Berlin, 20/9/20 (SOLUSSInews.com) – Kini perlombaan untuk vaksin virus corona tidak menunjukkan tanda perlambatan, karena semakin banyak perusahaan yang melakukan uji klinis atas bakal vaksin mereka. Itu artinya, semakin mendekat kepada vaksin yang diperkirakan aman dan efektif.
Salah satunya bakal vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi, Pfizer, yang telah mengumumkan bersama mitranya dari Jerman, BioNTech, Sabtu (12/9/20) pekan lalu, untuk memperluas uji klinis Fase III kepada 44.000 peserta dengan populasi lebih beragam, termasuk peserta termuda berusia 16 tahun.
Angka peserta meningkat dari rencana awal 30.000 orang yang ditargetkan selesai minggu ini. Namun, usulan perluasan uji klinis harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Administrasi Obat dan Makanan AS (FDA).
“Saya pikir kita harus berusaha memiliki populasi yang lebih beragam. Tapi saat ini, kita tidak buruk. Sebenarnya, kita punya populasi yang secara global 60 persen kulit putih (Caucasian) dan 40 persen kira-kira minoritas,” kata CEO Pfizer, Albert Bourla.
Perluasan uji coba vaksin kemungkinan akan mempermudah perusahaan untuk menunjukkan apakah vaksin efektif melawan SARS-CoV-2, yaitu virus penyebab Covid-19. Pfizer juga mengatakan, perluasan itu kini mencakup pemuda berusia 16 tahun, orang dengan HIV stabil, dan mereka dengan hepatitis C atau hepatitis B. Demikian Statsnews.
Aksi Trump
Dari Washington, dilaporkan, Presiden AS Donald Trump mengatakan, pihaknya memiliki vaksin untuk melawan virus corona yang mematikan dalam tiga atau empat pekan lagi. Ia menggarisbawahi prediksi yang dibuat oleh pejabat kesehatan masyarakat AS dan Pfizer Inc awal bulan ini.
Trump, saat berbicara di balai kota yang diselenggarakan oleh ABC News di Philadelphia, membela langkah penanganannya terhadap krisis virus corona. Ia mengatakan, vaksin siap untuk didistribusikan.
“Kami sangat dekat dengan hadirnya vaksin. Jika Anda ingin mengetahui kebenarannya, pemerintah sebelumnya mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan vaksin karena melalui FDA dan semua persetujuan. Dan kami dalam beberapa pekan telah memperolehnya, Anda tahu bisa jadi tiga minggu, atau empat minggu,” tutur Trump pada Selasa (15/9/20) lalu.
Tiongkok inokulasi warganya
Sementara itu, Tiongkok akan menginokulasi puluhan ribu warganya dengan vaksin virus corona eksperimental. Hal itu menarik minat internasional terkait pengembangannya. Meskipun sejumlah ahli tetap mengkhawatirkan keamanan vaksi tersebut yang belum menuntaskan pengujian standar.
Tiongkok meluncurkan program penggunaan darurat vaksin pada Juli. Mereka menawarkan tiga suntikan eksperimental yang dikembangkan oleh satu unit perusahaan farmasi raksasa, China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) dan Sinovac Biotech yang terdaftar di AS.
Vaksin Covid-19 keempat yang sedang dikembangkan oleh CanSino Biologics telah disetujui untuk digunakan oleh militer Tiongkok pada Juni.
Vaksin juga menarik perhatian dalam pergolakan global oleh pemerintah untuk mengamankan pasokan. Itu berpotensi membantu mengubah peran Tiongkok dalam pandemi.
Hingga saat ini, Beijing belum merilis data resmi tentang serapan pengguna vaksi di kelompok sasaran domestik yang meliputi pekerja medis, pekerja transportasi, dan pedagang di pasar makanan.
Namun, China National Biotec Group (CNBG), unit Sinopharm yang mengembangkan dua vaksin untuk penggunaan darurat, serta Sinovac telah mengkonfirmasi, setidaknya puluhan ribu orang telah diinokulasi.
Selain itu, CNBG menyatakan telah memberikan ratusan ribu dosis, salah satu vaksinnya mengharuskan seseorang menerima dua atau tiga suntikan untuk diinokulasi. Demikian CNA.
Jepang gelontorkan dana
Selanjutnya dari Tokyo ada informasi, Pemerintah Jepang pada Selasa (15/9/20) lalu menyatakan komitmennya untuk mengucurkan dana sebesar 17,2 miliar Yen atau sekitar US$165 juta (Rp2,45 triliun) demi berpartisipasi pada program vaksin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Program yang dikenal sebagai COVAX ini bertujuan membantu pembelian dan distribusi suntikan vaksinasi secara adil terhadap virus corona baru di seluruh dunia.
Namun, sejumlah negara yang telah mengamankan pasokan mereka sendiri melalui kesepakatan bilateral, termasuk Amerika Serikat, enggan untuk bergabung.
Dana yang disiapkan Jepang itu merupakan bagian dari cadangan sebesar 1,64 triliun yen yang dicadangkan untuk kesiapan pemerintah menghadapi pandemi, hal itu terungkap dari sebuah dokumen pemerintah Jepang.
Jepang juga tengah berupaya menjalin kesepakatan dengan perusahaan farmasi global untuk mengamankan vaksin guna memenuhi janji pemerintah untuk memiliki pasokan yang cukup bagi seluruh populasi pada paruh pertama 2021.
Program COVAX telah menetapkan tenggat waktu 18 September bagi negara-negara yang ingin ikut berkontribusi.
Rusia mulai edarkan
Sebelumnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin pada minggu kedua Agustus lalu mengumumkan mulai mengedarkan vaksin corona kepada warganya, meski uji klinis fase tiga belum selesai dilakukan.
Namun info terkini menyebutkan, para ilmuwan telah melaporkan, vaksin Sputnik V telah menunjukkan tanda-tanda respons kekebalan pada tes awal.
Melansir BBC, Minggu (6/9/20) lalu, laporan tersebut telah diterbitkan di jurnal The Lancet yang mengungkapkan, setiap peserta yang telah disuntik vaksin ini telah mengembangkan antibodi untuk melawan virus corona penyebab Covid-19.
Seperti diketahui, Rusia telah melisensikan vaksin corona mereka untuk penggunaan lokal pada Agustus lalu, dan menjadi negara pertama yang melakukannya, sebelum data dipublikasikan.
Kendati demikian, ada ilmuwan negara lain menilai, uji coba tersebut masih terlalu kecil untuk membuktikan keefektifan dan keamanan dari vaksin Sputnik V.
Vaksin Rusia menggunakan jenis adenovirus yang telah disesuaikan untuk memicu respons kekebalan tubuh. Adenovirus merupakan virus yang biasanya menyebabkan flu biasa. (S-BS/KC/jr)