Sidney, 18/4/24 (SOLUSSInews.com) – Beberapa hari lalu, Uskup Mar Mari Emmanuel menjadi korban penikaman oleh seorang remaja di Gereja Christ The Good Shepherd di Wakeley Sydney.
Kini, sang uskup telah memaafkan pelaku.
Diketahui, Uskup Mar Mari Emmanuel menjadi salah satu korban penyerangan yang dilakukan remaja 16 tahun ketika uskup berkhotbah pada Senin (15/4/24) malam waktu setempat.
Uskup Emmanuel mendapat luka di bagian kepala dan dada. Namun, kini kondisi uskup sudah pulih dengan cepat.
“Saya baik-baik saja dan bisa pulih dengan sangat cepat,” ujarnya, dikutip dari AFP pada Kamis (18/4/24).
Uskup Emmanuel memiliki hampir 200.000 pengikut online, yang memicu banyak orang dengan kritiknya terhadap vaksin Covid-19 dan lockdown.
“Tidak perlu khawatir,” kata uskup itu dalam video YouTube yang dirilis Kamis, dengan audio suaranya disertai dengan foto dirinya mengenakan jubah.
“Aku memaafkan siapa pun yang telah melakukan tindakan ini dan aku berkata kepadanya: Kamu adalah anakku, aku mencintaimu dan aku akan selalu mendoakanmu. Dan siapa pun yang mengirimmu untuk melakukan ini, aku juga memaafkan mereka,” ungkap Uskup Emmanuel.
Sementara itu, tersangka remaja dibawa ke rumah sakit Sydney setelah serangan itu.
Usai penyerangan, ratusan jemaah dan anggota masyarakat bergegas ke lokasi pada malam penyerangan.
Beberapa orang melemparkan batu yang diduga melukai polisi serta merusak 50 mobil polisi.
Akibat insiden itu, sedikitnya 30 orang terluka termasuk seorang petugas polisi yang rahangnya patah.
Namun, uskup menyerukan ketenangan setelah penikaman itu yang memicu kemarahan di luar gereja.
“Saya ingin Anda selalu tenang. Kita juga harus selalu menjadi warga negara yang taat hukum. Kita perlu bekerja sama dengan arahan polisi baik di tingkat negara bagian atau federal,” jelas dia.
“Kita tidak boleh lupa bahwa kita sangat diberkati menjadi orang Australia, tetapi yang terpenting kita adalah orang Kristen dan kita harus bertindak dengan tenang,” jelas uskup, seperti dilansir Kompas.com.
Keluarga pelaku terkejut
Seorang dokter di wilayah barat Sydney, Jamal Rifi, yang melakukan kontak dengan keluarga remaja tersebut, mengatakan kepada AFP, keluarga pelaku terkejut dan tidak percaya dengan tindakan mengerikan yang dilakukan putra mereka.
Jamal Rifi mengatakan, pihak keluarga juga terkejut dengan betapa cepatnya peristiwa tersebut dicap sebagai tindakan “teroris”, tanpa berbicara terlebih dahulu kepada anak tersebut atau keluarganya.
Ibu dari anak laki-laki tersebut memberi tahu Rifi, putranya mengalami masalah kemarahan dan kesehatan mental.
Rifi mengatakan, Australia merupakan komunitas yang beragam dan meskipun terdapat perbedaan budaya dan keyakinan, ia merasa yakin, banyak orang menyerukan ketenangan dan mengecam segala upaya pembalasan.
“Rasa hormat timbal balik adalah inti yang menjaga kohesi sosial,” ujar Jamal Rifi. (S-KC/jr) — foto ilustrasi istimewa