San Marino, 12/7/21 (SOLUSSInews.com) – Studi terkini menyimpulkan, vaksin Covid-19 Sputnik V memiliki tingkat efek samping parah yang sangat rendah pada orang berusia di atas 60 tahun. Seperti dilaporkan RT, Minggu (11/7/21), hal itu terungkap dari hasil penelitian di San Marino.
Sebagai negara kantong kecil independen berpenduduk sekitar 34.000, dikelilingi oleh wilayah Italia, San Marino mulai menggunakan vaksin buatan Rusia pada bulan Februari.
Satu studi yang meneliti efek samping setelah imunisasi (KIPI) telah muncul di publikasi daring EClinicalMedicine, sebagaimana dijalankan oleh jurnal medis peer-review Lancet.
Tingkat kemanjuran 100 persen
Satu tim peneliti mensurvei 2.558 orang berusia 18 hingga 89 tahun yang telah menerima setidaknya satu dosis Sputnik V, dengan usia rata-rata penerima pada 66 tahun.
Survei dilakukan antara 4 Maret dan 8 April. Lebih dari 75 persen peserta memiliki setidaknya satu kondisi medis yang mendasarinya, seperti hipertensi, masalah jantung, atau obesitas.
Dari 1.288 orang yang menerima dosis kedua, 66,8 persen responden melaporkan efek samping serupa sebagaimana muncul setelah dosis pertama.
Para peneliti mengatakan, hasil studi San Marino mengonfirmasi temuan uji klinis fase III Sputnik V, yang diterbitkan di Lancet pada bulan Februari. Selama uji coba, vaksin menunjukkan kemanjuran keseluruhan 91,6 persen di berbagai kelompok usia, dan kemanjuran 100 persen terhadap kasus Covid-19 sedang serta berat.
San Marino mencapai tujuannya untuk imunisasi lengkap di lebih dari 70% populasi yang divaksinasi pada bulan Mei. Karena negara tersebut bukan anggota UE, maka tidak harus mengikuti European Medicines Agency, yang belum menyetujui penggunaan Sputnik V di Eropa. Namun negara ini juga menggunakan vaksin Pfizer dalam kampanyenya.
“Negara itu adalah negara pertama di Eropa yang mengalahkan Covid dan mencabut pembatasan berkat dimasukkannya vaksin Sputnik V dalam portofolio nasional,” puji Kirill Dmitriev, CEO Dana Investasi Langsung Rusia yang dikelola negara, yang mendanai pengembangan Sputnik V.
“Kurangnya bias politik dalam pengambilan keputusan membantu San Marino memilih vaksin Rusia, yang telah membuktikan dirinya sebagai salah satu yang terbaik di dunia dalam hal keamanan dan kemanjuran,” tambah Dmitriev.
Efektif tangkal varian Delta
Selanjutnya, vaksin Sputnik V Rusia diklaim dapat melawan Covid-19. Dan sekitar 90 persen efektif melawan virus corona varian Delta yang sangat menular. Seperti dilaporkan Reuters, klaim itu dilontarkan pengembangnya, Institut Gamaleya Moskow, pada Selasa (29/6/21).
Vaksin sebelumnya ditemukan oleh para peneliti hampir 92 persen efektif terhadap jenis virus corona asli. Secara aktif, Sputnik V juga dipasarkan Rusia di luar negeri.
Kantor berita RIA melaporkan, Denis Logunov, Wakil direktur Institut Gamaleya Moskow yang mengembangkan Sputnik V, mengatakan, angka kemanjuran varian Delta dihitung berdasarkan catatan medis dan vaksin digital.
Pihak berwenang Rusia menyalahkan lonjakan kasus Covid-19 baru-baru ini pada varian Delta yang menular, dimana mereka katakan menyumbang sekitar 90 persen dari semua kasus baru, dan keengganan banyak orang Rusia untuk divaksinasi.
Disebut Alexander Gintsburg, Direktur Institut Gamaleya, negara-negara di seluruh dunia telah membunyikan alarm atas varian Delta.
“Dalam satu kasus, pangsa kasus Covid-19 yang disebabkan oleh varian Delta meningkat lebih dari dua kali lipat di Jerman dalam waktu seminggu dan kemungkinan akan mendapatkan lebih banyak daya tarik dibandingkan varian lainnya,” kata seorang pejabat kesehatan senior, Senin.
Rusia, yang memiliki populasi sekitar 144 juta, telah menyetujui empat vaksin buatan dalam negeri dan mencatat sekitar 5,5 juta kasus infeksi sejak awal pandemi. (S-RT/RIA/BS/jr)