Jakarta, 17/11/20 (SOLUSSInews.com) – Lebih dari 60 persen industri manufaktur nasional tersebar di kawasan Koridor Timur Jakarta, mulai dari Bekasi, Cikarang hingga Karawang, Purwakarta bahkan Subang. Pesatnya perkembangan berbagai industri di sana, mendapat dukungan luas pemerintah lewat pengembangan beragam infrastruktur kaliber internasional, seperti Bandara Internasional Kertahati, Kereta Api Cepat, LRT dan Monorail, Tol Layang, kereta api listrik dan lain-lain, terkini Pelabuhan Internasional Patimban Deep Sea Port.
Apalagi, terkini Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi menyatakan, Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat siap melayani kegiatan ekspor impor kendaraan perdananya pada Desember 2020.
“Kami tetap berkomitmen menyelesaikan berbagai pembangunan infrastruktur transportasi salah satunya Pelabuhan Patimban sehingga ini dapat segera dimanfaatkan dan diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi Nasional. Harapannya Desember nanti kita akan gunakan pertama kali sebagai car terminal yang digunakan untuk ekspor dan impor mobil. Sambil kami juga terus melanjutkan pembangunan tahap berikutnya,” jelas Menhub dalam keterangan resmi, Senin (16/11/20).
Menhub mengatakan, saat ini tim pelaksana pekerjaan masih terus melakukan penyelesaian pekerjaan-pekerjaan agar bisa dioperasikan secara terbatas di bulan Desember 2020.
Disebutnya, Pelabuhan Patimban tengah dalam proses penyelesaian tahap 1, yaitu penyelesaian terminal peti kemas seluas 35 hektare dengan kapasitas 250.000 TEUs dan terminal kendaraan seluas 25 hektare dengan kapasitas 218.000 CBU. Sementara, yang sudah siap dimanfaatkan ialah dermaga kendaraan seluas 350 m x 33 m dengan kapasitas 218.000 CBU.
“Dari sisi akses jalan, sudah siap dioperasikan juga jalan akses sepanjang 8,2 kilometer dari jalan raya Pantura yang telah diselesaikan pembangunannya oleh Kempupera,” tambah Budi.
Menhub mengungkapkan, mulai 2021 segera dimulai pembangunan selanjutnya, yaitu pengerjaan terminal peti kemas seluas 66 hektare dengan kapasitas kumulatif 3,75 juta TEUs dan terminal kendaraan dengan kapasitas kumulatif 600.000 CBU serta terminal kapal roro seluas 200 meter.
“Secara jangka panjang, tahun 2027 diharapkan Patimban akan menjadi pelabuhan besar yang difungsikan untuk kegiatan ekspor industri otomotif dan logistik dari Indonesia ke luar negeri yang tentunya tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat, namun juga secara nasional dan meningkatkan data saing Indonesia dalam perekonomian global,” ungkap Menhub.
Menhub mengapresiasi dukungan dari berbagai pihak, seperti pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat terhadap dukungan yang sangat besar dalam pembangunan Pelabuhan Patimban.
“Dukungan dari berbagi pihak sangat penting bagi kami untuk membantu mengawal dan menjadi kontrol sosial dan memberikan kajian dan masukan sehingga infrastruktur yang dibangun dapat digunakan secara optimal,” papar Menhub.
Selain pembangunan fisik pelabuhan, lanjut Budi, Kemhub juga melakukan beberapa program pendukung keselamatan dan kelancaran, baik di sisi laut maupun darat, di antaranya, yaitu pemasangan sarana alat bantu navigasi pelayaran; pengkajian dan pengesahan ISPS (International Ship and Port Facility Security); penyediaan CIQP (Customs Immigration Quarantine Procedure).
Kemudian, optimalisasi penerapan manajemen dan rekayasa lalu lintas; pengaturan ulang fase Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL); pembangunan dan pemasangan serta pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan sepanjang jalan nasional menuju akses Pelabuhan Patimban; re-routing jaringan trayek angkutan umum khususnya angkutan perkotaan/perdesaan dengan memasukan Pelabuhan Patimban sebagai salah satu asal/tujuan angkutan umum; dan pembangunan fasilitas pendukung angkutan umum seperti halte untuk mengurangi kemacetan akibat angkutan umum yang berhenti di sembarang tempat.
Kemhub, kata Budi, berfokus pada aspek sosial, yaitu dampak dari pembangunan pelabuhan ini terhadap mata pencaharian masyarakat dan nelayan di sekitar Patimban.
“Beberapa program yang telah dilakukan berupa pmberian bantuan kapal yang muatannya lebih dari 15 GT agar bisa untuk melaut dengan kapasitas besar dan jarak yang lebih jauh dan pembentukan koperasi usaha bersama untuk nelayan agar dapat memperluas kerja sama dan usaha,” demikian Menhub.
Produksi mobil listrik di Cikarang
Sementara itu di Bandung, Vice President sekaligus Chief Operation Officer Hyundai Motor Asia Pasicif Head Quarter, Lee Kang Hyun menyatakan, pembangunan pusat manufaktur pertama Hyundai yang berbasis di kawasan ASEAN sudah mencapai 65 persen.
“Hyundai sudah mulai bagun pabrik di Delta Mas, Kawasan Industri Cikarang walau dalam pandemi Covid-19, dengan dukungan penuh gubernur dan menteri-menteri bersangkutan, 65 persen sudah selesai,” kata Kang Hyun dalam konferensi pers West Java Investment Summit 2020 di Savoy Homann, Bandung, Senin (16/11/20).
Kang Hyun menargetkan, pabrik itu sudah mulai memproduksi mobil Hyundai pada akhir 2021. Realisasi pembangunan pabrik di atas lahan seluas 77,6 hektare itu menelan investasi US$1,55 miliar, termasuk biaya operasional dan pengembangan produk.
Pabrik yang sama, ungkap Kang Hyun, bakal memproduksi mobil listrik pada tahun 2022 mendatang. Kapasitas produksi komersial pabrik itu diproyeksikan pada paruh kedua 2021 mencapai 150 ribu unit dari kapasitas penuh 250 ribu unit per tahun.
Menyoal produksi mobil listrik, Kang Hyun mengapresiasi dukungan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang sudah memesannya untuk keperluan mobill dinas. Dia juga menjelaskan, pengembangan produksi mobil listrik itu juga mendapat dukungan dari pemerintah Indonesia.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir dalam keterangan resminya pada Rabu, 14 Oktober 2020 menyatakan, Indonesia memiliki tambang berlimpah untuk dihilirisasi industri mineral dan batu bara langsung mendapat respon bagus investor asing. Cadangan nikel, bahan utama pembuatan baterai kendaraan listrik, melimpah di Indonesia.
“Pemerintah (Indonesia) mengundang CATL, LG Chemical biar cepat membangun pabrik baterai dan baterai cell. Itu sesuai kebijakan pemerintah (agar) secepatnya di Indonesia ada industri utuhnya (untuk mobil listrik). Sebelumnya mau tidak mau harus import baterai, tapi dalam waktu dekat ada investasi dan bisa pakai lokal baterai,” kata Kang Hyun menjawab pertanyaan wartawan terkait penggunaan komponen lokal dalam produksi mobil listrik Hyundai.
CATL atau Contemporary Amperex Technology Co. Ltd merupakan pabrikan pembuat baterai kendaraan listrik terbesar dari Tiongkok. Sementara LG Chemical berasal dari Korea Selatan.
Kang Hyun menjelaskan kandungan lokal untuk produksi mobil Hyundai di pabrik tersebut sudah melebihi 40 persen sehingga produknya bisa diekspor ke luar negeri seperti Thailand.
Pada kesempatan itu, Ridwan Kamil juga meluncurkan proyek pembangunan kawasan ekonomi khusus Rebana Metropolitan, sebagai metropolitan ketiga di Jawa Barat setelah Metropolitan Bogor-Depok-Bekasi dan Metropolitan Bandung Raya. “Metropolitan Rebana ini didesain sangat futuristic, tertata baik sebagai kawasan metropolitan berkelanjutan di Indonesia,” ungkap Ridwan.
Kawasan yang membentang hingga 43.913 hektare itu meliputi tujuh kawasan mulai dari Kabupaten Cirebon, Majalengka, Indramayu, Kuningan, Sumedang, dan Kota Cirebon. Termasuk di dalamnya Bandara Internasional Jawa Barat di Majalengka, serta Pelabuhan Patimban di Subang, yang dijadwalkan diresmikan Presiden Joko Widodo bulan Desember 2020 mendatang.
Pembangunan Rebana Metropolitan, kata Ridwan, bisa menyerap lima juta tenaga kerja hingga akhir 2030 mendatang. Pengembangan kawasan ini juga jadi andalan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi sebesar empat persen. “Kalau itu terjadi, kita bakal kontribusi ke pertumbuhan nasional dalam 10 tahun maka Rebana harus sukses, tanpa itu Jawa Barat akan berkembang sangat pelan,” tutur Ridwan.
Badan Pusat Statistik melansir provinsi yang dihuni setidaknya 49,3 juta jiwa ini memiliki 38,9 jiwa angkatan kerja pada 2019 lalu.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Barat, Noneng Komara menawarkan investasi senilai Rp 32,1 triliun dalam West Java Investment Summit 2020 yang berlangsung pada 16-19 November 2020 mendatang.
Mayoritas dari total investasi itu berada di kawasan Segitiga Rebana yang melingkupi daerah Subang, Majalengka, Cirebon, Indramayu, dan Kuningan. Noneng memaparkan, total investasi di Segitiga Rebana mencapai Rp 28,5 triliun. “WJIS jadi ajang tahunan kami dalam mempromosikan investasi di Jabar,” ujar Noneng.
Dia juga sudah menyiapkan 27 proyek untuk market sounding dalam WJIS 2020 ini. Proyek-proyek itu, antara lain, cargo village, integrated building, dan theme park di aerocity yang merupakan satu hamparan bersama Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati, Majalengka, proyek Subang Smartpolitan dengan nilai investasi Rp9 triliun, Kertajati Industrial Estate Majalengka senilai Rp 1,25 triliun, serta Kawasan Terpadu Industri Subang senilai Rp 10 triliun. (S-BS/jr)