Washington, 28/1/21 (SOLUSSInews.com) – Informasi terkini menyebutkan, perusahaan pembuat pesawat Boeing melaporkan kerugian terbesar dalam sejarahnya akibat kombinasi dua masalah: pandemik Covid-19 dan merosotnya kepercayaan dunia terhadap 737 Max.
Rugi operasional 2020 sebesar US$12,8 miliar (Rp180 triliun). Rekor kerugian sebelumnya cuma US$2 miliar yang tercatat pada 2019.
Selanjutnya, rugi bersih tercatat US$11,9 miliar (Rp 167,5 triliun), sangat jauh meninggalkan rekor rugi bersih sebelumnya, yaitu US$636 juta (Rp9 triliun), juga pada 2019.
Pemicu lain ialah penundaan pengiriman pesawat berbadan lebar 777X ke tahun 2023 dari rencana awal tahun 2022. Pesawat ini dirancang untuk rute internasional, sementara bisnis penerbangan rute jarak jauh diperkirakan masih butuh waktu lama untuk pulih seperti semula.
Akibat penundaah itu, Boeing kehilangan US$6,5 miliar.
Membatalkan atau menunda pemesanan
Anjloknya aktivitas penerbangan karena pandemik membuat banyak maskapai di dunia membatalkan atau menunda pemesanan pesawat baru.
Akibatnya, penerimaan Boeing juga anjlok 24 persen menjadi US$58,2 miliar pada 2020.
“Kami perkirakan butuh waktu sekitar tiga tahun lagi sebelum industri travel kembali ke level seperti 2019, dan beberapa tahun lagi untuk menyamai tren pertumbuhan jangka panjang kami,” kata CEO Boeing, Dave Calhoun.
Saat ini jumlah pesawat yang masih mengudara berkurang sekitar 25 persen dibandingkan angka sebelum pandemik, imbuhnya.
Lebih hemat bahan bakar
Namun, ada berkah di balik musibah. Sekitar 1.400 pesawat yang diparkir di seluruh dunia saat ini memang dipensiunkan, sehingga ketika sisi permintaan kembali naik, mereka akan butuh pesawat-pesawat baru yang lebih hemat bahan bakar.
Kondisi sekarang jauh berbeda dengan 2018, ketika Boeing melaporkan rekor nilai pendapatan yang melampaui US$100 miliar untuk pertama kalinya.
Titik balik terjadi pada Maret 2019, setelah pesawat paling laris Boeing 737 Max dikandangkan di seluruh dunia menyusul dua kecelakaan fatal yang menewaskan total 346 orang, termasuk penumpang dan kru Lion Air di Indonesia.
Baru pada November 2020 tipe pesawat ini kembali diizinkan mengangkut penumpang di Amerika.
Namun, regulator di banyak negara lain masih ragu-ragu, termasuk Tiongkok. Regulator Eropa baru memberi lampu hijau Rabu (27/1/21) kemarin.
Boeing kehilangan US$20 miliar akibat biaya terkait krisis 737 Max ini.
Pandemik Covid-19 menambah hancur kinerja perusahaan, karena order 655 pesawat dibatalkan. Sepanjang 2020, Boeing hanya mengirim 157 pesawat baru, dibandingkan 380 unit pada 2019, dan 806 unit pada 2018 sebelum krisis 737 Max. Demikian CNN. (S-CNN/BS/jr)