Teheran, 20/4/24 (SOLUSSInews.com) – Banyak pengamat militer menyebutkan, serangan langsung pertama Iran terhadap Israel pada 13 April 2024 telah membawa fokus baru pada kemampuan pertahanan udara kedua negara. Ratusan drone dan rudal Iran mencoba menggempur wilayah Israel yang dibantu sekutu berupaya menjatuhkannya di udara.
Memang pihak Israel mengkkaim, 99 persen serangan itu berhasil dicegat. Namun para pemimpin Israel pun tengah memikirkan cara terbaik untuk merespons serangan tersebut.
Israel dilaporkan telah melakukan serangan pada Jumat (19/4/24) dini hari ke Iran, yang disebut menargetkan radar militer.
Di bawah ini gambaran angkatan udara dan sistem pertahanan udara kedua negara:
Iran
Institut Internasional untuk Studi Strategis di London (IISS), mengungkapkan, angkatan udara Iran mempunyai 37.000 personel. Namun, karena sanksi internasional selama beberapa dekade, telah membuat negara itu tidak bisa mendapatkan peralatan militer berteknologi tinggi terbaru.
Angkatan udara Iran hanya memiliki puluhan pesawat serang yang berfungsi. Termasuk jet Rusia dan model-model tua AS yang diperoleh sebelum revolusi Iran tahun 1979.
Berdasarkan IISS, Teheran memiliki satu skuadron, terdiri dari sembilan jet tempur F-4 dan F-5, satu skuadron jet Sukhoi-24 buatan Rusia, dan beberapa pesawat MiG-29, F7 dan F14.
Iran juga memiliki pesawat tanpa pilot (drone) yang dirancang untuk terbang menuju sasaran dan meledak. Para analis yakin jumlah persenjataan drone ini hanya ribuan.
Selain itu menurut mereka, Iran memiliki lebih dari 3.500 Rudal permukaan-ke-permukaan, beberapa di antaranya membawa hulu ledak setengah ton. Namun, jumlah yang mampu mencapai Israel mungkin lebih rendah.
Komandan Angkatan Udara Iran, Amir Vahedi mengatakan, Sukhoi-24, berada dalam kesiapsiagaan terbaik untuk melawan potensi serangan Israel. Namun ketergantungan Iran pada jet Sukhoi-24, yang pertama kali dikembangkan pada tahun 1960-an, menunjukkan kelemahan angkatan udaranya.
Untuk pertahanan, Iran mengandalkan campuran Rudal dan sistem pertahanan udara permukaan-ke-udara yang diproduksi dalam negeri dan Rusia. Teheran menerima pengiriman sistem antipesawat S-300 dari Rusia pada tahun 2016. Ini merupakan sistem Rudal permukaan-ke-udara jarak jauh yang mampu menyerang banyak sasaran secara bersamaan, termasuk pesawat terbang dan Rudal Balistik.
Iran juga memiliki platform Rudal permukaan-ke-udara Bavar-373 yang diproduksi di dalam negeri, serta sistem pertahanan Sayyad dan Raad.
Fabian Hinz, peneliti di IISS, mengatakan, jika terjadi konflik besar antara kedua negara, Iran mungkin akan berkonsentrasi pada keberhasilan sesekali. Negara itu dinilai tidak memiliki pertahanan udara komprehensif seperti yang dimiliki Israel.
Israel
Negara Israel memiliki angkatan udara canggih yang dipasok AS dengan ratusan jet tempur F-15, F-16 dan F-35. Jet tempur ini berperan dalam menembak jatuh drone Iran pada akhir pekan.
Angkatan udara Israel kekurangan pesawat pengebom jarak jauh, meskipun armada Boeing 707 berbadan lebih kecil berfungsi sebagai peawat tanker pengisian bahan bakar yang memungkinkan pesawat tempurnya mencapai Iran untuk melakukan serangan mendadak.
Sebagai pioner dalam teknologi drone, Israel memiliki pesawat Heron tanpa pilot yang mampu terbang lebih dari 30 jam, cukup untuk operasi jarak jauh. Amunisi Delilah yang berkeliaran diperkirakan memiliki jangkauan 250 km (155 mil).
Israel diyakini secara luas telah mengembangkan Rudal permukaan-ke-permukaan jarak jauh, meski mereka menyangkal hal ini. Pada tahun 2018, Menteri Pertahanan saat itu Avigdor Lieberman mengumumkan, militer Israel akan mendapatkan kekuatan Rudal baru.
Pihak militer belum mengatakan sejauh mana rencana tersebut sekarang.
Sistem pertahanan udara multi-lapis yang dikembangkan dengan bantuan AS setelah perang Teluk tahun 1991 memberi Israel beberapa opsi tambahan untuk menembak jatuh drone dan rudal jarak jauh Iran.
Sistem pertahanan udara dengan ketinggian tertinggi ialah Arrow-3, yang mencegat Rudal Balistik di luar angkasa. Model sebelumnya, Arrow-2, bekerja pada ketinggian yang lebih rendah.
Rudal David’s Sling jarak menengah dapat melawan Rudal bBlistik dan Rudal jelajah.
Sedangkan Iron Dome jarak pendek mampu mengatasi jenis roket dan mortir yang digunakan oleh milisi didukung Iran di Gaza dan Lebanon.
“Pertahanan udara Israel berkinerja baik selama serangan Iran 13 April,” kata Sidharth Kausha, peneliti di Royal United Strategic Institute di London, sebagaimana dilansir BeritaSatu.com. (S-BS/DC/jr) — foto ilustrasi istimewa