Jakarta, 14/10/19 (SOLUSSInews) – PT Visionet Internasional atau OVO di usianya yang baru dua tahun sebagai penyedia layanan pembayaran digital, telah berhasil menyandang gelar unicorn. Yaitu sebutan untuk perusahaan rintisan atau startup dengan nilai valuasi lebih dari US$1 miliar.
Dilaporkan, OVO menjadi startup unicorn kelima dari Indonesia menyusul empat startup lainnya yang sudah lebih dahulu menyandang gelar tersebut yakni Gojek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia.
Presiden Direktur OVO, Karaniya Dharmasaputra menyampaikan, menjadi startup unicorn dan juga salah satu pemain e-money terbesar di Indonesia bukan tujuan akhir OVO. Masih ada banyak hal yang ingin diwujudkan dalam upaya mendukung program pemerintah meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.
“OVO tidak boleh hanya menjadi one of the largest e-money player di Indonesia, tapi kita juga harus menjadi national strategic assets. Dengan ekosistem dan kemampuan teknologi yang kami punya bersama teman-teman yang lain, mustinya ada banyak hal yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mendukung program-program pemerintah yang selama ini masih banyak dilakukan secara offline atau manual. Saya kira banyak yang bisa dilakukan dan mudah-mduahan kita bisa segera bergerak ke sana,” kata Karaniya Dharmasaputra, di perayaan dua tahun OVO yang digelar di Plaza Barat Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, Sabtu (12/10/19).
Berkomitmen selalu mendukung kebijakan pemerintah
OVO berkomitmen untuk selalu mendukung kebijakan pemerintah dalam upaya mendorong perkembangan industri pembayaran digital di Indonesia, salah satu dalam penerapan QR Indonesian Standard (QRIS). “Sekarang ini ada inisiatif yang bagus dari Bank Indonesia soal QRIS. OVO akan support inisiatif ini secara agresif,” kata Karaniya Dharmasaputra.
Industri payment saat ini, menurutnya, sedang bergerak ke arah QR payment, sementara di situ ada visi Bank Indonesia yang strategis. “Karena kan yang kita tahu transaksi elektronik itu semakin naik. Di situ juga pemerintah butuh alat buat keseimbangan stabilitas moneter kita. Pemerintah membutuhkan alat monitoring dan akses yang baru terhadap pergerakan uang yang terjadi secara elektronik,” ujar Karaniya Dharmasaputra.
Di sisi lain, OVO juga terus melakukan pendalaman market dengan melakukan berbagai kolaborasi. Adapun yang terbaru adalah dengan Bareksa. “Pendalaman market kita sekarang ini sudah mulai tumbuh. Antara Bareksa dengan OVO juga sedang ada kerja sama strategis supaya bisa ada sinergi lebih lanjut, sehingga pendalaman market kita bisa semakin cepat,” ungkap Karaniya Dharmasaputra.
Karaniya mencontohkan bentuk sinergi yang sudah dilakukan Bareksa dengan Tokopedia dan Bukalapak. Setelah sinergi ini dilakukan, jumlah nasabah reksa dana di Bareksa meningkat hingga 500 persen hanya dalam waktu 3,5 tahun. Di sisi lain, terjadi demokratisasi di dunia investasi yang semula sangat elitis. “Sekarang ini kita sudah masuk ke sinergi segitiga seperti di Tiongkok, yaitu antara e-money, e-commerce dengan e-investment,” ujar Karaniya Dharmasaputra, seperti dilansir BeritaSatu.com. (S-BS/jr)