Jakarta, 23/6/20 (SOLUSSInews.com) – Ternyata, jumlah kasus kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia tertinggi se-Asia.
Sebagaimana tercatat dalam data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), hingga 18 Mei 2020, jumlah kasus pasien dalam pemantauan (PDP) anak ada 3.324 dan positif Covid-19 sebanyak 584 anak. Sementara jumlah kasus PDP anak yang meninggal ada 129 anak dan positif Covid-19 meninggal ada 14 anak.
Sementara di negara-negara Asia lainnya seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina, memang terdapat kasus anak terinfeksi Covid-19, namun hingga saat ini tidak ada kasus yang meninggal.
Berkaca dari fakta itulah, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dokter Aman B Pulungan mengatakan, screening virus Covid-19 pada anak lebih masif lagi.
“Data kita sebenarnya masih sedikit karena memang anak-anak yang di-screening masih sedikit. Selama ini hanya orang dewasa atau pekerja saja yang menjalani tes. Indonesia juga termasuk negara dengan jumlah tes Covid-19 yang paling sedikit dibandingkan beberapa negara lain. Padahal, setiap orang, baik bayi hingga orang dewasa berpotensi terjangkit,” ujar Aman, dilansir dari link YouTube, Selasa (26/5/20).
Sebagai gambaran, tes Covid-19 PCR dan tes cepat molekuler di Indonesia hingga Selasa (26/5/20) ada 264.098 spesimen dari 188.302 orang. Jumlah tersebut hanya sekitar 1/5 dari Pakistan dan 1/28 dari Malaysia.
Disebut Aman, tes tersebut tentu masih jauh dari cukup.
Selain itu, tantangan lainnya ialah kasus Covid-19 pada anak-anak ini pun cukup sulit dideteksi, karena adanya kemiripan gejala dengan pneumonia dan diare. Ditambah, gejala yang ditunjukkan oleh anak-anak juga bisa saja berbeda.
“Covid-19 ini gejala umumnya demam, batuk, dan sesak seperti pneumonia. Kemudian beberapa data pasien menunjukkan ada gejala lain, seperti mual, muntah, dan diare,” tambahnya.
Kesadaran orang tua harus ditingkatkan
Terkait dengan kasus Covid-19 pada anak, spesialis anak Dokter Martin Leman pun mengatakan saat ini kesadaran orang tua harus ditingkatkan, tetapi tetap dalam batas yang wajar.
Ia pun mengimbau, orang tua jangan panik berlebihan. Sebab hal itu justru berakibat fatal pada kesehatan anak-anaknya.
Panik berlebihan dicontohkan Dokter Martin seperti sikap orang tua yang kini berinisiatif menghentikan imunisasi pada anak. Alasannya, karena takut untuk datang ke rumah sakit yang saat ini dianggap sebagai salah satu tempat penyebaran Covid-19. Padahal imunisasi sebagai bentuk penangkal penyakit berbahaya di saat usia mereka masih sangat dini.
“Pemahaman orang tua harus diluruskan. Dengan imunisasi risiko mendapat penyakit komorbiditas pada anak akan berkurang. Sedangkan kalau kita tidak imunisasi, anak itu bisa terkena penyakit bahaya lainnya seperti, campak atau difteri. Jangan sampai, dengan tidak imunisasi, akan terjadi wabah penyakit tambahan,” kata Martin Lemandalam tayangan YouTube Second Opinion milik Dokter Vito Damay. (S-BS/jr)