Jakarta, 19/10/23 (SOLUSSInews.com) – Negara Israel cuma berteritori kecil, Indonesia jauh lebih luas. Israel pun bisa dibilang sebagai negara yang paling sering dilanda perang. Selain berkonflik dengan Palestina, Israel juga memiliki riwayat permusuhan dengan negara-negara tetangganya di kawasan Timur Tengah.
Akar konflik di kawasan itu memiliki sejarah panjang. Israel didirikan pada 14 Mei 1948 di atas wilayah yang saat ini disebut sebagai Palestina setelah Inggris hengkang dari wilayah tersebut.
Nah, sebagaimana negara yang selalu rentan dengan konflik, bagaimana dengan kondisi ekonomi Israel?
Israel merupakan negara di kawasan Timur Tengah yang industrinya, terutama industri manufaktur, relatif paling maju sejak 1970-an, saat negara-negara Arab masih mengandalkan sumber uang dari minyak.
Banyak tenaga ahli
Dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Israel, kemajuan industri di negara itu tak lepas dari banyaknya tenaga ahli yang melakukan eksodus dari negara-negara Eropa selama pecah Perang Dunia II untuk menghindari persekusi.
Hingga tahun 1970-an, industri-industri yang sudah berkembang pesat di Israel antara lain pupuk, pestisida, farmasi, bahan kimia, plastik, dan logam berat.
Pada tahun 2008, negara itu sudah memiliki industri manufaktur dengan jumlah pekerja mancapai 384.000 orang yang sebagian besar merupakan pekerja terampil.
Dengan keterbatasan wilayah, namun pada tahun 2008, Israel sudah memiliki 11.000 pabrik yang menghasilkan 58 miliar dollar AS, dan separuhnya di ekspor ke seluruh dunia.
Pertaniannya paling maju
Bahkan selain industri manufaktur, sektor pertanian di Israel termasuk yang paling maju di dunia dengan produktivitas lahan yang sangat tinggi karena memanfaatkan teknologi tinggi.
Israel merupakan salah satu negara pengekspor alat-alat pertanian dan peternakan canggih terbesar secara global.
Perusahaan teknologi
Israel juga merupakan negara di mana perusahaan-perusahaan teknologi tumbuh sangat subur.
Pada tahun 1980-an, banyak orang yang bekerja di Silicon Valley bermigrasi ke Israel.
Namun, meski telah tinggal di Israel, para warga Yahudi ini mendirikan pusat-pusat penelitian dan pengembangan untuk perusahaan-perusahaan teknologi AS, seperti Microsoft, IBM, dan Intel.
Lalu, pada tahun 1990-an, para insinyur terampil juga berdatangan dari negara-negara bekas Uni Soviet untuk bermigrasi ke Israel, membuat negara itu semakin diberkati dengan kelimpahan sumber saya manusia terampil.
Israel mencatatkan pertumbuhan industri teknologi sebesar delapan persen per tahun. Perusahaan-perusahaan baru di sektor teknologi terus bermunculan bak jamur di musim hujan.
Kondisi ini membuat ranking penelitian dan pengembangan (R&D) Israel selalu menempati peringkat 10 besar dunia.
Sektor teknologi yang sebelumnya hanya menyumbang sebesar 37 persen dari produk industri meningkat menjadi 58 persen di tahun 1985, dan kembali meningkat jadi 70 persen pada 2006.
PDB
Dikutip dari data Bank Dunia, total produk domestik bruto (PDB) Israel pada tahun 2019 tercatat sebesar 394,65 miliar dollar AS.
Sebagai perbandingan, Indonesia di tahun yang sama mencatatkan PDB sebesar 1,12 triliun dollar AS. Namun begitu, jika diukur dari jumlah penduduknya, pendapatan per kapita Israel tahun 2019 sebesar 43.588 dollar AS.
Sementara Indonesia di tahun 2019 mencatatkan pendapatan per kapita sebesar 4.135 dollar AS, jauh di bawah Israel.
Lantas jika dibandingkan negara-negara tetangganya, Israel juga unggul telak.
Pada 2019, berturut-turut jumlah PDB Yordania sebesar 44,53 miliar dollar AS dengan pendapatan per kapita 4.405 dollar AS, dan Mesir 303,09 miliar dollar AS dengan pendapatan per kapita 3.019 dollar AS. Lalu, Arab Saudi 792,96 miliar dollar AS dan pendapatan per kapitanya sebesar 23.139 dollar AS.
Sebagai informasi, negara maju biasanya memiliki pendapatan per kapita di atas 30.000 dollar AS (bandingkan dengan Israel pada tahun 2019 sebesar 43.588 dollar AS — bukankah ini menunjukkan Israel kaya raya?)
Namun, pendapatan per kapita juga memang bukan standar tunggal sebuah negara dikatakan sebagai negara maju atau berkembang. Beberapa faktor pengukur lainnya antara lain ketersediaan infrastruktur, angka kemiskinan, tingkat pengangguran, angka buta huruf, serta tingkat kematian ibu dan bayi. (S-KC/jr)