Jakarta, 9/4/21 (SOLUSSInews.com) – Akibat peristiwa bencana banjir dan longsor di Nusa Tenggara Timur yang terjadi pada Minggu (4/4/21) dini karena badai Siklon Tropis Seroja, menyebabkan kerugian material dan nonmateril bagi masyarakat setempat. Berfasarkan data BNPB per Kamis (8/4/21), sebanyak 163 orang meninggal, 45 orang hilang, dan ribuan orang terdampak bencana ini.
Diperlukan strategi pemulihan kehidupan masyarakat yang terdampak bencana hidrometeorologi akibat perubahan iklim yang telah nyata mengancam seluruh aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
“Siklon tropis Seroja di NTT adalah bukti dampak perubahan iklim karena terjadi di area yang tidak semestinya. Siklon tropis seharusnya terjadi di daerah di atas 10 derajat lintang utara dan 10 derajat lintang selatan. Sementara, NTT terletak di garis 8 derajat lintang selatan,” jelas Peneliti Meteorologi dan Klimatologi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Prof Edvin Aldrian, dalam keterangan yang diterima BeritaSatu.com, Jumat (9/4/21).
Edvin juga menjelaskan, sebagai negara yang terletak di khatulistiwa, Indonesia cenderung tidak dilintasi oleh siklon. Seperti halnya anomali siklon tropis Varney yang terjadi di Batam pada 2001 lalu, kejadian ini nyatanya tidak diikuti oleh bencana lanjutan. Ini karena sifat siklon yang akan menjauh dari daerah tropis.
Namun, ia melanjutkan, tetap saja kita harus menyiapkan kesiapsiagaan khusus terhadap fenomena anomali siklon tropis lainnya, mengingat Indonesia bukan termasuk jalur siklon.
Edvin menambahkan, kemunculan siklon tropis Seroja juga tidak terlepas dari meningkatnya suhu di permukaan laut yang lebih hangat sebagai akibat dari pemanasan global.
“Heat capacity yaitu kemampuan laut menyerap panas berkurang, sehingga tidak mampu meredam siklon yang sudah di atas ambang batas kapasitas. Di daerah tropis, heat capacity ada di batas 300 celcius,” jelas Edvin.
Untuk mengurangi dampak perubahan iklim, manusia bisa mengurangi pemanasan bumi dari hal-hal yang bersumber dari diri mereka sendiri. Misalnya berhemat energi, mulai dari pemakaian transportasi, listrik dan energi lainnya.
“Energi hanya bisa berubah bentuk dan berpindah tempat saja. Maka manusia sebaiknya memakai energi sesuai kebutuhan, bukan berdasarkan keinginan,” ujarnya lagi.
Presiden kunjungi NTT
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertolak ke Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk melakukan kunjungan kerja sekaligus memastikan penanganan dampak bencana berjalan dengan baik.
Dengan menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1, Presiden dan rombongan lepas landas dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (9/4/21), sekitar pukul 06.00 WIB dan dijadwalkan mendarat di Bandara Frans Seda, Kabupaten Sikka, NTT.
Rencananya Presiden akan meninjau langsung sejumlah lokasi bencana di provinsi tersebut.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo telah memerintahkan jajarannya untuk mengirimkan bantuan Sembako ke daerah terdampak bencana di NTT sejak Senin (5/4/21).
Pasukan TNI diterjunkan untuk mengangkut dan mendistribusikan bantuan Presiden, di mana pada Selasa (6/4/21) Bantuan Presiden tahap pertama sejumlah 5.000 paket Sembako berhasil diberangkatkan, sebagian diangkut menggunakan Hercules TNI AU dan sisanya dengan Kapal Perang TNI AL menuju daerah bencana.
Tercatat sebanyak 3.500 paket sembako tersebut pun telah tiba di Adonara dan Lembata. Bantuan langsung dibagikan ke warga terdampak bencana.
Sejumlah 10.000 Sembako bantuan Presiden berikutnya segera disusulkan menunggu kesiapan alat transportasinya.
Selain NTT, Presiden juga mengirimkan bantuan 13.000 paket sembako ke daerah terdampak bencana di Kabupaten Bima Provinsi NTB.
Kota Kupang dan 21 kabupaten di Provinsi NTT dilanda sejumlah bencana akibat dari siklon tropis Seroja sejak 2 April sampai dengan 5 April 2021.
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat telah menetapkan status tanggap darurat terhitung mulai 6 April sampai 5 Mei 2021. (S-BS/jr)
Turut mendampingi Presiden dalam penerbangan menuju Provinsi NTT antara lain Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, Sekretaris Militer Presiden Marsda TNI M. Tonny Harjono, Komandan Paspampres Mayjen TNI Agus Subiyanto, dan Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin.