)