Jakarta, 21/12/22 (SOLUSSInews.com) – Di sepanjang tahun ini ada sejumlah negara berada di tepi jurang kebangkrutan. Bahkan, ada yang sudah dinyatakan bangkrut.
Krisis ekonomi berkepanjangan ditambah ampak dari perang yang melambungkan harga komoditas global turut menjadi biang kerok utama sulitnya negara-negara tersebut untuk bangkit.
Berikut negara-negara yang sudah dan nyaris bangkrut sepanjang tahun ini, dirangkum CNBC Indonesia:
Ghana
Ghana menjadi negara terbaru yang bangkrut karena tidak dapat membayar utangnya yang sebagaian besar merupakan utang luar negeri.
Kementerian Keuangan Ghana mengatakan tidak akan melunasi utang termasuk Eurobonds, pinjaman komersial dan sebagian besar pinjaman bilateral. Accra menyebut keputusan itu sebagai langkah darurat sementara.
Penangguhan pembayaran utang mencerminkan keadaan ekonomi negara Afrika Barat itu yang memasuki krisis. Pekan lalu, Pemerintah Ghana mencapai kesepakatan tingkat staf senilai US$3 miliar (Rp46 triliun) dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
Berdasarkan data Refinitiv Eikon pada September, negara tersebut telah berjuang untuk membiayai kembali utangnya yang mencapai US$55 miliar (Rp856 triliun). Dari jumlah itu, 42 persen di antaranya ialah domestik.
Pakistan
Tetangga India ini kini di ambang kebangkrutan akibat krisis ekonomi berkepanjangan.
Dalam laporan surat kabar Dawn, cadangan bank sentral Pakistan turun dari US$15 miliar menjadi US$6,7 miliar. Pinjaman luar negeri akan gagal bayar sebagai akibat dari insiden luar negeri yang menurun ini. Jumlah yang tersisa di cadangan mungkin hanya cukup untuk menutupi impor selama satu bulan.
Obat-obatan juga menjadi salah satu hal yang menipis dalam enam bulan terakhir di negara itu. Pakistan bahkan kehabisan obat umum untuk demam dan nyeri, Panadol, pada September 2022 ketika dilanda banjir parah dan wabah demam berdarah.
Pemerintah negara itu sendiri diketahui sedang mengambil langkah-langkah untuk memperoleh pendapatan devisa terbaru. Salah satunya ialah menjual gedung lama Kedutaan Pakistan di Washington DC yang diperkirakan bernilai US$5-6 juta.
Bangladesh
Sejak beberapa bulan ini Bangladesh mengalami sejumlah kesulitan. Mulai dari nilai tukar, cadangan devisa, hingga penurunan ekspor utama dan pemadaman bergilir.
Cadangan devisa dilaporkan berkurang drastis seiring tagihan impor yang meningkat. Pertama kalinya dalam dua tahun, cadangan devisa sudah turun di bawah US$40 miliar.
Pada tahun fiskal 2021 hingga 2022, Bangladesh juga mencetak rekor defisit perdagangan sebesar US$33 miliar. Melonjaknya harga barang dan energi karena perang di Ukraina menjadi penyebab.
Bangladesh pun kini mencari bantuan dana ke Dana Moneter Internasional (IMF). Negeri itu meminta pinjaman sebesar US$4,5 miliar, menjadi negara ketiga yang melakukan ini di Asia Selatan, setelah Sri Lanka dan Pakistan.
Mesir
Mesir terancam bangkrut seperti Sri Lanka. Krisis ekonomi tengah terjadi di negara itu.
Nilai mata uang pound Mesir sempat jatuh ke 19,1 per dolar Amerika Serikat (AS). Ini jadi nilai tukar terendah dalam catatan sejarah, bahkan saat devaluasi brutal mata uang di musim dingin 2016.
Negara pengimpor gandum terbesar tersebut juga diketahui terdampak parah akibat perang Rusia dan Ukraina yang membuat harga dunia melonjak. Dilaporkan biaya beberapa bahan makanan meningkat 66 persen dan mendorong inflasi terus merangkak naik.
Bank Dunia pun melaporkan, Mesir harus menghadapi 103 juta warganya yang hidup di bawah garis kemiskinan. Selain juga ada lebih banyak lagi yang dalam bahaya.
Cadangan mata uang Mesir juga menurun dari Februari lalu US$41 miliar menjadi US$33,1 miliar. Ini terjadi bahkan saat negara itu didukung dari sekutu dekat Arab Saudi dengan deposito US$5 miliar di bank sentral pada Maret. (B-CNBC/jr)