Washington, 25/11/20 (SOLUSSInews.com) – Ada khabar baik buat para pasien Covid-19, terkait masa karantina yang bisa kurang dari 14 hari.
Dilaporkan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) kemungkinan akan mempersingkat masa karantina mandiri setelah berpotensi terpapar virus corona. Demikian dikatakan seorang pejabat tinggi pada Selasa (24/11/20).
Otoritas Kesehatan saat ini merekomendasikan karantina 14 hari untuk mencegah penularan virus. Namun seorang pejabat mengatakan, bukti menyebutkan periode tersebut dapat dipersingkat jika pasien dites virus selama karantina.
“Izinkan saya mengonfirmasi bahwa kami terus meninjau bukti dan kami mulai memiliki bukti bahwa masa karantina yang dilengkapi tes mungkin dapat mempersingkat periode dari 14 hari menjadi lebih pendek,” kata seorang pejabat tinggi kesehatan AS pada Selasa.
Namun dia menambahkan, keputusan mengubah pedoman tersebut belum final. Para ahli masih meninjau data untuk memastikan perubahan itu tidak membahayakan orang.
Para ahli dan pejabat kesehatan masyarakat mengkritik Pemerintah AS karena lamban meningkatkan pengujian Covid-19. Pemerintah mendistribusikan hampir 40 juta dari 150 juta tes cepat yang disepakati dari Abbott Laboratories pada awal tahun ini, kata para pejabat.
Kasus Covid-19 di Amerika Serikat rata-rata 172.000 sehari dan melebihi 100.000 sejak awal November, menurut penghitungan Reuters. Total kematian AS akibat virus mencapai hampir 259.000 pada Selasa dari total 12,5 juta kasus. Demikian CNBC.
Siap divaksin Covid-19
Sementara itu dari Jakarta, terungkap, asil survei penerimaan vaksin Covid-19 yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan (Kemkes) bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) yang didukung UNICEF dan WHO menunjukan, mayoritas masyarakat siap divaksin.
“Survei menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia telah mendengar tentang vaksin Covid-19 dan bersedia menerimanya,” demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Oscar Primadi.
Survei berlangsung pada 19-30 September 2020 dengan tujuan untuk memahami pandangan, persepsi, serta perhatian masyarakat tentang vaksinasi Covid-19. Pada pelaksanaannya, survei tersebut mengumpulkan tanggapan lebih dari 115.921 responden, dari 34 provinsi yang mencakup 508 kabupaten/kota atau 99 persen dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Hasil survei menunjukan tiga perempat responden menyatakan telah mendengar tentang vaksin Covid-19 dan dua pertiga responden menyatakan bersedia menerima vaksin.
Pada kelompok masyarakat dengan informasi yang lebih banyak seputar vaksin misalnya, mereka cenderung akan menerima pemberian vaksin Covid-19. Hal yang sama juga terjadi pada responden dengan kepemilikan asuransi kesehatan, sebagian besar dari mereka lebih mungkin menerima vaksin Covid-19. Ini menegaskan bahwa saat ini masih dibutuhkan informasi yang akurat tentang vaksin Covid-19.
Sementara itu, hasil survei juga menunjukkan adanya kelompok yang ragu dan sebagian kecil yang menolak. Tujuh persen responden yang menolak vaksin menyebutkan, faktor keamanan, efektivitas, serta kehalalan vaksin sebagai faktor pertimbangan mereka.
Oscar menyebutkan bahwa saat ini pemerintah tengah memastikan aspek keamanan dan kehalalan vaksin dari para produsen vaksin Covid-19. Tim Gabungan yang terdiri dari berbagai kementerian dan lembaga telah dikirim ke negara produsen untuk memastikan aspek tersebut. Sembari menunggu ketersediaan vaksin di tanah air, Oscar menyebutkan bahwa kegiatan sosialisasi dan edukasi seputar vaksin Covud-19 akan terus dilakukan kepada masyarakat.
“Sangat penting bagi kami untuk terus memastikan bahwa vaksin tersebut aman. Kami juga melibatkan petugas kesehatan dan membangun kapasitas mereka, karena petugas kesehatan adalah sumber informasi paling terpercaya di masyarakat,” demikian Oscar Primadi, seperti dirilis KPCPEN/Kominfo. (S-r/BS/jr)