SOLUSSInews.com – Mesin perang Israel agaknya belum bakal berhenti menggasak Gaza. Pasalnya, Perdana Menteri, Israel Benjamin Netanyahu pada Kamis (18/1/24), menolak seruan Amerika Serikat untuk mengurangi serangan militer di Jalur Gaza.
Ia juga menentang langkah-langkah menuju pembentukan negara Palestina setelah perang.
Sikap keras Netanyahu ini mendapat kecaman dari Gedung Putih. Situasi ini dinilai telah menimbulkan perpecahan antara kedua sekutu mengenai cakupan perang Israel dan rencana Israel untuk masa depan dari wilayah Gaza yang terkepung.
“Kami jelas melihatnya secara berbeda,” kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby.
Netanyahu berbicara hanya sehari setelah Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan, Israel tidak akan pernah memiliki keamanan sejati tanpa jalan kemerdekaan Palestina.
Di awal pekan ini, Gedung Putih juga mengumumkan, ini merupakan waktu tepat bagi Israel untuk mengurangi intensitas serangan militernya yang menghancurkan di Gaza.
Netanyahu lontarkan nada menantang
Sementara itu, dalam konferensi pers yang disiarkan secara nasional, Netanyahu melontarkan nada menantang. Ia berulang kali mengatakan, Israel tidak akan menghentikan serangannya sampai negara tersebut mewujudkan tujuannya untuk menghancurkan kelompok milisi Hamas di Gaza dan memulangkan semua sandera tersisa yang ditahan Hamas.
Dia menolak klaim yang dilontarkan para kritikus Israel, dimana tujuan-tujuan tersebut tidak dapat dicapai, dan berjanji untuk terus melakukannya selama berbulan-bulan. “Kami tidak akan puas tanpa kemenangan mutlak,” kata Netanyahu.
Israel melancarkan serangan ke Gaza, setelah Hamas menyerbu wilayah selatan negara itu pada 7 Oktober 2023 lalu yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 lainnya. Sekitar 130 sandera diyakini oleh Israel masih berada dalam tahanan Hamas.
Perang ini telah memicu ketegangan di seluruh kawasan, dan mengancam akan memicu konflik lainnya.
Serangan Israel, salah satu yang paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah baru-baru ini, telah menewaskan hampir 25.000 warga Palestina, dan menyebabkan kehancuran luas, serta membuat lebih dari 80 persen dari 2,3 juta penduduk wilayah tersebut mengungsi dari rumah mereka.
Seruan komunitas internasional
Kerugian yang sangat besar akibat perang ini telah menyebabkan meningkatnya seruan dari komunitas internasional untuk menghentikan serangan tersebut.
Sesydah awalnya memberikan dukungan penuh kepada Israel pada hari-hari awal perang, Amerika Serikat, sekutu terdekat Israel, mulai menyatakan keraguannya dan mendesak Netanyahu untuk mengutarakan visinya mengenai Gaza pascaperang.
Amerika Serikat mengatakan, Otoritas Palestina yang diakui secara internasional, dan mengatur zona semi-otonom di Tepi Barat (yang diduduki Israel), harus direvitalisasi dan dikembalikan ke Gaza. Hamas menggulingkan otoritas di Gaza pada 2007.
AS juga menyerukan langkah-langkah menuju pembentukan negara Palestina. Palestina menginginkan Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur sebagai negara mereka. Daerah-daerah tersebut direbut oleh Israel pada 1967.
Berbicara pada Rabu di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Blinken mengatakan, solusi dua negara ialah cara terbaik untuk melindungi Israel, dengan menyatukan negara-negara Arab moderat dan mengisolasi musuh bebuyutan Israel, Iran.
“Tanpa jalan menuju negara Palestina, Israel tidak akan mendapatkan keamanan sejati,” ungkap Antony Blinken. (S-BS/jr) — foto ilustrasi istimewa