Washington, 9/11/20 (SOLUSSInews.com) – Seperti dilansir dari berbagai media, kandidat Presiden AS dari Partai Republikan Donald Trump menolak mengaku kalah, walaupun secara teknis, pesaingnya dari Partai Demokrat, Joe Biden, telah memenangkan Pemilu Amerika 2020. Trump berteriak curang, sementara orang-orang dari partainya sendiri tidak yakin atas klaim itu.
Mantan Presiden AS George W Bush, presiden terakhir dari Republikan sebelum Trump, mengatakan, Biden menang secara sah dalam Pemilu AS yang dilakukan secara bebas dan adil.
“Walaupun kami memiliki perbedaan politik, saya mengenal Joe Biden sebagai orang yang baik, yang berhasil meraih kesempatan untuk memimpin dan menyatukan negara kita. Warga AS yakinlah bahwa pemilu ini adil secara fundamental, dan integritasnya akan dijunjung, dan hasilnya jelas,” kata Bush.
BACA JUGA
Biden akhirnya terpilih sebagai Presiden ke-46 Amerika Serikat setelah menang di negara bagian Pennsylvania, sehingga secara total dia telah mendapatkan lebih dari 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk menjadi pemenang Pemilu.
Sejumlah rencana kerja Biden antara lain membentuk Satgas Covid-19, mencabut larangan masuk AS untuk negara-negara Muslim, bergabung kembali dengan kesepakatan perubahan iklim dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Melalui akun Twitternya, Trump menuding ada kecurangan dalam Pemilu, tetapi tidak memberikan bukti apapun soal klaimnya. Dia menuduh media arus utamalah yang menyatakan Biden sebagai pemenang, sambil mengutip media sayap kanan dan konservatif Breitbart terkait dugaan kecurangan dalam penghitungan suara di Fulton County, Georgia, yang dimenangkan Biden.
Francis Rooney, anggota Kongres Republikan dari Florida, mengakui kemenangan Biden melalui akun Twitternya. Dia meminta seluruh warga AS mendukung Presiden terpilih Biden. “Negara kita akan sukses jika pemimpinnya sukses”.
Chris Christie, politisi Republikan dan mantan Gubernur New Jersey, mengatakan, Trump harus menyediakan bukti kuat jika memang terjadi kecurangan.
“Kalau Anda tidak menerima kekalahan karena ada kecurangan, tunjukkan pada kami. Kami tidak bisa mendukung Anda dengan buta tanpa bukti,” kata Christie, yang juga dekat dengan Trump. Demikian Reuters.
Mustahil gagalkan Biden
Pada Senin (9/11/20) waktu setempat, seperti janji Presiden Amerika Serikat Donald Trump, berbagai gugatan akan dilancarkan untuk membeberkan tuduhan kecurangan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres), yang menurut proyeksi media berdasarkan hasil penghitungan suara di berbagai negara bagian telah memberikan kemenangan untuk Joe Biden.
Trump mengatakan, “pemilihan masih jauh dari selesai” dan dia benar ketika menegaskan, hasil yang muncul sekarang baru didasarkan pada proyeksi media, serta lembaga pemilihan belum membuat keputusan.
Namun, harus diketahui, proyeksi media itu didasarkan pada analisis ilmiah tentang jumlah suara masuk, margin perolehan suara, dan jumlah suara tersisa per negara bagian. Pada titik tertentu, keunggulan satu kandidat tidak akan bisa dikejar lagi dan saat itulah hasilnya disimpulkan. Sesudah itum diakumulasi seluruh negara bagian dan jika ada kandidat yang memperoleh minimal 270 suara elektoral akan disimpulkan dan diberitakan sebagai pemenang Pilpres.
Jika margin keunggulan sangat jauh, tetapi jumlah suara yang sudah dihitung baru 60 persen, terlalu dini untuk disimpulkan atau too early to call. Sebaliknya, meskipun 99 persen suara sudah dihitung, tetapi margin keunggulan di bawah satu persen, terlalu ketat untuk disimpulkan atau too close to call. Praktik ini sudah berlangsung selama puluhan tahun dalam sejarah modern politik Amerika dan tidak pernah keliru.
BACA JUGA
Kandidat dan seluruh rakyat Amerika selalu menunggu kesimpulan dari media, karena tidak ada lembaga pemilihan nasional yang bertugas mengumumkan dan menyimpulkan hasil pemilihan. Selain itu, setiap negara bagian sibuk dengan pemilihan di tempat mereka sendiri dan tidak ada yang melakukan akumulasi hasil dari tiap negara bagian, kecuali media dan lembaga riset.
Tidak mungkin keliru
Bagaimana kalau hasilnya salah? Itu hampir tidak mungkin, karena setiap penghitungan suara dicantumkan terbuka di situs resmi negara bagian yang bisa diakses semua orang, sehingga pengawasan dan koreksi mudah dilakukan.
Jika menunggu hasil resmi, artinya baru muncul pada pekan pertama Januari tahun depan. Para elector di setiap negara bagian baru akan berkumpul pekan kedua Desember untuk memutuskan hasilnya, lalu mengirimnya ke Senat.
Pada awal Januari, Senat akan bersidang mengumpulkan suara elektoral dari seluruh seluruh negara bagian dan mengumumkan pemenangnya. Tidak ada yang bersedia menunggu selama itu, kecuali Trump pada 2020.
Namun pada 2016, Trump langsung merayakan kemenangan setelah pengumuman media tanpa menunggu hasil resmi.
Trump mungkin kandidat pertama di pihak kalah yang menolak memberi selamat setelah pengumuman media.
Hillary Clinton menelepon dia untuk memberi selamat pada malam seusai pemilihan 2016, setelah hasilnya dirilis media. Bahkan Al Gore–yang menggugat perolehan suara George W Bush pada 2000–juga sempat memberi selamat kepada lawannya sebelum kemudian menyadari hasil di Florida sangat ketat dan bisa membalikkan hasil nasional kalau dia menang gugatan.
Hitung ulang
Tim kampanye Trump membidik negara bagian tertentu di mana hasilnya sangat ketat, seperti Wisconsin, Pennsylvania, Georgia, Michigan, Nevada, dan Arizona. Paket gugatan itu salah satunya berisi tuntutan penghitungan suara ulang.
Trump beruntung di Georgia, karena tanpa diminta pun pemerintah negara bagian memutuskan melakukan hitung ulang. Alasannya, hasil yang terlalu ketat, bukan karena dugaan kecurangan seperti klaim Trump.
Trump juga menuntut hitung ulang di Wisconsin. Di sini, dia tertinggal sekitar 20.000 suara dari kandidat Partai Demokrat tersebut. Hukum di Wisconsin membolehkan kandidat mengajukan permohonan hitung ulang jika selisih suara dalam rentang satu persen. Biden sudah dinyatakan menang di Wisconsin dengan margin 0,6 persen.
Tuntutan hitung ulang Michigan mungkin sulit terwujud, karena Biden unggul sekitar 150.000 suara. Syarat hitung ulang di sana ialah jika selisih maksimal 2.000 suara. Namun, seorang kandidat boleh mengajukan permintaan hitung ulang jika punya bukti kecurangan atau kesalahan sistem.
Para pengacara Trump pasti menyadari hasilnya tidak akan berdampak, tetapi mereka harus bekerja agar dibayar.
BACA JUGA
Berdasarkan sejarah, selama 50 tahun terakhir jarang ada hitung ulang yang mengubah perolehan suara kubu pemenang. Pada 2016, Wisconsin melakukan hitung ulang setelah Trump mengalahkan Hillary Clinton dengan lebih dari 20.000 suara. Hasil hitung ulang cuma beda 131 suara saja.
Dalam sejarah hitung ulang di Pennsylvania, Georgia, Michigan, North Carolina, Nevada, dan Arizona selama 20 tahun terakhir, tidak ada yang akhirnya mengubah pemenangnya.
Pada pilpres 2000, Bush menang atas Al Gore di Florida dengan selisih kurang dari 2.000 suara. Mahkamah Agung akhirnya tetap memutuskan Bush sebagai pemenang di Florida dengan selisih 537 suara dan memastikan tambahan 29 suara elektoral dari sana sekaligus kursi presiden.
Tanpa dasar
Hanya tim hukum Trump yang tahu perincian isi gugatan, tetapi Trump di akun Twitter mengungkap banyak tuduhan dari pihaknya. Misalnya, dia mengatakan ada puluhan ribu suara tidak sah karena baru diterima setelah pukul 20.00 waktu setempat pada 3 November atau hari pemungutan suara di sejumlah negara bagian yang menjadi penentu, termasuk Pennsylvania. Jangankan pengadilan, bahkan Twitter langsung menandainya sebagai cuitan dengan kategori berpotensi menyesatkan.
Di Amerika, kertas suara yang dikirim via pos tetap dianggap sah walaupun masuk setelah hari pemilihan, asalkan cap pos yang tertera menunjukkan tanggal paling lambat 3 November. Memang tenggat waktu bisa berbeda di tiap negara bagian, misalnya di Pennsylvania harus masuk paling lambat 6 November, di Nevada 10 November. Namun intinya, di 22 negara bagian memang dibenarkan surat suara masuk antara 3 November sampai tenggat waktu yang ditetapkan masing-masing.
Kubu Partai Republik meminta putusan Mahkamah Agung agar surat suara masuk setelah pukul 20.00 waktu setempat pada Selasa (3/11/20) sampai pukul 17.00 waktu setempat pada Jumat (6/11/20) tidak dimasukkan dalam perolehan suara di Pennsylvania yang menjadi penentu akhir kemenangan Biden.
Membuat rumit sistem demokrasi
Sekretaris negara bagian Pennsylvania, Kathy Boockvar, mengatakan kepada CNN, hanya sejumlah kecil surat suara yang datang pada periode itu, terlalu kecil untuk bisa membalikkan hasil di sana.
Bahkan jika undang-undang dikesampingkan dan tuntutan kubu Trump ini dipenuhi, hasil akhir di Pennsylvania juga tidak berubah. Sebelumnya Trump menuntut dihentikannya penghitungan suara, yang bahkan para pendukungnya sendiri menilai terlalu berlebihan untuk negara sedemokratis Amerika.
Trump, seperti digambarkan Wali Kota Philadelphia, Jim Kenney, membuat rumit sistem demokrasi yang menjadi fondasi Amerika sejak didirikan. Philadelphia merupakan kota terbesar di Pennsylvania yang terus menjadi sasaran tembak oleh Trump.
“Ketika sebagian orang termasuk presiden terus menyemburkan tuduhan tak berdasar tentang terjadinya kecurangan, apa yang kami lihat di sini di Philadelphia semata hanyalah demokrasi yang berjalan apa adanya dan simpel saja. Menurut saya, yang perlu dilakukan presiden sekarang adalah bersikap dewasa. Dia harusnya mengakui telah kalah dan mengucapkan selamat kepada pemenang,” tambah Jim Kenney. Demikian CNN, NBC, BBC, seperti dilansir BeritaSatu.com. (S-RTR/CNN/NBC/BBC/BS/jr)