Jakarta, 6/1/23 (SOLUSSInews.com) – Sosok Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari merupakan seorang tokoh ulama multi disiplin dari tanah Banjar. Kedalaman Ilmu Agama dan ilmu pengetahuannya mencakup aturan-aturan Fiqh maupun pengajaran Ilmu Tasawuf.
Dengan kegigihannya, ia mampu mencerahkan masyarakat Banjar dari kurangnya literasi keagamaan berbahasa Melayu saat itu. Karyanya, khususnya Sabilal Muhtadin menjadi referensi pula bagi banyak negara tetangga. Kitab ini dikenal luas di kalangan kaum muslimin di kepulauan Nusantara, dan sampai saat ini masih banyak digunakan, khususnya di Kalimantan dan Sumatera.
Keahlian Ilmu Astronomi atau Ilmu Falak Syekh Arsyad saat memindahkan lokasi kiblat di salah satu masjid di Batavia serta mengukur kedalaman laut menjadi point penting dalam film layar lebar Biopic, menggambarkan jejak rekam sejarah ilmu pengetahuan yang dimiliki Syekh Arsyad di luar ilmu keagamaan yang dikuasainya.
Tersebar ke manca negara
Kitab Sabilal Muhtadin karya Syekh Arsyad juga tersebar hingga Brunei Darussalam, Kamboja, Thailand dan Malaysia, bahkan tersimpan pula di berbagai perpustakaan besar di dunia Islam, seperti di Mekkah, Mesir, Turki dan Beirut.
Melalui kitab ini, Karel A Steenbrink menyataka, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari merupakan satu-satunya tokoh yang mengarang begitu luas dan sistematis di bidang fiqh dalam Bahasa Melayu.
Didasarkan atas kecintaan dan kekaguman kepada Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari,
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan memberikan amanah kepada PT Expressa Pariwara Media Production House untuk memfilmkan jejak kehidupan beliau yang dalam sejarahnya mampu memperkuat keagamaan Kesultanan Banjar dan kerajaan-kerajaan Islam di sekitarnya.
Penggaggas Mahkamah Syar’iyah
Syekh Arsyad tercatat dalam sejarah sebagai penggaggas Mahkamah Syar’iyah yang kemudian menjadi cikal bakal Pengadilan Agama saat ini di Indonesia.
Film Feature Panjang Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari ini dimainkan hampir keseluruhan pemerannya oleh putra-putri Kalimantan Selatan, di antaranya melibatkan siswa sekolah Perfilman SMKN 2 dan SMKN 3 Banjarmasin untuk ikut Magang sebagai Crew Produksi Film. Juga melibatkan pula beberapa Zuriyat Syekh Arsyad sendiri baik sebagai pemeran film maupun sebagai narasumber. Begitupula jajaran instansi pemerintahan Kalimantan Selatan ikut memeriahkan pada beberapa adegan film.
Proses riset dilakukan untuk naskah melalui pengumpulan data literasi maupun keterangan lisan serta pembahasan materi film melalui Focus Group Discussion (FGD) antara Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, Akademisi dari berbagai disiplin Ilmu, Zuriyat dari Syekh Arsyad yang diadakan sebanyak tiga kali guna mendapatkan informasi seakurat mungkin.
Dengan permintaan khusus dari keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, sosok tokoh ini tidak ditampilkan dalam Film Biopic Islamic tersebut. Gaya perfilman Jean Luc Godard seorang Sineas Perancis Swiss menjadi referensi Sutradara dalam menggambarkan adegan film melalui Point Of View Sang Tokoh Utama.
Film Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari akan menampilkan pula budaya asli dan keindahan alam Kalimantan Selatan dengan Geo Park ‘Meratus’nya di antaranya di kawasan daerah Matang Keladan, Rian Kanan dan Loksado, serta Bumi Sholawat Kiram.
Bertindak sebagai Produser Film Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari produksi Expressa Pariwara Media Production House ialah Chandra Purnama Restu, Sutradara Ensadi Joko Santoso dan Zulkifli Anwar, dan Penulis Skenario Irfan Wijaya
Dengan menghadirkan aktor Billy Boedjanger dan Asrul Dahlan serta Afrizal Anoda ikut memperkuat karakter Tokoh dalam film ini. Begitupula melibatkan pemain dan crew film putra – putri daerah Kalimantan Selatan seperti Yadi Muryadi, M Syahriel dan Paman Birin (Dr H Sahbirin Noor, SSos, MH, Gubernur Kalimantan Selatan) beserta ASN Jajaran Instansi Kalimantan Selatan.
Film ini dibuat dalam waktu singkat lebih kurang memakan waktu 2 Bulan dan memakan biaya hingga 4 Milyar. (S-pik/jr)