Jakarta, 11/8/23 (SOLUSSInews.com) – Indonesia boleh berbangga, karena punya prestasi membanggakan dalam jumlah perusahaan rintisan berbasis teknologi atau startup.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, berdasarkan ‘startup ranking’, jumlah perusahaan rintisan berbasis teknologi atau startup di Indonesia ini masuk ke dalam posisi ke-6 tertinggi di dunia.
“Berdasarkan ‘startup rangking’, Indonesia mempunyai 2.492 startup per 10 Mei 2023. Jumlah ini, menjadi yang terbesar ke-6 di dunia,” kata Luhut dalam acara “Road to Indonesia Start-up Ecosystem Summit 2023” secara virtual, Jumat (11/8/23).
Luhut mengatakan, tingginya jumlah startup di Indonesia tidak lepas dari penetrasi internet yang juga tinggi.
Proses digitalisasi makin masif
Adapun penetrasi internet yang terus meningkat di masyarakat mendorong proses digitalisasi yang semakin masif.
“Kita boleh bangga dengan jumlah startup di Indonesia yang berada di posisi ke-6. Hal ini tidak lepas dari penetrasi internet yang terjangkau dengan persentase 76,8 persen penduduk Indonesia,” ungkapnya.
Luhut menyampaikan, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) juga optimistis jumlah startup di Indonesia akan terus tumbuh dan berkembang.
“Pak Presiden yakin bahwa startup Indonesia akan dapat tumbuh dan berperan sebagai pemain utama di Asia,” lanjut Luhut.
Daftar negara dengan startup terbanyak
Adapun jumlah startup di dunia saat ini tercatat sejumlah 144.688 per 10 Mei 2023.
Dari jumlah tersebut AS mendominasi dengan jumlah 77.554 startup.
Posisi selanjutnya India dengan 17.209 startup, dan kemudian, Inggris, Canada, Australia, dan Indonesia.
Sesudah Indonesia, Prancis menempati posisi selanjutnya dengan jumlah 1.611 startup.
Dorong pertumbuhan ekonomi digital
Luhut melanjutkan, peningkatan jumlah startup di Indonesia juga diperkirakan akan mengalami kenaikan secara berkesinambungan.
Hal ini akan mendorong pertumbuhan nilai ekonomi digital RI menjadi 130 miliar dollar AS pada 2025 dan 315 miliar dollar AS pada 2030.
“Saya yakin, angka (nilai ekonomi digital) bisa lebih,” jelas Luhut Pandjaitan. (S-KC/jr)